Betapa lamban pemerintah mengurus situs Trowulan, Jawa Timur. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semestinya segera menetapkan petilasan Kerajaan Majapahit ini sebagai cagar budaya. Tanpa kejelasan status, kawasan bersejarah ini akan tergilas roda bisnis dan industri.
Kini, di sana akan dibangun pabrik baja yang dikelola oleh PT Manunggal Sentra Baja. Jika rencana ini tak dibatalkan, situs Trowulan akan semakin rusak. Jangan heran bila beberapa waktu yang lalu, World Monument Fund-sebuah badan prestisius untuk pelestarian warisan bersejarah-menggolongkan Trowulan sebagai salah satu pusaka dunia yang terancam hancur.
Sejak 1996, lembaga yang berkantor di New York itu memberikan perhatian terhadap warisan kultural yang terancam di seluruh dunia. Misalnya, patung Buddha raksasa yang terpahat di ceruk sebuah tebing di Bamiyan, Afganistan, yang didinamit oleh Taliban. Atau Myson-situs religius masyarakat Champa, di Vietnam Tengah, yang tinggal puing-puing dan semakin porak-poranda oleh bom-bom Amerika saat Perang Vietnam. Keduanya adalah bagian dari itu.
Tahun ini, Trowulan bersama Ngada (sebuah desa di Flores) dan Peceren-Dokan (dua dusun dekat Berastagi) dianggap sebagai situs yang sangat berisiko di Indonesia. Menurut World Monument, robohnya rumah-rumah tradisional di Ngada disebabkan oleh faktor alam dan kurangnya perawatan. Begitu pula rumah di Peceren dan Dokan. Sementara perusakan situs Trowulan justru sengaja dilakukan secara kontinu oleh masyarakat.
Sejak 1980-an, Trowulan dikepung oleh industri bata. Sekitar 5.000 keluarga menggantungkan hidup pada pembuatan bata merah. Investor dari Surabaya berdatangan. Gubuk pembakaran didirikan di mana-mana. Para arkeolog sering menemukan bekas-bekas struktur bangunan kuno, tapi kemudian lenyap karena batanya diambil oleh warga.
Peninggalan Majapahit itu-berupa candi sampai permukiman-seluruhnya menggunakan bata. Ada juga lapik patung, pagar, saluran air, sumur-sumur kuno, atau jobong. Di dalam tanah kawasan Trowulan terdapat berbagai ragam struktur-struktur bangunan abad ke-14. Tapi itu makin tak terdeteksi. Penduduk juga banyak menggali tanah secara liar untuk mencari keramik Cina, patung terakota, kepeng, dan manik-manik emas.
Kita semestinya malu pada negara tetangga, yang lebih pintar mengelola situs bersejarah. Thailand, misalnya, merawat Sukhothai Historical Park-cagar budaya bekas kerajaan Sukhothai dari abad ke-13-secara baik. Di sebuah kawasan dengan luas berhektare-hektare, terhampar bekas-bekas kuil dengan puluhan patung Buddha raksasa. Di dalamnya sama sekali tidak ada kegiatan ekonomi.
Trowulan pun bisa seindah itu andaikata kita peduli. Pemerintah Kabupaten Mojokerto memang memberikan izin kepada PT Manunggal untuk membangun pabrik baja. Tapi izin ini sebenarnya bisa dicabut setelah Trowulan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Pemerintah harus segera bertindak sebelum situs itu benar-benar hancur.