Terpuruk di Indeks Kemudahan Berusaha

Penulis

Sabtu, 2 November 2013 01:14 WIB

Bukan hal baru mendengar berbelitnya prosedur investasi di Indonesia. Sejak dulu, Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang tidak akrab kepada investor. Namun cerita klasik ini tetap saja membuat kita jengkel dan bertanya-tanya: mengapa soal begini tak kunjung bisa diperbaiki? Kejengkelan itulah yang kembali muncul mendengar Indonesia lagi-lagi mendapat peringkat buruk dalam indeks kemudahan berusaha (Ease of Doing Business Index) di Indonesia.

Sejak lima tahun yang lalu, peringkat Indonesia dalam survei yang digelar International Finance Corporation-unit Bank Dunia yang menangani isu ekonomi dan keuangan-itu selalu mendekati posisi buncit. Tahun ini, dari 189 negara, Indonesia ada di ranking ke-120.

Kondisi ini sungguh kontras dibandingkan dengan hampir semua negara tetangga di Asia Tenggara, yang sudah melaju kencang. Singapura, misalnya, selalu berada di nomor satu. Begitu pun, mereka terus-menerus memperbaiki iklim investasinya. Bukan hanya Singapura. Malaysia tahun ini masuk nomor enam, dan Thailand mengejar di peringkat ke-18. Bahkan Filipina, yang tahun lalu di belakang kita, kini sudah menyalip dan bertengger di urutan ke-108.

Bank Dunia mencatat negara-negara yang peringkatnya melompat naik biasanya punya satuan tugas khusus untuk memperbaiki indikator kemudahan berusaha mereka. Adanya satgas semacam itu mencerminkan kesadaran bahwa kemudahan berusaha adalah prasyarat penting kemajuan ekonomi.

Kesadaran itulah yang terasa tak merata di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) boleh jadi sudah berusaha keras membuat evaluasi dan merilis kebijakan baru. Namun kesungguhan itu tak ditopang oleh respons serupa dari kementerian dan lembaga lain.

Advertising
Advertising

Padahal, dari 10 indikator kemudahan berusaha, hanya ada dua indikator yang terkait langsung dengan kewenangan BKPM. Indikator lain, seperti akses pada listrik, misalnya, amat bergantung pada kinerja Perusahaan Listrik Negara. Begitu pula indikator yang terkait dengan pendaftaran properti dan izin mendirikan bangunan, masuk wilayah kerja pemerintah daerah. Sisanya berhubungan dengan kinerja Direktorat Jenderal Pajak, Bursa Efek Indonesia, Kementerian Perdagangan, sampai Mahkamah Agung. Walhasil, tanpa komunikasi dan kerja sama antarlembaga, sulit berharap ada sinergi lintas sektoral untuk memperbaiki indeks kemudahan berusaha kita.

Masalahnya, kerja sama semacam itu mensyaratkan adanya kerangka berpikir yang sama di semua jajaran terkait. Tanpa kesamaan visi dan kekompakan langkah pemerintah, mustahil ada perbaikan. Celakanya, saat ini belum semua pengambil kebijakan menyadari bahwa kemudahan mendirikan usaha baru akan mendorong kewirausahaan dan menyuburkan kompetisi yang berujung pada produktivitas ekonomi.

Jangan lupa, indeks kemudahan berusaha juga berkorelasi dengan indeks persepsi korupsi. Sampai sekarang, berdasarkan survei Transparency International, indeks persepsi korupsi Indonesia masih di ranking ke-118, jauh di bawah Singapura (nomor 5), Malaysia (54), Thailand (88), dan Filipina (105). Ranking indeks itu mirip dengan hasil survei indeks kemudahan berusaha. Dengan kata lain, jika permohonan izin bangunan masih butuh duit pelicin, petugas pajak masih bisa disuap, dan hakim masih terima sogokan, indeks kemudahan berusaha kita-dan otomatis indeks persepsi korupsi negeri ini-tak akan pernah beranjak dari kasta pariah.

Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

2 menit lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

3 menit lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja IMSI Catcher, Alat Sadap yang Diduga Diimpor oleh Mabes Polri dari Singapura

5 menit lalu

Cara Kerja IMSI Catcher, Alat Sadap yang Diduga Diimpor oleh Mabes Polri dari Singapura

Alat sadap IMSI Catcher berfungsi mengetahui lokasi seseorang lewat telepon seluler dengan cara intersepsi, metode yang lazim digunakan intelijen.

Baca Selengkapnya

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

9 menit lalu

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

KPU membantah gugatan Partai Demokrat pada perkara Nomor 183-01-14-16/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024 dalam sidang sengketa Pileg

Baca Selengkapnya

Jelang Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024, Ivar Jenner Akui Para Pemain Kelelahan

10 menit lalu

Jelang Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024, Ivar Jenner Akui Para Pemain Kelelahan

Ivar Jenner menegaskan kemenangan menjadi harga mati yang harus diraih Timnas U-23 pada laga Indonesia vs Guinea pada playoff Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

10 menit lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Orangutan, Hewan Tercerdas yang Mirip Manusia

11 menit lalu

5 Fakta Orangutan, Hewan Tercerdas yang Mirip Manusia

Orangutan memiliki kecerdasan lebih tinggi dari simpanse dan gorila.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

13 menit lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

17 menit lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

PPP Sebut Belum Tentukan Sikap Politik Resmi di Pilkada Jawa Timur

20 menit lalu

PPP Sebut Belum Tentukan Sikap Politik Resmi di Pilkada Jawa Timur

PPP menyatakan sifat politiknya di Pilkada Jawa Timur masih dinamis. Antara mendukung Khofifah atau membentuk koalisi baru.

Baca Selengkapnya