Kuo Pau Kun

Penulis

Senin, 23 September 2002 00:00 WIB

SAYA tak tahu adakah Kuo Pau Kun seorang pemberontak. Saya hanya tahu ia pernah ditahan oleh pemerintah Singapura selama empat tahunsebuah masa yang detailnya tak pernah ia ceritakan. Dalam umurnya yang hampir 60 tahun, ketika saya bertemu dengannya buat pertama kali di Tokyo, ia tampak sebagai seseorang yang tak hendak memberi kesan apa pun kepada dunia: kemejanya, yang tak pernah disetrika, selalu dikenakannya seakan-akan hanya disampirkan. Tubuhnya tinggi, tapi tak pernah dibawakannya dengan dada terentang. Langkahnya tak pernah ragu, tapi tak pernah bergegas. Matanya memandang dengan cermat, tapi seperti selalu dalam posisi tersenyum, seakan-akan mengatakan, "Ya, saya mengerti." Bicaranya meyakinkan, tapi suaranya tak pernah naik. Leluconnya tak pernah disertai gerak tangan, ketawanya tak pernah terkekeh. Kini saya tak akan bisa menemuinya lagi: ia meninggal pekan lalu, setelah beberapa bulan kanker itu menyerangnya. Saya berada di Amerika ketika jasadnya dimakamkan, dan dengan kesedihan dan frustrasi, saya bertanya-tanya suara berkabung apakah yang terdengar di Singapura. Beberapa kenalan mengirimkan obituari yang ditulis dengan mengharukan oleh Dr. Kwok Kian Woon, teman kami bersama. Saya coba buka The Straits Times di internet. Tak saya temukan sebaris pun tentang penulis lakon dan sutradara yang dikenal luas di Asia iniorang yang telah membuat Singapura punya kehidupan kesenian yang menarik, ketika umumnya orang bertanya, ragu: mungkinkah? Tapi mungkinkah ia diabaikan? Jika Anda pernah melihatnya berjalan di Orchard Road, Anda akan gampang menyangka ia seorang engkoh guru dusun, yang di sana hanya lewat. Seakan-akan ada jarak (dengan "J") yang tak kelihatan antara dia dan etalase-etalase itu, yang bagaikan deretan akuarium yang megah menghamparkan keanekaan yang bergerak seperti ikan-ikan tropis: logo, desain, warna, cahaya, huruf. Kuo Pau Kun tampak tak tertarik untuk bermain mata dengan semua itu. Di dunia Orchard Road, ia seakan-akan datang dari album foto tahun 1950-an. Mungkin itulah cara ia memberontak: ia menampik untuk ditelan etalase. Ia berdiri, ia berjalan, ia bekerja seperti hendak mempertahankan sebuah dunia-kehidupan yang pelan-pelan mengelak untuk jadi kristal. Sebagian ini tentu lantaran teater. Ia pernah berkunjung ke Indonesia dan kami berbicara kenapa teater menyebabkan orang jadi peka akan yang-sementara, tapi juga tak takut. Pada akhirnya di pentas itu layar akan turun, setelah percakapan, perasaan, dan gerak berlangsung dengan intens. Tapi yang-sementara bukanlah segala-galanya. Ketika lampu padam, ada yang tak menjadi bekas. Sesuatu dari lakon itu akan kembali; sebuah tragedi dari masa sebelum Masehi bisa hadir seperti lakon hari ini. Setiap pementasan seakan-akan peristiwa yang lahir dari ketiadaan. Di situlah, apa yang berhenti tak akan hilang. Dunia yang telah jadi kristal, yang dikemas dan diteriakkan sebagai sesuatu yang baru, justru tak diciptakan kembali. Juga di kemegahan Orchard Road, komoditi hidup untuk menjadi barang bekas. Sebab itu Kuo Pau Kun adalah sebuah alternatif bagi dunia Orchard Road. Bahkan bagi saya ia sebuah alternatif bagi etos yang dibangun tak henti-hentinya di Singapurasebuah "etos Odysseus". Syahdan, di atas kapalnya yang berlayar kembali dari Perang Troya, pada suatu malam di dekat sebuah pulau bersihir, Odysseus memerintahkan agar tubuhnya erat-erat diikat ke tiang agung, supaya ia bisa mendengarkan suara nyanyian peri laut yang merdu, tapi tak sampai lari menghambur dari kapal karena tergoda. Keutamaan mengikat-diri-di-tiang-agung inilah yang ditrompetkan dari atas di Singapura: tiap kali orang selalu diingatkan akan perlunya disiplin dan kerapian, akan perlunya prestasi, akan bahaya krisis dan godaan dan kelengahanjustru di tengah pesona dunia kristal yang tak kunjung berhenti. Tapi yang sering diabaikan ialah bahwa di tengah bahtera itu Odysseus, sang penguasa, tetap bisa menikmati nyanyian para peri laut, sendirian, seraya menunjukkan bahwa ia bisa menguasai tubuh. Bagaimana dengan awak kapal lain? Dan mungkinkah Odysseus mengikat tubuhnya selama-lamanya? Mustahildan sebab itu dunia Kuo Pau Kun adalah sebuah alternatif. Ia berbicara tentang "bermain". "Mari kita tidak bertanggung jawab," itulah kata-katanya yang mengejutkan dan sekaligus kocak ketika ia berceramah di depan umum di Tokyo pada tahun 1997. Pada dasarnya ia berbicara bahwa ada yang tak bertujuan tapi perlu. Ada laku manusia yang berharga karena tak dijajah oleh "guna", tak dikungkung perhitungan efisiensi, rencana, dan dorongan untuk prestasi. Sebab manusia memang homo ludens, makhluk yang bermain. Teater sesuai benar dengan itu: play, kata bahasa Inggrisnya, mengandung arti "sandiwara" maupun "permainan". Di sana orang tak perlu, dan tak diminta, mengikatkan diri ke mana pun. Sebab di sana nyanyian peri laut bukan satu-satunya kemerduan, hingga begitu memukau. Di dunia play, malam punya pelbagai suara. Kuo Pau Kun tak henti-hentinya mencoba membuat pelbagai suara itu untuk orang lain. Ada yang luar biasa pada dia: keseniannya adalah bagian dari hatinya yang memberi dan bersabar. Agustus yang lalu saya datang ke rumahnya di Singapura, menemuinya dan menemui istrinya, Lay Kuan, partnernya dalam dunia seni pertunjukan. Pau Kun terbaring, lemah, di kamar yang sederhana itu. Ia tersenyum. Kami berpelukan. Saya rasa ia tahu bahwa akhir itu sudah dekat. Tapi ia tak melihat ke dirinya sendiri. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Rio Reifan Tidak Dapat Rehabilitasi karena Terjerat Kasus Narkoba 5 Kali

