TEMPO.CO, Jakarta - Agus M. Irkham, Pegiat Literasi
Untuk perayaan Hari Aksara Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyelenggarakan beberapa acara, salah satunya Festival Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ketiga yang akan berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara, 17-21 September 2014.
"Merayakan Keragaman Imajinasi Menuju Literasi Indonesia Unggul" menjadi tema festival ini. Tema yang kontekstual itu dipadu dengan situasi yang belangsung di Indonesia, yaitu tengah bermekarannya beragam aktivitas produktif yang berbasis pada imaji.
Betul sekali nubuat Albert Einstein bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Karena itu, jika TBM ini ingin menjadi bagian dari apa yang disebut literasi Indonesia unggul, ia harus selalu terhubung dengan persoalan-persoalan kebangsaan serta isu-isu global sebagai sumber imaji dan gagasan, bukan terus berkutat pada persoalan internal, seperti koleksi buku yang kurang atau jumlah pengunjung yang sedikit. Kalau persoalan klasik dan klise ini yang terus-menerus diekspos, TBM tidak akan ke mana-mana dan tak akan move on.Tak jadi masalah bila TBM ini merupakan entitas kecil. Sebab, biarpun kecil, kalau produktivitasnya tinggi, tetap akan mewarnai Indonesia.
Menurut saya -dalam konteks TBM sebagai salah satu pegiat budaya baca dan keberaksaraan-ada tiga penanda suatu bangsa dapat dikatakan memiliki keunggulan literasi. Pertama, memiliki program atau gerakan budaya membaca yang bersifat nasional. Misalnya, Hari Berbagi Buku Nasional (HB2N), Satu Rumah Satu Rak Buku, atau program Dari Buku Menjadi Karya. Manfaat kehadiran gerakan nasional ini secara isu akan menyatukan semua pegiat budaya membaca di Indonesia. Gerakan nasional itu menjadi pusat orbit aksi literasi di daerah. Minimal secara wacana, isu budaya membaca ini juga akan terus hidup. Tidak hilang dan mati akibat tertindih oleh persoalan yang terus datang bergulung-gulung menghampiri negeri ini.
Kedua, ada produk yang dihasilkan. Produk yang didasari imaji dan pengetahuan sebagai titik pijak keberangkatan awal. Melalui produk tersebut, orang bisa mencandrai dinamika dari sebuah gerakan budaya baca. Wujudnya bisa bersifat fisik, seperti buku yang berisi kearifan lokal, alat permainan edukatif literasi, dan hasil praktek dari buku menjadi karya. Atau yang bersifat non-fisik, misalnya warung arsip digital, perangkat lunak (software) pengelolaan TBM/perpustakaan, serta game literasi gratis yang dipasarkan melalui Android.
Ketiga, sistem. Menyadari betapa luasnya Indonesia kita ini, gerakan budaya membaca tentu saja tidak bisa direngkuh melalui pendekatan terpusat. Ia harus menjadi inisiatif masing-masing daerah. Sistem dibuat agar dapat dijadikan rujukan bagi semua pemangku kepentingan budaya membaca. Ini bisa membantu mereka menjawab pertanyaan, misalnya tentang dari mana dan bagaimana sebuah gerakan budaya membaca harus dimulai.
Tanpa ketiga hal tersebut, keunggulan literasi akan tetap menjadi mimpi. Karena itu, agar mimpi ini menjadi kenyataan, diperlukan upaya merasionalkan imaji dan kegilaan tingkat tinggi dalam menekuninya.
Berita terkait
3 Ucapan Sungkeman dalam Tradisi Jawa Saat Lebaran
25 hari lalu
Tradisi sungkeman biasanya dilakukan oleh anak kehadapan orang tuanya saat lebaran.
Baca SelengkapnyaTips Belanja Online Aman di Masa Lebaran
25 hari lalu
Agar terhindar dari menjadi korban penjahat siber saat belanja online di masa Lebaran, simak tips berikut ini.
Baca SelengkapnyaHari Raya Horor
28 hari lalu
Film horor Siksa Kubur karya Joko Anwar dan Badarawuhi di Desa Penari karya Kimo Stamboel berebut penonton di bioskop pada masa libur Lebaran.
Baca SelengkapnyaCegah Penularan Flu Singapura, Hindari Cium dan Pegang Balita Saat Silaturahmi Keluarga
28 hari lalu
Orang dewasa harus menghindari mencium balita ketika berkumpul bersama keluarga di momen Lebaran demi mencegah anak tertular flu singapura.
Baca SelengkapnyaSejarah Parsel Lebaran, Dari Simbol Balas Budi Hingga Dicurigai sebagai Gratifikasi
30 hari lalu
Kebiasaan berkirim parsel tak pernah luntur, khususnya pada masa Lebaran. Bagaimana perkembangan tradisi ini di Indonesia?
Baca SelengkapnyaDinantikan Tiap Jelang Hari Raya, Siapa Pertama Kali Pencetus THR?
34 hari lalu
Konsep pemberian THR telah ada sejak awal 1950. Pencetusnya adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia dari Partai Masyumi.
Baca SelengkapnyaInspirasi Busana Lebaran di Hari Raya
34 hari lalu
Indonesia Fashion Week 2024 bisa menjadi inspirasi untuk memilih model dan warna busana Lebaran di Hari Raya.
Baca SelengkapnyaBingkisan Lebaran, Apa Perbedaan Parsel, Hampers, dan Gift Box?
35 hari lalu
Pemberian bingkisan saat hari raya, salah satunya Lebaran sebagai cara menjalin silaturahmi kepada kerabat, saudara, atau rekan kerja
Baca SelengkapnyaBenarkah THR 100 Persen ASN Tak Bisa Mendongkrak Perekonomian? Ini Kata Bank Indonesia
44 hari lalu
Pemerintah akan menggelontorkan anggaran sebesar Rp99,5 triliun untuk THR dan gaji ke-13 aparatur sipil negara tahun ini.
Baca SelengkapnyaUtamakan THR untuk Kebutuhan Hari Raya, Bukan Biaya Hidup Harian
45 hari lalu
Gunakan uang THR sesuai namanya, untuk menunjang kebutuhan hari raya, bukan untuk biaya hidup sehari-hari.
Baca Selengkapnya