Pagan

Penulis

Senin, 25 Februari 2002 00:00 WIB

untuk H.J.C. Princen (1926-2002) Memang sebaiknya kau pergi sekarang, Poncke. Kepergian mengandung kehilangan. Kita akan tahu sesuatu terasa hilang, dan di saat itu kita tahu ada sesuatu yang tak tergantikan. Seperti ketika kami kehilangan kau. Terutama di hari ini, Poncke, bagaimana kami akan bisa menggantikan engkau? Kaulah yang tahu makna tanah air sebagai "tanah tumpah darah". Kaulah yang memilih sebuah ibu pertiwi justru karena luka-lukanya, bukan karena kejayaannya, memilih sebuah negeri justru karena onak-durinya, bukan karena kemenangannya. Hidupmu seakan-akan sebuah penegasan, berulang kali, bahwa luka, duri, darah itu justru cerita tentang manusia yang paling pokok: manusia yang bukan cuma makhluk berpikir, tapi juga makhluk yang merasakan pedih. Bagimu, humanisme, yang merayakan keagungan manusiayang diteguhkan oleh pelbagai filsafat, ilmu, dan penaklukanpada saat yang sama perlu menyaksikan sesuatu yang lain: manusia yang ketakutan, yang lemah, menyerah, diculik, disiksa, dimaki, disembelih. Atau setidaknya yang menangis. Aku kira itulah sebabnya, Poncke, kau tak bisa menerima kekuatan yang memusnahkan makhluk yang menangis itu: kau cegah manusia jadi algojo dan domba korban. Sebab itu hidupmu adalah cerita seorang prajurit yang diperintah mengembalikan kolonialisme tapi berbalik melawan kolonialisme, seorang anggota partai politik yang tahu betapa penting tapi betapa suramnya kekuasaan, seorang yang dianiaya dan sebab itu tahu mengapa ia tak boleh menganiaya. Ya, memang sebaiknya kau pergi sekarang, Poncke. Kami akan kehilangan kau, tapi dengan itu pula kami akan lebih merasakan bahwa kini tengah terancam apa yang selamanya kau yakini: sikap menampik untuk menjunjung tinggi yang serba kuat dan berjaya, sikap yang menolak untuk mengesahkan syak wasangka dan keangkuhan. Tanpa kau, kami justru akan tahu betapa pentingnya suaramu di depan sebuah dunia yang kini ingin menyambut kuasa Romawi yang barusebuah etos yang percaya bahwa yang kuat dan angkara (bukan yang lemah dan lembut) yang akan mewarisi bumi. Dengan bangga etos ini menyebut diri "pagan"kata yang tak bisa diterjemahkan dengan istilah "kafir"karena penganjurnya tahu: Tuhan hanya membela yang lemah, sedangkan imperium Romawi membuktikan lain. Atas nama analisis yang dingin, penganjurnya pun berujar bahwa sebenarnya yang lemah tak ada gunanya, karena sebagian dunia dihuni sebuah ancamandan ancaman berarti "orang barbar". Maka yang penting bukanlah kemerdekaan, melainkan ketertiban. Dan ketertiban berarti penaklukan atas yang dianggap "liar", "biadab", "melawan". Yang superkuat akan membereskan dunia. Maka lebih baik memang kau pergi hari ini, Poncke, agar tak mendengarkan itu semua: sebuah pandangan yang kelam tapi rabun dan menakutkan tentang dunia, tapi juga sebuah pandangan yang merasa diri gagah, liat, dan berani. Hak asasi, bagi paganisme baru ini, hanya membuat bingung orang di dunia yang "barbar", dan sebab itu hak asasi manusia hanya bisa "diakui" bagi mereka yang "beradab". Ingat kejayaan Romawi dahulu kala: kekuatan itu bertahan dan berkembang karena tak hendak membiarkan makhluk di luar pintu gerbang itu berbuat sesukanya. Ingat, kata pemikir paganisme baru, dunia berada di tengah "bentrok peradaban": yang sebelah sini hebat, luhur, maju, merdeka, dan yang sebelah sana brengsek, kacau, berjiwa hamba, merosot. Dalam bentrok itu, tatkala yang "sebelah sana" mengancam, keamanan adalah segala-galanya. Maka segala kekuatan imperial yang ada harus dikerahkan untuk melenyapkannya. Kau tak akan menyaksikan paganisme baru itu, Poncke. Kau tak akan mendengarkan keganasan di balik "peradaban" itu. Tapi kau bukannya tak meninggalkan bekas. Bekasmu harapan dan kesunyian. Harapan, karena ada lagi manusia yang ternyata bisa jadi bukti bahwa tak ada imperium yang tanpa seorang pun yang menampiknya, dan tak ada keunggulan yang selama-lamanya menang: seperti kau menolak kejayaan Hitler di Eropa, kau juga tak hendak membiarkan kemenangan kolonialisme Belanda di Indonesia. Seperti kau tak hendak mengukuhkan "demokrasi terpimpin" Sukarno, kau pun menggugat kemutlakan "Orde Baru" Soeharto. Setiap kali sebuah kekuasaan besar retak sejenak oleh sebuah suara jerit, kita tahu bahwa tak ada takhta yang bisa menjajah dunia tanpa akhirnya menjajah diri sendiri. Maka sebuah jerit, sebuah protes, menunjukkan bahwa pada bayangan setiap manusia yang menaklukkan bumi, ada seorang lain yang dihina dan dilukai. Sejak itu ketenteraman adalah sesuatu yang palsu. Teman kita yang Kristen akan mengatakan, "Kita tahu apa yang kemudian terjadi, setelah Roma menyalibkan anak manusia yang tak bersalah di Palestina." Teman kita yang muslim akan berbisik, mengikuti Quran, "Membunuh seorang manusia sama halnya dengan membinasakan seluruh kemanusiaan." Maka kita akan selalu dengar jerit itu, Poncke. Dan di setiap jerit ada kesunyian. Sudah tentu imperium yang dibangun dari bukit-bukit Roma, seperti imperium yang kini hendak dibangun Tuan Bush, tak hendak mengakui kesunyian itu. Bukannya mereka tak mengenal doa: di pantheon mereka, para imperialis, bersembahyang dan bercakap ke langit tinggi. Tapi doa para penakluk bukanlah doa yang menerima kesunyiankarena kesunyian, seperti kau tahu, adalah ruang di lubuk hati di bawah, di dekat liang lahat, di mana ketidakyakinan diri menyusup dan tak kembali: ketidakyakinan yang mengharu-biru, ketika kita merasa diri "hanya manusia", daif, terbatas. Pergilah, Poncke, dan dengan itu kau temui kesunyian yang paling ujung: kau lepas, sendiri, fana, dan kami yang ditinggalkan, yang kehilangan, tahu apa artinya seseorang yang pernah hadir dan tak tergantikan. Kami menangis. Tapi setiap saat seseorang hilang, kita bersaudara. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Gregoria Mariska Tunjung Akui Kalah dari Chen Yu Fei karena Terganggu Cuitan Netizen

