Bahaya Baru dari Amerika

Penulis

Sabtu, 5 Oktober 2013 02:24 WIB

Amerika tak henti-hentinya menebar ancaman bagi perekonomian Indonesia. Setelah bahaya dari kebijakan moneter berlalu, kini muncul persoalan baru. Sejak Selasa lalu, pemerintah Amerika mati suri (shutdown) karena rancangan anggarannya ditolak Kongres. Kegiatan pemerintahan praktis berhenti karena tak ada lagi anggaran. Presiden Barack Obama pun membatalkan kedatangannya ke Bali untuk menghadiri KTT APEC.

Bukan hanya Obama yang pusing. Penghentian sementara kegiatan pemerintah ini bisa berdampak besar terhadap negara lain, termasuk Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sudah menghitung, jika penghentian kegiatan pemerintahan ini berlangsung dua pekan, pertumbuhan ekonomi Amerika akan turun 0,5 persen. Dan jika sebulan, bisa anjlok 1,4 persen.

Dampaknya akan segera terasa bagi Indonesia, yang ekonominya sedikit-banyak bergantung pada Amerika. Negara adidaya itu masuk dalam tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia, di bawah Cina dan Jepang. Pangsa pasar Amerika dalam kegiatan ekspor Indonesia cukup signifikan, hampir 10 persen. Sebelum ekonomi Cina melejit, Amerika selalu menduduki posisi pertama di Indonesia.

Lesunya kegiatan Amerika sebelum masalah buntunya pembahasan anggaran sebetulnya sudah terasa sejak krisis finansial melanda negara itu pada 2005 dan 2008. Selama delapan bulan pertama tahun ini, Indonesia mengekspor hampir US$ 10 miliar ke Amerika, turun 7 persen dibanding nilai dua tahun sebelumnya. Investasi Amerika pada tahun lalu, sebesar US$ 1,24 miliar, juga turun hampir 17 persen dibanding pada 2011.

Jika kebuntuan itu berlangsung lebih lama, perekonomian Amerika pasti akan makin melambat. Indonesia mesti bersiap-siap karena permintaan dari negara itu juga bakal menurun. Kejadian pada 2009, setelah Amerika dihajar krisis, bisa kembali terulang. Saat itu ekspor Indonesia ke Amerika hanya US$ 10,5 miliar, atau jatuh lebih dari 12 persen. Investasi diperkirakan juga tak akan sebesar tahun lalu.

Advertising
Advertising

Pilihan tak banyak, karena hampir semua negara menghadapi persoalan ekonomi. Indonesia akan sulit mengandalkan ekspor, baik dari pasar tradisional seperti Cina dan Jepang maupun pasar baru, karena ekspor Indonesia rata-rata turun. Pada saat yang sama, impor justru terus naik. Bahaya tidak hanya karena ekonomi melambat, tapi juga terhadap neraca transaksi berjalan, dan pada akhirnya terhadap nilai tukar rupiah.

Dalam keadaan seperti itu, Indonesia semestinya seperti peselancar yang mampu mengikuti alur ombak, bukan melawannya. Artinya, inilah saat yang tepat bagi Indonesia untuk melakukan konsolidasi. Berbagai perbaikan harus dilakukan, antara lain di pelabuhan yang saat ini masih acak-adut dan mahal, biaya transportasi yang tinggi, dan pungutan liar yang tetap menghantui kalangan bisnis. Persoalan perburuhan juga terus menjadi duri dalam daging yang sulit diselesaikan.

Semua itu diperlukan agar daya saing Indonesia bisa meningkat. Dengan demikian, ketika ekonomi dunia, terutama Amerika dan Eropa, membaik, saat itu Indonesia akan jauh lebih siap berlari lebih kencang.

Berita terkait

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

26 detik lalu

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

Aplikasi inti iOS Apple telah dijadwalkan untuk menerima peningkatan AI.

Baca Selengkapnya

Perluas Jangkauan di NTB, Indosat Tambah 131 Mini Gerai IM3 dan 3Kiosk Baru

2 menit lalu

Perluas Jangkauan di NTB, Indosat Tambah 131 Mini Gerai IM3 dan 3Kiosk Baru

Seiring bertambahnya BTS 4G baru peningkatan trafik data Indosat di wilayah Nusa Tenggara tumbuh sampai 82 persen dibandingkan masa sebelum ekspansi

Baca Selengkapnya

Cegah Sindikat Joki di UTBK SNBT 2024, UPN Veteran Jatim dan UGM Lakukan Ini

3 menit lalu

Cegah Sindikat Joki di UTBK SNBT 2024, UPN Veteran Jatim dan UGM Lakukan Ini

Isu sindikat joki kembali mewarnai pelaksanaan UTBK SNBT tahun ini. Berikut cara UPN Jatim dan UGM mencegahnya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

6 menit lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

14 menit lalu

Google Rilis ChromeOS 124 untuk Chromebook, Ini Fitur-fitur Barunya

Berikut peningkatan-peningkatan yang ada pada pembaruan ChromeOS 124.

Baca Selengkapnya

Bukan Filmapik, Ini 12 Daftar Tempat Nonton Film Legal

14 menit lalu

Bukan Filmapik, Ini 12 Daftar Tempat Nonton Film Legal

Bukan di Filmapik, berikut ini daftar tempat nonton film legal yang bisa Anda pilih. Umumnya tempat film ini ada biaya langganan dan masih terjangkau.

Baca Selengkapnya

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

14 menit lalu

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

Menurut Adi, menteri toxic yang dimaksud Luhut bisa menjadi racun bagi presiden dan merugikan pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Pekan Lalu Ditunda, Sidang Praperadilan Crazy Rich Surabaya Budi Said di kasus Emas Antam Digelar Hari Ini

23 menit lalu

Pekan Lalu Ditunda, Sidang Praperadilan Crazy Rich Surabaya Budi Said di kasus Emas Antam Digelar Hari Ini

Sidang perdana praperadilan crazy rich Surabaya Budi Said akan digelar pada Senin, 6 Mei hari ini, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

28 menit lalu

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

Begini cerita Hieronimus Jevon Valerian yang kerap mengorbankan waktu luang untuk belajar dan memanfaatkan waktu selama berkuliah di ITB.

Baca Selengkapnya

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

31 menit lalu

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

Suap tas Dior istri Presiden Korsel yang mengguncang membuat jaksa agung turun tangan. Tim dibentuk untuk menyelidiki kasus ini.

Baca Selengkapnya