Ngotot Memperbanyak Daerah

Penulis

Senin, 28 Oktober 2013 02:22 WIB

Motif Dewan Perwakilan Rakyat mengusulkan pembentukan 65 daerah baru perlu dipertanyakan. Inisiatif ini muncul menjelang Pemilihan Umum 2014 ketika partai politik dan para politikus memerlukan modal dan dukungan elite lokal. Melihat waktu yang tersisa-kurang dari enam bulan-DPR periode ini rasanya tak mungkin mengkaji pembentukan daerah baru secara mendalam.

Sikap ngotot itu terlihat aneh di tengah kebijakan penghentian sementara (moratorium) pembentukan daerah baru yang belum dicabut sejak 2010. Bayangkan bila usul politikus Senayan itu setujui pemerintah. Jumlah provinsi yang kini 34 bertambah menjadi 42. Kabupaten dan kota sebanyak 508 akan menjadi 565.

Sebelum mengusulkan pemekaran, DPR semestinya menengok lagi hasil evaluasi atas pembentukan daerah baru. Pemekaran selama ini telah melenceng dari keinginan mendekatkan layanan birokrasi kepada masyarakat. Tujuan ini tak tercapai lantaran ratusan daerah baru yang didirikan selama era reformasi cenderung tak siap. Sebagian besar anggaran daerah habis buat gaji pejabat daerah dan para pegawai.

Kementerian Dalam Negeri pun telah mengkaji sejumlah daerah berdasarkan kriteria, antara lain kualitas layanan, kesejahteraan masyarakat, dan tata kelola pemerintah. Dari 200 lebih daerah baru, hanya dua yang meraih skor di atas 60-dari nilai tertinggi 100. Daerah baru sering pula terjangkit penyakit birokrasi: maladministrasi dan mismanajemen.

Pada 2011, Badan Pemeriksa Keuangan sampai tak memberikan opini (disclaimer) pada laporan keuangan 67 daerah baru. Artinya, untuk mendapat opini "tidak wajar" saja, daerah baru itu tak mampu. Jangan heran, korupsi pun merajalela. Suap dan komisi haram kerap mewarnai perizinan usaha serta pengadaan barang dan jasa. Pada periode 2004-20012, sekitar 1.500 anggota DPRD dan 213 bupati/ wali kota terseret kasus korupsi-sebagian berasal dari daerah hasil pemekaran.

Advertising
Advertising

Proses demokrasi di daerah baru juga amburadul. Pemilihan langsung kepala daerah dimanipulasi elite lokal untuk membangun dinasti politik dan bisnis. Demi hasrat "raja-raja" lokal, masyarakat yang terikat jalinan primordial sering digiring ke pusaran konflik horizontal. Rakyat di daerah akhirnya hanya menjadi penonton, bahkan korban.

Dalam kondisi seperti itu, moratorium jelas diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan lama dan merumuskan kebijakan baru. Ketimbang memaksakan pembentukan daerah baru, DPR lebih baik menuntaskan desain besar penataan daerah lewat Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang baru. Bahkan Dewan bersama pemerintah harus berani melikuidasi daerah baru yang gagal. Daerah itu bisa digabung ke daerah induk atau ke daerah terdekat yang lebih maju.

Sikap DPR yang getol mengusulkan pembentukan daerah baru ketimbang menyelesaikan pembahasan tunggakan puluhan RUU amat memprihatinkan. Dewan semestinya mengabdi pada kepentingan Republik, bukan kepentingan mereka sendiri atau elite lokal.

Berita terkait

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

5 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Sheffield United dipastikan menjadi tim pertama yang terdegradasi dari Liga Inggris (Premier League) musim 2023/24.

Baca Selengkapnya

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

15 menit lalu

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

Real Madrid selangkah lagi menjadi juara Liga Spanyol 2023-2024. Pelatih Carlo Ancelotti segera bisa melewati catatan prestasi Zinedine Zidane.

Baca Selengkapnya

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

15 menit lalu

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, pada Senin malam WIB.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

19 menit lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

50 menit lalu

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

Berikut data dan penjelasan dari BMKG tentang sebaran dampak gempa itu dan pemicunya.

Baca Selengkapnya

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

1 jam lalu

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

Nicholas Saputra menceritakan berbagai hal menarik soal proses syuting "Secret Ingredient". Salah satunya soal penggunaan beberapa alih bahasa.

Baca Selengkapnya

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

1 jam lalu

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

Kompetisi bola voli profesional nasional, Proliga 2024, sudah bergulir sejak Kamis, 25 April 2024. Ini daftar pelatihnya.

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

1 jam lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Gempa dari Laut Selatan Malam Ini, Guncangannya Dirasa Kencang dan Lama

1 jam lalu

Gempa dari Laut Selatan Malam Ini, Guncangannya Dirasa Kencang dan Lama

Gempa mengguncang dari Laut Selatan Pulau Jawa pada Sabtu malam ini, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Larangan Merokok Ganja di Stasiun, Mengenal Deutsche Bahn Perusahaan Kereta Jerman yang Mengumumkan Aturan Ini

1 jam lalu

Larangan Merokok Ganja di Stasiun, Mengenal Deutsche Bahn Perusahaan Kereta Jerman yang Mengumumkan Aturan Ini

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn atau DB mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun. Aturan ini berlaku mulai 1 Juni 2024

Baca Selengkapnya