2 menit lalu

Gregoria Mariska Tunjung Akui Kalah dari Chen Yu Fei karena Terganggu Cuitan Netizen

Menurut Gregoria Mariska Tunjung, meski tidak menyalahkan netizen yang dia sebut itu, namun cuitannya mempengaruhi mentalnya.

Baca Selengkapnya

Konser David Foster akan Dimeriahkan Afgan dan Ada Kategori Tiket Baru

3 menit lalu

Konser David Foster akan Dimeriahkan Afgan dan Ada Kategori Tiket Baru

Afgan akan menjadi salah satu penyanyi Indonesia yang akan memeriahkan konser Hitman Returns: David Foster & Friends Live in Indonesia 2024.

Baca Selengkapnya

Penggunaan Alat Sadap oleh Lembaga Negara Berpotensi Melanggar Hak Asasi Manusia

3 menit lalu

Penggunaan Alat Sadap oleh Lembaga Negara Berpotensi Melanggar Hak Asasi Manusia

Penggunaan alat sadap oleh sejumlah lembaga negara antara lain Polri, Kejaksaan Agung, KPK, berpotensi melanggar HAM.

Baca Selengkapnya

Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

7 menit lalu

Berbagai Mitos soal Orang Cerdas dan Faktanya

Orang cerdas sering memunculkan anggapan atau mitos tertentu. Sayangnya, asumsi tersebut banyak yang keliru. Berikut faktanya.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Hukum Soal Penambahan Nomenklatur Kementerian di Pemerintahan Prabowo

8 menit lalu

Kata Pakar Hukum Soal Penambahan Nomenklatur Kementerian di Pemerintahan Prabowo

Presiden terpilih Prabowo Subianto dapat menambah nomenklatur kementerian dengan amendemen UU Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya

Daftar Pemain Guinea untuk Hadapi Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade Paris 2024, Ada Ilaix Moriba

18 menit lalu

Daftar Pemain Guinea untuk Hadapi Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade Paris 2024, Ada Ilaix Moriba

Timnas U-23 Guinea mulai bersiap untuk menghadapi Timnas U-23 Indonesia pada babak play-off cabang olahraga sepak bola Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

The Atypical Family, Mengenali Para Pemeran Drakor Ini

19 menit lalu

The Atypical Family, Mengenali Para Pemeran Drakor Ini

Drakor The Atypical Family telah menayangkan dua episode pertamanya pada 4 Mei dan 5 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

28 menit lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

29 menit lalu

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.

Baca Selengkapnya

Deteksi Lupus pada Anak dengan 11 Pertanyaan Ini

35 menit lalu

Deteksi Lupus pada Anak dengan 11 Pertanyaan Ini

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan 11 butir pertanyaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi awal penyakit lupus pada anak secara mandiri.

Baca Selengkapnya