TEMPO.CO, Jakarta - Nur Haryanto, anto@tempo.co.id
Dick Fosbury membuat pengecualian. Dia melakukan hal yang tak pernah dilakukan sebelumnya oleh atlet lompat tinggi lainnya. Di Olimpiade Meksiko 1968, dia membuat penonton terperangah. Sudah 46 tahun lamanya Fosbury melakukan lompatan bersejarah itu.
Ketik saja namanya di www.youtube.com, Anda bisa melihat Fosbury melompat. Sampai kini gaya itu paling sering digunakan, termasuk oleh pemegang rekor dunia terakhir, Javier Sotomayor (Kuba) dengan lompatan 2,43 meter. Fosbury waktu itu meraih medali emas, tapi tidak memecahkan rekor dunia. Dia hanya mampu melewati mistar setinggi 2,24 meter, sedangkan rekor dunia saat itu dipegang Valeriy Brumel (Rusia) dengan tinggi lompatan 2,28 meter. Terus apa istimewanya Fosbury?
Tak ada yang terlihat aneh dengan lompatannya. Tapi, bagi penonton atau penggemar atletik saat itu, lompatan Fosbury adalah hal yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya. Itu gaya baru dalam lompat tinggi. Dan kini gaya itu dikenal dengan Fosbury Flop. Caranya, melentingkan badan dengan punggung menghadap mistar.
Bagi saya, mungkin juga bagi yang lain, kisah ini inspiratif. Tapi bagaimana dengan dunia olahraga Tanah Air? Badminton masih menjadi favorit; cabang angkat besi sudah satu dekade menunjukkan prestasi di Olimpiade; atau panahan, yang pernah membuat sejarah medali perak Olimpiade Seoul 1988, tak lagi bersinar.
Berbeda dengan sepak bola, membicarakan olahraga amatir atau Olympic Games sepertinya tidak terlalu menarik. Padahal, ketika medali emas direbut, bendera Merah Putih dikibarkan dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan. Saat itulah gengsi suatu negara dan bangsa terangkat. Tak ada kata lain, suasana itu akan membuat haru dan bangga.
Coba lihat lagi di situs YouTube, saat Susi Susanti dan Alan Budikusuma menitikkan air mata ketika lagu dan bendera kebanggaan berkibar di Olimpiade Barcelona 1992. Medali emas Olimpiade pertama yang pernah diraih Indonesia. Atmosfernya akan lebih terasa ketika menyaksikan langsung. Dada akan terasa sesak dan rasa bangga itu meluap"Indonesia Bisa!"
Prestasi Susi dan Alan juga menginspirasi. Prestasi atlet olahraga di banyak negara dijadikan sumber inspirasi untuk generasi mudanya. Sayangnya, di Tanah Air, kisah seperti ini tak banyak. Bahkan, kalau membaca berita sepekan terakhir, sepertinya olahraga memang dipandang sebelah mata.
Koran Tempo, Minggu, 14 April lalu, melaporkan nasib para atlet Indonesia yang akan berlaga di Asian Games Incheon, Korea Selatan, mulai 19 September ini. Para atlet berangkat tanpa uang saku. Mereka bahkan sempat tertahan di kampung atlet karena hotel belum dibayar. Seolah pemerintah tak peduli atau memang benar-benar tak peduli. Padahal mereka berangkat demi mengharumkan Indonesia di mata dunia.
Rasa-rasanya, generasi mendatang yang hidup pada 2025 masih kesulitan mencari rekaman di Internet soal prestasi atlet-atlet Indonesia. Atau mereka hanya menemukan kisah-kisah juara dari negara lain. Saya hanya berharap itu tak bakal terjadi.
Berita terkait
Gelora Bung Karno Lokasi Kampanye Akbar Prabowo-Gibran, Ini Profil GBK yang Mulai Dibangun Pada 1960
9 Februari 2024
Berikut profil Gelora Bung Karno atau GBK lokasi kampanye akbar Prabowo-Gibran. Mulai dibangun 1960 dan diresmikan 1962. Berapa kapasitasnya?
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Berduka Atlet Angkat Besi Lisa Rumbewas Meninggal
14 Januari 2024
Presiden Jokowi menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya lifter peraih tiga medali Olimpiade asal Papua, Lisa Raema Rumbewas.
Baca SelengkapnyaProfil Eko Yuli Irawan, Peraih Medali Perak Angkat Besi di IWF Grand Prix II 2023 Qatar
10 Desember 2023
Karier gemilang atlet angkat besi Eko Yuli Irawan sudah terlihat sejak 2006. terakhir, raih medali perak di kejuaraan IWF Grand Prix II 2023 Qatar.
Baca SelengkapnyaEvaluasi Asian Games 2023, Menpora Panggil Perwakilan Cabang Olahraga secara Bergantian
31 Oktober 2023
Menpora Dito Ariotedjo mengatakan evaluasi Asian Games 2023 sebagai salah satu persiapan menuju Olimpiade 2024.
Baca SelengkapnyaTren Buruk Asian Games Berlanjut ke Denmark Open 2023, Ketua PBSI Soroti Masalah Kepelatihan hingga Demotivasi Atlet
23 Oktober 2023
Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna membeberkan hasil rapat evaluasi kegagalan Asian Games 2023. Seberapa optimistis ke Olimipiade 2024?
Baca SelengkapnyaIndonesia di Asian Games 2023 Hangzhou: Daftar Cabang dan Atlet Penyumbang Medali serta Posisi dalam Klasemen Akhir
9 Oktober 2023
Asian Games 2023 Hangzhou sudah berakhir Minggu, 8 Oktober 2023. Simak daftar penyumbang medali bagi Indonesia dan klasemen akhirnya.
Baca SelengkapnyaTarget di Asian Games 2023 Gagal Tercapai, Indonesia Tatap Olimpiade 2024
9 Oktober 2023
Hingar-bingar pesta olahraga Asian Games 2023 sudah usai. Indonesia yang gagal memenuhi target berfokus menatap Olimpiade 2024.
Baca SelengkapnyaKlasemen Akhir Perolehan Medali Asian Games 2023 yang Ditutup Minggu 8 Oktober, Indonesia Posisi 13
8 Oktober 2023
Asian Games 2023 resmi ditutup, Minggu, 8 Oktober. Simak klasemen akhir perolehan medali yang menempatkan Indonesia di posisi 13.
Baca SelengkapnyaAsian Games 2023 Resmi Ditutup, Edisi Berikutnya Digelar di Jepang pada 2026
8 Oktober 2023
Asian Games 2023 resmi ditutup melalui upacara megah yang dihiasi pameran teknologi visual tinggi di Stadion Olimpiade Hangzhou, Minggu, 8 Oktober.
Baca SelengkapnyaDrama Penetapan Tersangka Syahrul Yasin Limpo
8 Oktober 2023
Penetapan status tersangka bagi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memunculkan banyak cabang drama dan kasus baru.
Baca Selengkapnya