Penyadapan oleh Tetangga

Penulis

Senin, 18 November 2013 23:31 WIB

Indonesia sudah seharusnya menarik pulang duta besar untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema. Keputusan ini merupakan sikap tegas terhadap pemerintah Australia soal isu penyadapan. Selain tidak pantas, penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, dan sejumlah pejabat tinggi negara itu jelas bukan tindakan yang bersahabat.

Sejauh ini, belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Australia soal penyadapan yang dilakukan pada Agustus 2009. Peristiwanya memang sudah cukup lama, tapi baru terungkap setelah ada dokumen bocoran dari mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden.

Dokumen berbentuk slide tertanggal November 2009 itu jelas disebutkan milik Defence Signals Directorate, yang kini bernama Australian Signals Directorate, serta Departemen Pertahanan Australia. Dalam salah satu slide berjudul "IA Leadership Targets + Handsets", dimuat nama orang-orang yang menjadi target serta jenis telepon yang digunakan.

Ketika berkunjung ke Australia pekan lalu, Wakil Presiden Boediono berkali-kali menyatakan kedua negara perlu menjalin hubungan yang lebih baik dan berjangka panjang. Perdana Menteri Tony Abbott pun menanggapinya dengan mengatakan bahwa hubungan dengan Indonesia merupakan satu hal yang sangat penting.

Dalam konteks ini, penarikan tersebut sesungguhnya patut disesalkan karena Perdana Menteri Abbott, yang berasal dari Partai Liberal, kentara betul hendak meningkatkan hubungan kedua negara. Kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Australia bisa dikatakan memberi hasil yang positif. Abbott dan Boediono meresmikan Australia-Indonesia Centre.

Pembentukan pusat studi ini diharapkan bisa membangun sebuah hubungan jangka panjang yang produktif di antara kedua negara. Australia juga menghidupkan kembali proyek Colombo Plan. Lewat proyek ini, pemerintah Australia akan mendanai mahasiswa yang hendak melakukan studi ke Indonesia.

Advertising
Advertising

Sayang sekali, berbagai hal baik yang dicapai itu runtuh begitu saja. Bocoran Snowden muncul hanya sehari setelah Boediono mendarat di Jakarta. Tentu saja, kita berhak menaruh syak wasangka bahwa pernyataan Abbott kepada Boediono tak lebih dari sekadar ungkapan diplomatik yang kosong dan penuh basa-basi. Mustahil Abbott tidak mengetahui detail penyadapan tersebut.

Posisi Abbott memang terjepit. Penyadapan itu dilakukan ketika Australia dipimpin Perdana Menteri Kevin Rudd. Namun, bagaimanapun, Abbott tetap harus mempertanggungjawabkan tindakan pendahulunya. Abbott tak bisa lagi hanya menunggu Snowden membongkar file-nya lembar demi lembar.

Jika Australia menginginkan hubungan kedua negara berlanjut, permintaan maaf menjadi syarat yang tak bisa ditawar. Negara itu semestinya menyimak pernyataan Boediono yang menyitir sebuah ungkapan: kita tidak bisa memilih tetangga-karena merupakan sebuah takdir-tapi kita bisa memilih teman yang baik.

Berita terkait

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

4 menit lalu

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

Menteri Luhut menyebutkan layanan internet berbasis satelit Starlink bakal diluncurkan dalam dua pekan ke depan atau pertengahan Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Festival Bahasa Ibu, Cara Kemendikbudristek Mengawetkan Bahasa Daerah

4 menit lalu

Festival Bahasa Ibu, Cara Kemendikbudristek Mengawetkan Bahasa Daerah

Kemendikbudristek menggelar festival bahasa ibu nasional. Berisi talenta penjaga bahasa etnis dari berbagai wilayah.

Baca Selengkapnya

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

14 menit lalu

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok mengatakan konsep tempat parkir bawah tanah Monas ini sempat masuk gagasannya.

Baca Selengkapnya

Reboisasi 33.800 Bibit Pohon, Telkom Dukung Pemulihan Lahan Kritis

16 menit lalu

Reboisasi 33.800 Bibit Pohon, Telkom Dukung Pemulihan Lahan Kritis

Sepanjang 2023, Telkom telah melaksanakan pemulihan lahan kritis di 4 provinsi.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Wanita Mayat dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Peran Adik Kandung Pelaku

19 menit lalu

Pembunuhan Wanita Mayat dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Peran Adik Kandung Pelaku

Adik tersangka pembunuhan wanita di kasus mayat dalam koper itu sempat melarikan diri usai membantu kakaknya.

Baca Selengkapnya

Pelaku Pembunuhan di Bandung Beli Koper Dua Kali, Pertama Kekecilan Tak Bisa Memuat Tubuh Korban

22 menit lalu

Pelaku Pembunuhan di Bandung Beli Koper Dua Kali, Pertama Kekecilan Tak Bisa Memuat Tubuh Korban

Pelaku pembunuhan perempuan di Bandung yang mayatnya dimasukkan dalam koper membeli koper usai menghabisi nyawa korban.

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

26 menit lalu

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

Menurut Ujang Komarudin, pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Subianto harus dilihat berdasarkan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

PPP Klaim Suaranya di Papua Pegunungan Pindah ke PKB hingga Garuda

28 menit lalu

PPP Klaim Suaranya di Papua Pegunungan Pindah ke PKB hingga Garuda

PPP mengklaim perolehan suara partainya berpindah secara tidak sah ke PKB, Partai Garuda, dan PKN.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

36 menit lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

UU Desa yang Baru, Apa Saja Poin-Poin Isinya?

36 menit lalu

UU Desa yang Baru, Apa Saja Poin-Poin Isinya?

Presiden Jokowi telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2024 tentang Desa atau UU Desa

Baca Selengkapnya