Terbongkarnya jaringan teroris yang bermarkas di Ciputat, Tangerang Selatan, menunjukkan kegiatan berbahaya ini belum habis. Kelompok penebar teror selalu bisa merekrut kader baru. Ini berarti upaya memerangi dan mencegah munculnya terorisme tak boleh kendur.
Dalam penggerebekan di Kampung Sawah, Ciputat, pada malam tahun baru itu, Detasemen Khusus 88 menembak mati enam terduga teroris. Mereka antara lain Dayat Kacamata dan Nurul Haq, yang dikenal sebagai pelaku serentetan penembakan terhadap personel kepolisian di Jakarta dan sekitarnya.
Serangan teroris terhadap polisi berlangsung sejak pertengahan tahun lalu. Korban pertama adalah Ajun Inspektur Dua Saktiyono, yang ditembak hingga tewas di kawasan Cireundeu, Ciputat. Tak lama kemudian, terjadi pula penembakan terhadap polisi yang sedang melintas di dekat Rumah Sakit Sariasih, Ciputat.
Kepolisian semakin menjadi bulan-bulanan teroris setelah korban jatuh lagi di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Dua polisi tewas ditembak ketika sedang berpatroli. Terakhir, seorang polisi juga ditembak hingga tewas saat mengawal truk di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta.
Penggerebekan di Kampung Sawah itu diharapkan bisa memulihkan kepercayaan diri kepolisian dalam bertugas. Selama ini anggota kepolisian sempat takut mengenakan seragam ketika berangkat ke kantor. Jumlah polisi yang mengatur lalu lintas pun sempat berkurang. Hal ini jelas merugikan masyarakat.
Terbongkarnya jaringan Nurul Haq itu juga memperlihatkan bahwa terorisme belum lenyap di negeri ini. Jaringan mereka memang tak sekuat sebelumnya, tapi tetap perlu diwaspadai. Mereka diduga membiayai operasinya dengan dana yang diperoleh dari kegiatan lain, seperti merampok bank. Sasaran mereka bukan lagi simbol-simbol negara asing seperti yang dilakukan oleh Noor Din M. Top, Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Ghufron.
Nurul Haq dan kawan-kawan boleh dibilang merupakan jaringan baru. Mereka tidak pernah dilatih ala militer di Afganistan atau Filipina Selatan. Hanya, cara mereka bersembunyi mirip dengan generasi sebelumnya. Mereka menyewa rumah penduduk sebagai markas untuk merencanakan serangan. Diperkirakan, kelompok ala teroris Ciputat masih cukup banyak.
Itu sebabnya, Kepolisian RI harus terus mewaspadainya. Kemungkinan besar anggota jaringan Nurul Haq akan melancarkan balas dendam setelah banyak rekannya tewas dalam penggerebekan di Ciputat. Mereka mungkin tak merancang peledakan bom berskala besar, tapi akan melakukan serangan sporadis seperti yang dilakukan selama ini terhadap anggota kepolisian.
Upaya pencegahan, seperti program deradikalisasi, juga perlu dilanjutkan oleh pemerintah. Begitu pula upaya membatasi ruang gerak teroris lewat penertiban rumah kontrakan. Pemerintah daerah dan masyarakat bisa berperan dalam mencegah wilayahnya menjadi sarang teroris.