Bandung Mawardi,
esais
Joko Widodo sedang menjahit nostalgia-nostalgia saat masih bocah. Sabtu, 13 September 2014, Joko Widodo ke Solo dengan misi nostalgia. Si lelaki kurus berjalan di pinggiran Kalianyar, sebelah utara Terminal Tirtonadi, Solo. Kalianyar adalah "sungai kenangan". Di sungai, Joko Widodo menjalani masa bocah dengan berenang dan mandi. Dulu, sungai berair bening. Sungai terletak di belakang rumah. Joko Widodo saat bocah tentu mengakrabi sungai, tempat untuk mengalirkan impian.
Sungai pun menjadi acuan membentuk diri dan menempa kesadaran atas nasib. Joko Widodo berfilsafat sungai, bermula dari episode hidup di lingkungan sungai. Orang berhak becermin dalam air. Suara gemericik air mengandung pesan semesta. Di sungai, filsafat hidup bisa mengalir dan memberi keinsafan atas diri. Herman Hesse, dalam novel Siddharta, menampilkan tokoh bereferensi sungai. Pengisahan Siddharta: "Dia belajar dari sungai itu terus-menerus. Dia belajar dari sungai cara mendengarkan, mendengarkan dengan hati bening, dengan jiwa terbuka, tanpa nafsu, tanpa keinginan, tanpa penilaian, tanpa pendapat." Joko Widodo bukan tokoh dalam novel, tapi mengabarkan pengesahan sungai sebagai referensi nostalgia.
Dulu, Sukarno bernostalgia masa kecil untuk menjelaskan posisi diri saat menggerakkan Orde Lama. Sukarno mengisahkan diri lahir dan tumbuh di keluarga miskin. Dalam buku Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat (C. Adams, 1966) dituturkan bahwa Sukarno adalah bocah berusia enam tahun saat menjalani kehidupan melarat di Mojokerto. Sukarno mengaku: "Kami tinggal di daerah jang melarat… Kami sangat melarat sehingga hampir tidak bisa makan satu kali dalam sehari. Jang terbanjak kami makan ialah ubi kaju, djagung tumbuk dengan makanan lain."
Nostalgia kemalaratan juga mengikutkan doa sang ibu. Doa dalam kemelaratan: "… kelak engkau akan mendjadi orang jang mulia, engkau akan mendjadi pemimpin dari rakjat kita, karena ibu melahirkanmu djam setengah enam pagi disaat fadjar mulai menjingsing." Sukarno memiliki nostalgia bergelimang harapan. Doa sang ibu dikabulkan Tuhan. Sukarno adalah pemimpin Indonesia, bermula dari nostalgia kemelaratan.
Nostalgia dramatis juga dimiliki Soeharto, penguasa pada masa Orde Baru. "Soeharto ditakdirkan di masa kecil menjalani kehidupan pahit getir dan penuh dengan penderitaan," begitu O.G. Roeder menuliskan dalam buku Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto (1976). Tempat paling menentukan untuk biografi Soeharto adalah sawah. Rumah keluarga Soeharto ada di dusun, dikelilingi sawah-sawah. Soeharto mengenang saat bocah senang mencari belut di sawah. Soeharto juga membentuk diri melalui peran sebagai penggembala kambing dan kerbau, sebelum puluhan tahun kemudian menjadi "penggembala" Indonesia. Masa bocah terus mempengaruhi pandangan dan aksi politik Soeharto. Kita pasti ingat foto-foto dramatis Soeharto berlatar sawah demi memberi pesan swasembada pangan.
Para tokoh memiliki biografi-biografi dramatis. Masa bocah adalah nostalgia, awalan dari takdir sebagai pemimpin. Sukarno dan Soeharto telah mengisahkan diri sejak lama kepada publik, memberi pengesahan atas ketokohan. Sekarang, Joko Widodo bernostalgia di sungai, sebelum dilantik menjadi presiden periode 2014-2019. Nostalgia diperlukan agar ada referensi untuk insaf dan bersahaja. Di sungai, impian dan pengharapan mengalir menuju istana.
Berita terkait
Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan
10 hari lalu
Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".
Baca SelengkapnyaIngin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra
14 hari lalu
Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni
Baca SelengkapnyaIndonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya
49 hari lalu
Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.
Baca Selengkapnya3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta
56 hari lalu
Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.
Baca SelengkapnyaTerkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir
5 Februari 2024
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.
Baca SelengkapnyaPrabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN
5 Februari 2024
Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaDebat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?
2 Februari 2024
Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya
24 Januari 2024
Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.
Baca SelengkapnyaMengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya
23 Januari 2024
Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini.
Baca SelengkapnyaIndonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre
18 Januari 2024
Indonesia terpilih untuk menjadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre dari 11 perwakilan negara anggota ASEAN di Seoul
Baca Selengkapnya