Jalan yang mana?

Penulis

Sabtu, 22 Oktober 1977 00:00 WIB

LIBERALISME selalu dikutuk di Indonesia. Tapi sering orang banyak tidak tahu bukan saja apa itu "liberalisme". Yang sok tahu juga bisa bertanya apakah kita tidak bingung dengan itu. Ketika kita berbicara tentang rule of law, dengan bersemangat, sebenarnya kita mulai menyentuh keinginan yang apa boleh buat mungkin berakar pada pandangan liberal yang klasik: bahwa persamaan utama, dalam pandangan ini, adalah persamaan di depan hukum. Manusia diatur oleh suatu aturan permainan bersama. Yang berlaku sama untuk semua. Tanpa ini adalah kekacauan, sebab setiap orang diasumsikan sama-sama bebas untuk memilih pilihannya sendiri, menentukan tindakannya sendiri dan memperbaiki nasibnya sendiri. Ataukah konsep rule of law kita berdasarkan asumsi yang lain? Kita juga bingung apakah kita memang tidak bingung tentang itu, ketika kita berbicara bahwa liberalisme adalah persaingan bebas, yang berdasarkan tekad survival of the fittest, dan bahwa pada akhirnya yang paling kuatlah yang akan menang. Tapi tidakkah jika yang terkuatlah yang akan menang, dan yang lemah-lemah hilang, maka suatu monopoli tidak akan terjadi? Dan bukankah monopoli itu akan menghilangkan persaingan bebas dan dengan demikian bertentangan dengan liberalisme itu sendiri? Bukankah di negeri seperti Amerika Serikat, atas nama liberalisme juga, kecenderungan itu dicegah keras? Dan tidakkah pemberian monopoli, apalagi dengan dasar yang bisa dianggap "pilih kasih", tidak disukai juga di negeri seperti Indonesia? Bukankah kadang-kadang kita pun diam-diam ingin agar sebenarnya perlu ada persaingan bebas -- lazimnya disebut "sehat" -- dan tak terlalu banyak "ijinisme"? Apakah sebenarnya yang kita inginkan?. Kita juga mungkin tidak terlampau jelas sampai sejauh mana kita akan menciptakan kesama-rataan, menghilangnya perbedaan sosial yang begitu menyolok. Bukankan Pada dasarnya pandangan liberal yang klasik tidak jauh berbeda dengan pandangan sosialis yang klasik tentang persamaan? Marx berkata: di bawah sosialisme, "hak yang sama . . . tak mengenal perbedaan klas, sebab setiap orang adalah pekerja seperti orang lain tapi dialcui juga pembavaan individuil dandengan demikian juga kapasitas produktif yang tidak sama sebagai previlese yang wajar." Dengan demikian, kata Mlarx pula, suatu "hak untuk tidak sama dalam isinya, seperti setiap hak." Orang pun bisa menunjuk kenyataan tidak sama-rata-sama-rasanya keadaan sosial di negeri-negeri sosialis kini. Tapi bukankah itu pun merupakan lisensi buat lahirnya "klas baru" hingga apa yang terjadi di masyarakat liberal terdapat pula di situ? Ataukah kita telah menemukan jalan, atau wawasan, untuk menjawab soal-soal tadi ?. Mungkin zaman kita, sayang sekali, adalah zaman yang meraba-raba: zaman ketika pikiran-pikiran besar yang ada tidak memadai, sementara pikiran-pikiran baru belum lahir -- atau buntu, karena terhambat oleh pikiran-pikiran yang sudah ada. Lalu kita pun berkata, mari pragmatis saja -- sementara ada sesuatu yang terasa hampa dalam perjalanan ini.

Berita terkait

Dampak Perceraian dan Fenomena Tanpa Peran Ayah Menurut Psikolog

11 menit lalu

Dampak Perceraian dan Fenomena Tanpa Peran Ayah Menurut Psikolog

Psikolog menyebut perceraian sebagai salah satu penyebab fenomena fatherless atau situasi anak kekurangan kehadiran dan peran ayah.

Baca Selengkapnya

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

13 menit lalu

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Hujan Lebat Disertai Petir di Sejumlah Wilayah di Jawa Barat Sepekan Ini

14 menit lalu

BMKG Prakirakan Hujan Lebat Disertai Petir di Sejumlah Wilayah di Jawa Barat Sepekan Ini

BMKG memprakirakan adanya potensi hujan lebat disertai petir 29 April - 5 Mei 2024 di wilayah Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

31 menit lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

41 menit lalu

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

AIR 2024 mendukung kawasan Nusa Dua, khususnya Pulau Peninsula sebagai salah satu destinasi wisata olahraga menarik di Bali

Baca Selengkapnya

Rio Reifan Lima Kali Ditangkap karena Narkoba, Polisi: Dia Masih Bilang Khilaf

51 menit lalu

Rio Reifan Lima Kali Ditangkap karena Narkoba, Polisi: Dia Masih Bilang Khilaf

Polisi menyita sejumlah barang bukti dari rumah Rio Reifan berupa narkoba jenis sabu, ekstasi dan obat keras.

Baca Selengkapnya

Begini Taylor Swift Kalahkan The Beatles dalam Perolehan Album Nomor Satu ke-12 di Inggris

51 menit lalu

Begini Taylor Swift Kalahkan The Beatles dalam Perolehan Album Nomor Satu ke-12 di Inggris

Taylor Swift menggemparkan tangga lagu Inggris dengan albumnya The Tortured Poets Department, mengungguli 10 lainnya dan melampaui The Beatles.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

53 menit lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

58 menit lalu

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Arsenal Kalahkan Tottenham Hotspur, Skor 3-2

1 jam lalu

Hasil Liga Inggris: Arsenal Kalahkan Tottenham Hotspur, Skor 3-2

Arsenal berhasil mengalahkan Tottenham Hotspur dalam pekan ke-35 Liga Inggris.

Baca Selengkapnya