2 menit lalu

Rio Reifan Tidak Dapat Rehabilitasi karena Terjerat Kasus Narkoba 5 Kali

Polisi tak akan melepas Rio Reifan untuk menjalani rehabilitasi karena sudah lima kali terjerat kasus narkoba.

Baca Selengkapnya

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

3 menit lalu

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Dirjen Bea dan Cukai Askolani menjadi sorotan karena memiliki harta Rp 51,8 miliar

Baca Selengkapnya

Striker Irak Ali Jasim Berharap Timnas Indonesia Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

8 menit lalu

Striker Irak Ali Jasim Berharap Timnas Indonesia Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Penyerang Irak U-23 Ali Jasim mendoakan Timnas Indonesia menyusul negaranya, Jepang, dan Uzbekistan, berlaga di Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Siap-siap, Ada 60 Ribu Formasi CPNS MA dan Kejagung 2024

10 menit lalu

Siap-siap, Ada 60 Ribu Formasi CPNS MA dan Kejagung 2024

Kemenpan RB menyiapkan jumlah formasi yang cukup besar bagi kejaksaan agung dan MA untuk formasi rekrutmen CPNS pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Tim Hukum TKN Sebut Gugatan PDIP di PTUN Tak Pengaruhi Pelantikan Prabowo-Gibran

15 menit lalu

Tim Hukum TKN Sebut Gugatan PDIP di PTUN Tak Pengaruhi Pelantikan Prabowo-Gibran

Tim Prabowo-Gibran mengatakan gugatan PDIP ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap KPU RI tidak akan mempengaruhi pelantikan pemenang Pilpres

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

18 menit lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Respons Serangan 3 Hari Berturut-turut di Intan Jaya, Satgas Cartenz Terjunkan Brimob dan Kopassus

18 menit lalu

Respons Serangan 3 Hari Berturut-turut di Intan Jaya, Satgas Cartenz Terjunkan Brimob dan Kopassus

Kepala Operasi Damai Cartenz Komisaris Besar Faizal Ramadhani mengatakan, OPM telah melakukan serangan selama 3 hari di Intan Jaya, Papua Tengah.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat Jejaring Kawasan Konservasi di NTT

19 menit lalu

KKP Perkuat Jejaring Kawasan Konservasi di NTT

menterian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memperkuat jejaring pengelolaan kawasan konservasi di NTT.

Baca Selengkapnya

Dianggap Tak Serius Hadapi Sidang Sengketa Pileg oleh MK, Komisioner KPU Kompak Membantah

29 menit lalu

Dianggap Tak Serius Hadapi Sidang Sengketa Pileg oleh MK, Komisioner KPU Kompak Membantah

Komisioner KPU menegaskan telah mempersiapkan sidang di MK dengan sungguh-sungguh sejak awal.

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku Pakai Uang Kantor Sebesar Rp 7 Juta

31 menit lalu

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku Pakai Uang Kantor Sebesar Rp 7 Juta

Pelaku kasus mayat dalam koper gunakan uang kantornya sebesar Rp 7 juta untuk kabur.

Baca Selengkapnya