Republik

Penulis

Senin, 25 Maret 2002 00:00 WIB

SEBUAH republik lahir dengan harapan yang bagus, tapi kita sering lupa bahwa ada hubungan yang lama antara dirinya dan kekerasan. Republik Indonesia, India, Cina, Aljazairuntuk menyebut beberapa sajamenumpahkan darah pada abad ke-20 sebagaimana Republik Prancis pada abad ke-18. "Republik," kata Saint-Just, teoretikus Revolusi Prancis itu, "terdiri dari pembasmian atas setiap hal yang menentangnya." "Republik" di situ berarti sebuah negara-bangsa yang mendesakkan dirinya ke dalam sejarah. Di bawah fanatisme kaum Jakobin ia menjadi Teror: bersikeras, gigih, karena baginya, seia-sekata dalam "dunia baru" adalah sebuah keniscayaan. Demikianlah 209 tahun yang lalu, pasukan revolusioner dari Pusat datang menghancurkan Lyons. Kota ini berdosa karena mendukung gagasan federalisme, yang bagi kaum Jakobin sama artinya dengan menolak derap serempak ke masa depan. Marseille dijuluki "Kota-Tanpa-Nama", seolah-olah tak perlu ada dalam peta, karena penduduknya dianggap hanya setia kepada daerah sendiri, seakan-akan Prancis bukan apa-apa. Dan tentu saja Vendee. Pada tahun 1793, wilayah ini pernah berontak dan berhasil mengalahkan kaum revolusioner. Para petani, dengan dukungan para padri, mengembalikan apa yang oleh Revolusi dianggap kuno dan lintah darat, dan sebab itu harus dijebol: kekuasaan Gereja. Bagi para petani Vendee, Revolusi dan Repubik yang sekuler telah mencopot tradisi Katolik dari hidup mereka. Maka mereka bangkitdan menuliskan sebuah versi kebalikan dari lagu revolusioner Marseillaise: "Allons armies catholiques, le jour de gloire est arrive." Tapi, di pertengahan April 1794, "tentara Katolik" itu dihabisi. Hari kejayaan, le jour de gloire, lenyap. Sebanyak kurang-lebih seperempat juta orang tewas di wilayah itu dan sekitarnya; dengan kata lain, hampir sepertiga jumlah penduduk. Tentara Republik memang kepanjangan tangan sang Teror. Hasil panen dibakar, prasarana dihancurkan, para perempuan diperkosa. Pada suatu hari di bulan Januari yang dingin, 200 penduduk diperintah untuk berlutut dekat lubang besar yang telah mereka gali. Semuanya ditembak. Yang luput dihantam martil. Ada 30 anak dan dua wanita yang masih hidup. Tapi mereka terkubur ketika lubang itu diuruk tanah kembali. Vendee pun menjadi Venge ("dibalas"). Dan Prancis pun tegak, megah, makmur. Sejarah dan perang besar memang mengguncangnya berkali-kali, Revolusi telah dikhianati, tapi Republik tak perlu lagi membantai. Di Vendee sebuah masa lalu yang telah dihancurkan tetap punah, lewat. Syahdan, dua ratus tahun kemudian, September 1993, di dusun Lucs-sur-Boulogne, hadir Alexander Solzhenitsyn. Penulis besar Rus yang bertahun-tahun hidup dalam kamp tahanan politik Stalin itu ke sana buat memberikan penghormatan kepada para korban Revolusi Prancis. Ia mendampingi Philippe de Villiers, tokoh sayap kanan yang ingin menghidupkan kembali "identitas Vendee", dengan segala tradisinya. Di dusun Prancis itu Solzhenitsyn menyambut masa silam. Masa silam baginya penting, ingatan itu esensial. Revolusi cuma memaksakan lupa. Semua "revolusi," demikianlah ia bicara, "menghancurkan watak organis masyarakat." "Watak organis" itu ada hubungannya dengan "kebudayaan nasional": sesuatu yang lokal, rapat dengan adat, jumbuh dengan akar di sebuah tempat. Revolusi Prancis, seperti halnya Revolusi Rusia pada tahun 1917, membabat akar itu. Atas nama Akal dan Pencerahan, kaum revolusioner merusak sifat Katolik Prancis yang lama dan sifat Rusia Ortodoks yang asli. Revolusi, bagi Solzhenitsyn, telah melahirkan sebuah struktur yang dari "atas" memencongkan apa yang secara alamiah hidup di "bawah". Yang hendak dibentuk adalah manusia yang sama. Betapa sia-sia. Sebab, kata Solzhenitsyn, "umat manusia tak berkembang dalam sebuah cetakan tunggal, melainkan acap kali melalui kebudayaan yang tertutup, masing-masing dengan hukumnya sendiri." Pendirian ini bisa memikat, memang, kini, ketika bentuk kekuasaan modern terasa represif, ketika nostalgia akan masa yang hilang menguat, dan perbedaan budaya disambut sebagai pembebasan. Tapi Solzhenitsyn tak menjelaskan di mana batas wilayah "kebudayaan yang tertutup" itu. Dari padanya kita juga tak tahu, haruskah dan bisakah siapa saja yang ada dalam batas wilayah itu diasumsikan sama. Apa yang terjadi bila seseorang ingin berbeda dari patokan budaya tempat ia dibesarkan? Mungkin Solzhenitzyn perlu membaca novel Indonesia tahun 1920-an. Siti Nurbaya adalah tentang seorang gadis yang tertindas oleh sebuah "kebudayaan yang tertutup". Surat-surat Kartini pada awal abad ke-20 menginginkan emansipasi. Rekaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi tentang masyarakat Melayu di Singapura abad ke-19 bercerita bahwa sesuatu yang lokal, rapat dengan adat, jumbuh dengan akar di sebuah tempatyang oleh Solzhenitsyn disebut "watak organis"bisa amat represif. Sebaliknya, modernitas memang mengandung kekerasan, tapi ia juga bisa membebaskan. Ketika Republik Indonesia didirikanseperti halnya Republik India, Cina, Aljazair, dan lain-lainia sebenarnya menghendaki modernitas yang seperti itu. Ia memang bisa melampiaskan apa yang gelap dalam dirinya, dan menumpahkan darah dan membasmi. Tapi pada akhirnya ia, seperti Teror dalam Revolusi Prancis, bertolak atas nama Akal dan Pencerahan, dan sebab itu akan digugat oleh Akal dan Pencerahan. Ia tak bisa mengelak. Sebab ia, sebuah modernitas dengan segala kesalahannya, tak melihat dirinya datang dari surga. Ia tak sakral dan telah selesai berbicara. Ia belum tertutup. Ia mustahil untuk selamanya tertutup. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Penggemar Rasakan Emosi di Lagu Diana Krall

