IS, Jihad, dan Pendidikan Kita

Penulis

Sabtu, 20 September 2014 02:55 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Husein Ja'far Al Hadarn, penulis

Salah satu ideologi utama dan dasar Negara Islam Irak dan Suriah, atau Islamic State (IS), adalah jihad. Abu Mus'ab az-Zarqawi, peletak cikal-bakal IS, berhasil direkrut dari kehidupannya sebagai pemuda nakal dengan pesona doktrin tentang jihad. Akhirnya, ia tumbuh menjadi seorang yang hanya memahami Islam sebagai jihad. Ironisnya, pendidikan kita pun sering kali mengasosiasi Nabi lebih sebagai pendekar perang yang mengisi hidupnya dengan perang.

Seperti dikemukakan Syaikh Hasan bin Farhan al-Maliky, ulama moderat Arab Saudi, IS tenggelam dalam lautan keutamaan jihad, sementara mereka tak memahami sedikit pun tentang prinsip-prinsip jihad paling dasar. Mereka adalah orang yang menganggap Islam dan kehidupan Nabi Muhammad hanya perkara perang. Padahal, menurut sebuah penelitian, jika dikalkulasi, karier kerasulan Nabi kira-kira 23 tahun atau 8.000 hari. Jumlah hari Nabi berperang hanya 80 hari jika tanpa melibatkan persiapan dan sebagainya. Artinya, secara total, hari peperangan Nabi hanya 10 persen atau 1 persen dari karier kenabiannya. Ironisnya, yang 90 persen atau 99 persen inilah yang justru tak dipahami dan diyakini oleh IS dan para pengikut serta pendukungnya. Itu pula yang kerap diajarkan berulang-ulang tentang Islam dan Nabi dalam pendidikan anak-anak kita.

Padahal, menurut Nabi, jihad bukan hanya dilakukan dengan berperang. Justru, Nabi menyebut perang sebagai jihad kecil (jihâd ashghar) dan melawan nafsu sebagai jihad besar (jihâd akbar). Alkisah, saat Nabi pulang dari Perang Tabuk, ketika para sahabat berkata, "Kita baru saja pulang dari perang besar". Nabi justru berkomentar, "(Sebaliknya) kita baru pulang dari perang kecil, menuju perang besar," yakni jihad melawan nafsu. Dan, tak ada orang yang mati syahid dalam jihad kecil, sebelum dia menang dalam jihad besar. Artinya, kesyahidan sejati justru bukan didapat dari medan perang saja, tapi juga dari perang melawan nafsu terlebih dulu. Sayyidina Ali pernah mengurungkan ayunan pedangnya saat menyadari bahwa ayunan pedang itu disebabkan nafsunya. Nabi sendiri pun tak syahid di medan perang. Adapun jihad model IS justru karnaval nafsu: kekejaman, keberingasan, dan kesadisan.

Jihad dalam konteks perang pun tak dipahami dengan benar dan kadang tereduksi oleh IS dan mungkin oleh sebagian kita. Jelas-jelas Al-Quran dalam al-Baqarah: 190, an-Nisaa': 75 dan al-Hajj: 40 menjelaskan bahwa yang diperbolehkan-atau diwajibkan-untuk diperangi adalah orang-orang yang memerangi kita, dan itu pun jangan melampaui batas, serta berperang dalam rangka membela hak-hak orang-orang tertindas atau terusir dari kampung halamannya. Adapun yang dilakukan IS justru menindas dan mengusir orang lain, atau malah saudara muslimnya dari kampung halamannya di Mosul, Tikrit, dan wilayah-wilayah lain yang dikuasainya, hanya karena perbedaan mazhab, ideologi, atau pandangan.

Perang IS juga bukan lagi hanya menerobos etika perang Islam, tapi sangat melampaui batas dengan berlaku sadis terhadap tawanannya. Kita harus menjauhkan anak-anak dan lembaga pendidikan kita dari salah kaprah jihad ini.


Berita terkait

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

41 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

16 April 2021

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

Massa kelompok Islam radikal Pakistan bentrok dengan polisi untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka yang menuntut dubes Prancis diusir.

Baca Selengkapnya

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

3 November 2020

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

Prancis menjadi sorotan sejak peristiwa pembunuhan guru asal Paris. Penyebabnya, pernyataan mereka soal paham radikal. Diduga lost in translation.

Baca Selengkapnya

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

Kepala pemerintahan dan politisi dari berbagai negara bereaksi atas aksi terorisme yang terjadi Notre-dame Basilica, Nice, Prancis.

Baca Selengkapnya

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

Dewan Keimanan Muslim Prancis mengutuk peristiwa teror yang terjadi di Gereja Notre-Dame Basilica, Nice Kamis ini

Baca Selengkapnya

Presiden Prancis Emmanuel Macron Menuju Lokasi Teror di Nice

29 Oktober 2020

Presiden Prancis Emmanuel Macron Menuju Lokasi Teror di Nice

Presiden Prancis Emmanuel Macron bergegas menuju Gereja Notre Dame Basilica di Nice yang menjadi lokasi aksi teror terbaru.

Baca Selengkapnya

Turki Akan Perkarakan Charlie Hebdo Atas Karikatur Erdogan

29 Oktober 2020

Turki Akan Perkarakan Charlie Hebdo Atas Karikatur Erdogan

Pemerintah Turki menyatakan akan mengambil jalur hukum atas perkara karikatur Recep Tayyip Erdogan di majalah Charlie Hebdo

Baca Selengkapnya

Prancis Balas Kecaman Turki Soal Karikatur Erdogan di Charlie Hebdo

29 Oktober 2020

Prancis Balas Kecaman Turki Soal Karikatur Erdogan di Charlie Hebdo

Pemerintah Prancis merespon kecaman Turki perihal karikatur Presiden Recep Tayyip Erdogan di sampul halaman majalah satir Charlie Hebdo.

Baca Selengkapnya

Presiden Iran Ikut Komentari Masalah Charlie Hebdo, Turki, dan Prancis

29 Oktober 2020

Presiden Iran Ikut Komentari Masalah Charlie Hebdo, Turki, dan Prancis

Presiden Iran Hassan Rouhani ikut berkomentar soal ketegangan antara Prancis dan Turki yang dipicu oleh karikatur Nabi Muhammad dari Charlie Hebdo

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Mau Perkuat Hukum Sekuler Prancis untuk Lawan Islam Radikal

6 Oktober 2020

Emmanuel Macron Mau Perkuat Hukum Sekuler Prancis untuk Lawan Islam Radikal

Emmanuel Macron akan mengusulkan rancangan undang-undang yang akan menguatkan penegakan sekuler untuk melawan Islam radikal.

Baca Selengkapnya