Tragedi Bintaro

Penulis

Rabu, 11 Desember 2013 02:17 WIB

Tragedi Kereta Commuter Line di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, sekali lagi mengingatkan akan rencana lama yang selalu tertunda. Pemerintah harus segera membangun terowongan atau jalan layang di area perlintasan kereta api agar kecelakaan serupa tak terulang.

Petaka yang menyebabkan puluhan penumpang terluka dan tujuh orang tewas itu tak akan terjadi bila perlintasan kereta api dibenahi. Kereta Commuter Line dari Serpong menuju Tanah Abang itu tiba-tiba menabrak mobil tangki pengangkut bahan bakar minyak sehingga menyebabkan sebagian gerbong terguling. Tabrakan ini juga memicu kebakaran hebat. Truk minyak diduga memaksa menerobos palang pintu yang mulai diturunkan petugas.

Pintu kereta di Bintaro itu termasuk yang rawan bahaya. Jalur rel kereta dan jalan raya saling memotong. Di seluruh Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), total ada 763 titik perlintasan serupa. Dari jumlah itu, hanya 136 yang resmi serta dijaga petugas PT Kereta Api Indonesia. Keadaan tersebut membuka risiko terjadinya kecelakaan.

Kemungkinan muncul kecelakaan kian besar setelah frekuensi perjalanan sepur di Jabodetabek meningkat sejak April lalu. Saat itu PT KAI menggenjot jumlah perjalanan kereta komuter menjadi 575, dari sebelumnya 514. Hal ini menyebabkan lalu-lalang kereta di sebuah palang pintu di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, misalnya, meningkat menjadi setiap 3 menit sekali. Tahun ini setidaknya telah terjadi 13 petaka di perlintasan di Jakarta dan sekitarnya.

Pembenahan perlintasan kereta sudah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Dalam undang-undang disebutkan, perpotongan jalan kereta api dengan jalan umum dibuat tidak sebidang. Pembangunan terowongan dan jalan layang di titik perpotongan itu menjadi kewajiban pemerintah. Tujuannya tentu untuk mencegah kecelakaan, selain mengurangi kemacetan lalu lintas.

Advertising
Advertising

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebetulnya sudah lama berancang-ancang membenahi perpotongan kereta dan jalan raya, tapi belum juga terealisasi. Gubernur Joko Widodo semula berencana membangun 10 terowongan dan jalan layang di perlintasan kereta pada 2014. Tapi sebagian rencana ini ditinjau ulang karena PT KAI memiliki rencana baru: membangun jaringan kereta lingkar layang alias loop line. Sebagian besar lokasi yang telah direncanakan ternyata bersinggungan dengan loop line. Akibatnya, pada 2014 belum bisa dimulai pembangunan seperti rencana semula.

Apa pun solusinya, pembenahan perpotongan lintasan kereta dan jalan raya tidak bisa ditunda. Begitu pula penertiban jalan-jalan tikus yang memotong lintasan kereta. Tak hanya di kawasan Jabodetabek, tapi juga wilayah lain. Tercatat 4.925 titik perpotongan serupa di Jawa dan luar Jawa. Dari angka itu, 75 persen tidak dilengkapi palang pintu.

Tragedi Bintaro semestinya melecut pemerintah untuk segera membenahi titik-titik rawan petaka itu.

Berita terkait

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

3 menit lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

6 menit lalu

Sule: Mahalini akan Pindah Agama dan Menikah dengan Rizky Febian secara Islam

Sule menjelaskan bahwa Mahalini akan menjadi mualaf sebelum menikah dengan Rizky Febian secara Islam di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

7 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Chelsea Kalahkan West Ham United 5-0, Nicolas Jackson Bikin Brace

Chelsea berpesta gol di gawang West Ham United dan mengalahkan lawannya itu dengan skor 5-0 dalam pertandingan Liga Inggris.

Baca Selengkapnya

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

15 menit lalu

Kado Hari Pendidikan Nasional: UKT Naik di Berbagai Kampus Negeri

UKT naik di berbagai kampus, buah dari penerapan Keputusan Mendikbudristek

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

16 menit lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

23 menit lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

35 menit lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

36 menit lalu

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

Pesawat Lion Air JT 316 rute Surabaya-Banjarmasin delay selama lima jam karena menunggu kedatangan pesawat Lion Air dari Batam.

Baca Selengkapnya

Menpora Dito Ariotedjo Ingin Beri Bonus Tim Bulu Tangkis Indonesia yang Lolos ke Final Piala Thomas dan Piala Uber 2024

36 menit lalu

Menpora Dito Ariotedjo Ingin Beri Bonus Tim Bulu Tangkis Indonesia yang Lolos ke Final Piala Thomas dan Piala Uber 2024

Menpora Dito Ariotedjo menilai perjuangan wakil Indonesia di Piala Thomas dan Piala Uber 2024 patut diapresiasi.

Baca Selengkapnya

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

39 menit lalu

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

Berikut 10 penyebab bersin terbanyak hasil riset pada 2.000 orang, bukan hanya karena alergi atau sedang flu.

Baca Selengkapnya