24 menit lalu

Penggemar Rasakan Emosi di Lagu Diana Krall

Penggemar Diana Krall kagum dengan penampilan penyanyi Kanada itu di konser Solo bertajuk Diana Krall Live in Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Juara Liga Spanyol 2023/2024, Carlo Ancelotti Lewati Catatan Zidane dan Incar Rekor Miguel Munoz

57 menit lalu

Real Madrid Juara Liga Spanyol 2023/2024, Carlo Ancelotti Lewati Catatan Zidane dan Incar Rekor Miguel Munoz

Carlo Ancelotti berhasil mengantar Real Madrid menjuarai Liga Spanyol 2023-2024. Incar rekor setelah lewati catatan Zidane.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Penting Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis 9 Mei

1 jam lalu

3 Fakta Penting Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis 9 Mei

Simak tiga fakta penting laga timnas U-23 Indonesia vs Guinea di playoff Olimpiade Paris 2024, salah satunya pertandingan digelar tertutup.

Baca Selengkapnya

Indonesia Raih Perak Piala Uber Pertama dalam 16 Tahun, Para Pemain Tunggal Putri Paling Banyak Dipuji

1 jam lalu

Indonesia Raih Perak Piala Uber Pertama dalam 16 Tahun, Para Pemain Tunggal Putri Paling Banyak Dipuji

Setelah 16 tahun menanti, akhirnya tim bulu tangkis putri Indonesia membawa pulang medali Piala Uber.

Baca Selengkapnya

Jadwal Liga Champions Leg Kedua Semifinal: Bayern Munchen Kehilangan 2 Bek Jelang Sambangi Real Madrid

2 jam lalu

Jadwal Liga Champions Leg Kedua Semifinal: Bayern Munchen Kehilangan 2 Bek Jelang Sambangi Real Madrid

Jadwal Liga Champions akan memasuki leg kedua semifinal. Bayern Munchen mendapat pukulan menjelang tampil di markas Real Madrid.

Baca Selengkapnya

Fansign Day6 di Jakarta Selama 2 Jam Dipenuhi Ratusan My Day Beruntung

3 jam lalu

Fansign Day6 di Jakarta Selama 2 Jam Dipenuhi Ratusan My Day Beruntung

Dihadiri oleh Sungjin, Wonpil, Dowoon, dan Young K, acara fansign Day6 di Jakarta diadakan sehari sebelum Saranghaeyo Indonesia 2024.

Baca Selengkapnya

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

3 jam lalu

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

Possession: Kerasukan memakai atribut horor Indonesia, yaitu pocong yang dipresentasikan bantal-guling lantaran dekat dengan keseharian masyarakat.

Baca Selengkapnya

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

3 jam lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa itu Pelat Khusus ZZ?

Apa itu pelat khusus ZZ yang disebut tak kebal aturan ganjil-genap di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

3 jam lalu

Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?

Jika sudah menjalin hubungan dengan seseorang dan sangat ingin tahu apakah dia adalah belahan jiwa, berikut beberapa tandanya.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

3 jam lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya