Jalan Tengah Upah Buruh

Penulis

Sabtu, 9 November 2013 00:21 WIB

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menetapkan Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta 2014 sebesar Rp 2,441 juta adalah pilihan kompromi yang paling rasional. Semestinya semua pihak menerima, karena pengambilan keputusan itu sudah mempertimbangkan berbagai komponen hidup layak, plus laju inflasi sebesar 6,15 persen. Dengan keputusan itu, upah telah naik dibanding angka upah tahun ini sebesar Rp 2,2 juta.

Adalah wajar bahwa keputusan ini tidak bisa memuaskan semua pihak. Para buruh merasa tuntutan mereka belum terpenuhi. Pengusaha pun merasa berat untuk menaikkan nilai upah yang harus mereka bayar. Kedua pihak tentu punya alasan masing-masing. Pengusaha berpatokan bahwa kenaikan tak perlu sebesar itu karena mengacu pada komponen hidup layak yang disusun Dewan Pengupahan DKI Jakarta. Dalam patokan ini, digunakan 60 komponen sesuai dengan ketentuan Inpres Nomor 9 Tahun 2013, sehingga diperoleh angka Rp 2,29 juta.

Sebaliknya, buruh menggunakan komponen hidup layak dengan penambahan sejumlah item sehingga menjadi 84 komponen. Angka yang keluar pun jauh lebih besar: Rp 3,7 juta. Tambahan komponen versi buruh, antara lain, adalah keperluan membeli jaket, kipas angin, bedak, televisi, telepon seluler, dan minyak wangi.

Berada di antara dua kutub itu, pemerintah harus mengambil jalan tengah. Di sinilah, dengan mengikuti rekomendasi unsur pemerintah dalam Dewan Pengupahan DKI Jakarta, Joko Widodo membuat keputusannya soal UMP DKI 2014. Dengan keputusan itu, pengusaha harus rela membayar sedikit lebih, sedangkan kaum buruh pun semestinya ikhlas menerima lebih rendah daripada tuntutan mereka.

Kedua pihak bisa saja menolak dan mengajukan keberatan. Tapi, apa pun sikap yang diambil, sudah selayaknya semua pihak mengajukan keberatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Menyatakan penolakan dengan mengerahkan massa untuk menekan agar besaran UMP 2014 diubah tak perlu dilakukan. Apalagi jika sampai diikuti penghadangan atau blokade akses jalan umum. Cara seperti ini, selain merugikan orang banyak, akan menjadi bumerang yang mendorong munculnya antipati terhadap gerakan buruh.

Menyuarakan kenaikan upah merupakan hak buruh. Apalagi upah minimum di Indonesia tergolong kecil dibanding di negara-negara ASEAN lain. Dibanding di Singapura, yang upah rata-rata buruhnya 3 dolar per jam, misalnya, upah di Indonesia hanya US$ 0,6 per jam. Bahkan kita kalah oleh Filipina, yang buruhnya berupah rata-rata US$ 1 per jam. Belum lagi kalau harus menghitung faktor inflasi.

Advertising
Advertising

Namun, bila buruh menuntut kenaikan upah menjadi Rp 3,7 juta dari semula Rp 2,2 juta, ini juga sulit dipenuhi pengusaha. Kenaikan upah secara drastis tidak hanya memberatkan biaya produksi, tapi juga akan merusak struktur gaji karyawan yang sudah bekerja di atas satu tahun. Artinya, yang harus dinaikkan bukan hanya upah buruh di lapis bawah, tapi juga di lapis menengah hingga atas. Jika itu terjadi, niscaya biaya produksi menggelembung, perusahaan bangkrut, dan para buruh kehilangan pekerjaan.

Walhasil, kini pilihan bagi buruh adalah menerima UMP DKI 2014 sebesar Rp 2,441 juta, atau menolak dan memaksakan UMP sebesar Rp 3,7 juta. Jika pilihan kedua yang diambil, mereka harus siap menjadi penganggur jika suatu saat perusahaan tempatnya bekerja bangkrut atau pindah ke daerah lain.

Berita terkait

Hasil Proliga 2024: Bandung Bjb Tandamata Kalahkan Jakarta Livin Mandiri, Raih 3 Kemenangan Beruntun

4 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Bandung Bjb Tandamata Kalahkan Jakarta Livin Mandiri, Raih 3 Kemenangan Beruntun

Tim bola voli Bandung Bjb Tandamata meraih tiga kemenangan berturut-turut di arena Proliga 2024, setelah mengalahkan Jakarta Livin Mandiri.

Baca Selengkapnya

Hasil Riset: Nathan Tjoe-A-On Menjadi Pemain yang Paling Siapresiasi Suporter di Timnas U-23 Indonesia

14 menit lalu

Hasil Riset: Nathan Tjoe-A-On Menjadi Pemain yang Paling Siapresiasi Suporter di Timnas U-23 Indonesia

Hasil riset menunjukkan pemain Timnas U-23 Indonesia, Nathan Tjoe-A-On, menjadi pemain yang paling diapresiasi suporter.

Baca Selengkapnya

Fakta Menarik Timnas Indonesia Vs Irak di Laga Terakhir Piala Asia U-23 2024

26 menit lalu

Fakta Menarik Timnas Indonesia Vs Irak di Laga Terakhir Piala Asia U-23 2024

Timnas Indonesia menutup Piala Asia U-23 2024 dengan menempati posisi keempat. Berikut beberapa fakta menarik Indoneisa Vs Irak.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

27 menit lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Perhatikan Sinyalnya, Siapa Tahu Teman Sendiri adalah Belahan Jiwa Anda

27 menit lalu

Perhatikan Sinyalnya, Siapa Tahu Teman Sendiri adalah Belahan Jiwa Anda

Berikut tujuh sinyal pasangan adalah belahan jiwa, siapa tahu dia teman sendiri yang sudah sering menghabiskan waktu bersama.

Baca Selengkapnya

Komentar Coach Justin Soal Pemain Timnas U-23 Indonesia Marselino Ferdinan yang Tengah Disorot Netizen

27 menit lalu

Komentar Coach Justin Soal Pemain Timnas U-23 Indonesia Marselino Ferdinan yang Tengah Disorot Netizen

coach Justin memberikan nasihat untuk pemain muda Indonesia Marselino Ferdinan yang tengah menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

1 jam lalu

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

Singapura telah menerima lebih dari 664 ribu pengunjung Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33,8 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

3 Vaksin Wajib untuk Jemaah Haji 2024

1 jam lalu

3 Vaksin Wajib untuk Jemaah Haji 2024

Dalam rangkaian ibadah haji, kesehatan para jemaah haji menjadi faktor utama yang harus dipersiapkan dengan matang.

Baca Selengkapnya

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

2 jam lalu

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

3 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya