Falsafah Nawa Cita

Penulis

Sabtu, 4 Oktober 2014 02:19 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Atantya H. Mulyanto, praktisi manajemen, President Director & CEO PT Survindo Putra Pratama grup Surveyor Indonesia (Persero)

Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI pada 20 Oktober 2014. Berdasarkan dokumen Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengusung visi Nawa Cita. Adapun sembilan agenda Nawa Cita tersebut antara lain meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, dan melakukan revolusi karakter bangsa.

Nawa Cita akan dijadikan pedoman tata kelola (manajemen) pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo. Nawa Cita sejatinya diturunkan dari cita-cita ideologi Tri Sakti yang dicetuskan Sukarno, Presiden Republik Indonesia pertama. Dalam pidato "Tahun Vivere Pericoloso" pada 17 Agustus 1964, Bung Karno mengungkapkan tiga paradigma besar yang bisa membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar, baik secara politik maupun ekonomi.

Pertama, berdaulat dalam politik. Melalui kontemplasi, disimpulkan bahwa penderitaan rakyat Indonesia disebabkan oleh sistem kolonialisme dan imperialisme yang lahir dari rahim kapitalisme dan feodalisme bangsa sendiri. Sebagai antitesis kolonialisme dan imperialisme, Bung Karno menekankan pentingnya nasionalisme, yang hidup di taman sarinya internasionalisme. Nasionalisme yang ingin mengangkat harkat dan derajat hidup manusia, yang berperikemanusiaan, yang tidak menginginkan terjadinya I'exploitation de nation par nation (penindasan suatu bangsa terhadap bangsa lain), ataupun I'exploitation de l'homme par I'homme (penindasan manusia terhadap manusia lain). Dengan demikian, watak dari nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan, yang menginginkan terwujudnya kesejahteraan bersama, atau Sosio-Nasionalisme.

Kedua, berdikari dalam bidang ekonomi. Ini tidak dapat dipisahkan dengan konsep pertama "berdaulat di bidang politik". Melalui demokrasi ekonomi, bangsa Indonesia anti terhadap kolonialisme dan imperialisme. Kapitalisme menyebabkan akumulasi kapital, konsentrasi kapital, sentralisai kapital, dan industrieel reserve-armee (barisan penganggur). Kapitalisme mengarah kepada verelendung (memelaratkan kaum buruh).

Ketiga, berkepribadian dalam kebudayaan. Aspek budaya bagi Bung Karno sama pentingnya dengan aspek lainnya. Bangsa Indonesia harus menghormati budaya warisan nenek moyang dan menghargai nilai-nilai luhur kebudayaan masyarakat. Karakter dan kepribadian budaya Nusantara haruslah dijaga dan dilestarikan. Misalnya, budaya gotong royong yang melambangkan kolektivitas sebuah komunitas yang guyub dan berbagai karya budaya yang mewarnai dunia seni. Indonesia memiliki kekayaan budaya, seperti budaya Jawa yang kaya akan nilai luhur.

Dalam konteks kekinian, pidato Trisakti Bung Karno pada 1963 tentang (1) berdaulat secara politik, (2) mandiri secara ekonomi, dan (3) berkepribadian secara sosial-budaya adalah butir-butir gagasan yang layak dihidupkan dan ditumbuhkan oleh generasi muda kita. Kita kini hidup pada era globalisasi yang penuh dengan kompetisi yang sangat ketat. Namun, sebagai bangsa kita tak boleh kehilangan jati diri. Kita hidup di tengah era globalisasi, tapi kita tak boleh terbawa arus globalisasi itu sendiri.

Dalam hal berdaulat secara politik, Indonesia adalah negara merdeka dengan ideloginya sendiri, yaitu Pancasila. Sebagai negara berdaulat, RI tak boleh didikte oleh negara mana pun di dunia, termasuk negara-negara raksasa. Dengan menganut politik bebas aktif, kita justru harus ikut mewarnai kehidupan bangsa-bangsa di dunia, dan ikut pula menciptakan perdamaian dunia.

Mengenai kemandirian ekonomi, Bung Karno telah mewariskan kepada bangsa ini sebuah konsep yang disebut berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Ini bukan berarti kita menolak investasi asing ataupun barang-barang impor yang kita butuhkan. Kita butuh investasi asing ataupun barang impor, tapi itu hanya menjadi pelengkap. Sebaliknya, kita justru harus bisa mengolah dan mengembangkan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dengan tenaga-tenaga terdidik yang kita miliki. Kita harus bisa menciptakan pasar sendiri, bukan menjadi pasar bagi produk asing.

Soal kemandirian sosial-budaya, ini penting kita kembangkan agar tidak terombang-ambing oleh semua hal yang berbau asing. Kita punya kekayaan sosial dan budaya yang luar biasa kaya dan beragam, dan ini harus kita kembangkan untuk mewujudkan kepribadian bangsa. Kita harus menjadi bangsa besar dan kuat, dengan terus mengembangkan kekayaan sosial-budaya yang kita miliki.

Ajaran Trisakti Bung Karno tersebut sangat relevan dengan situasi saat ini, dan layak diangkat dan direvitalisasi oleh generasi muda kita sebagai pegangan bangsa ini di masa mendatang.


Berita terkait

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

7 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

15 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

28 Februari 2024

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Jokowi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia cukup kokoh di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

2 Februari 2024

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

PT Pegadaian dinobatkan sebagai Diamond Living Legend Company in Realizing Society Welfare Through Innovative and Inclusive Products and Services

Baca Selengkapnya

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

19 Desember 2023

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat lebih kuat dari target yang ditentukan

Baca Selengkapnya

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

19 Desember 2023

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan target pertumbuhan ekonomi para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2024 cenderung tinggi.

Baca Selengkapnya

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

14 Desember 2023

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023

Baca Selengkapnya

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

12 Desember 2023

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia, terutama pada kinerja ekspor.

Baca Selengkapnya

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

8 Desember 2023

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Kebijakan fiskal memiliki peranan penting sabagai penjaga stabilitas nasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

29 November 2023

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

Jokowi bangga dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh di kisaran 5 persen. Ia menyebut dirinya memamerkan hal itu kepada kepala negara lain.

Baca Selengkapnya