Sodetan Ciliwung

Penulis

Minggu, 19 Januari 2014 23:29 WIB

Betapa lamban pemerintah pusat dan daerah mencegah banjir di Ibu Kota. Setiap kali banjir datang, proyek seperti sodetan Sungai Ciliwung selalu dibicarakan, tapi hingga kini belum juga terealisasi. Padahal proyek itu amat penting untuk mengurangi beban Ciliwung pada masa puncak musim hujan.

Sudah lama dikaji, sodetan di hilir Sungai Ciliwung baru dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada Desember lalu. Saluran di bawah tanah ini membentang di antara Kebon Nanas dan Cipinang, Jakarta Timur. Sodetan sepanjang 1,9 kilometer itu diperkirakan menelan biaya Rp 1,1 triliun. Tapi penduduk Jakarta juga tidak bisa segera mengandalkan sodetan yang akan membagi beban Ciliwung dengan Kanal Banjir Timur ini. Pembangunannya diperkirakan baru selesai pada Februari 2015, dan berpotensi mulur.

Bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, proyek itu juga memerlukan peran pemerintah daerah. Gubernur DKI Jokowi mesti membantu mempercepat proses pembebasan lahan dan relokasi penduduk. Seperti normalisasi bantaran Sungai Ciliwung yang belum kelar, proyek sodetan juga terhambat oleh sebagian penduduk yang masih belum mau dipindahkan. Nah, di sinilah peran Jokowi diperlukan untuk membujuk warganya.

Proyek sodetan di hulu Ciliwung bahkan sama sekali belum dimulai. Padahal sodetan yang menghubungkan Sungai Ciliwung dengan Cisadane ini telah dibahas sejak 1997. Rupanya Pemerintah Kabupaten Tangerang masih berkeberatan terhadap proyek ini. Alasannya, sodetan itu hanya akan menambah beban Sungai Cisadane, yang mengalir ke wilayah Tangerang.

Pemerintah pusat semestinya membantu DKI meyakinkan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Memang, dibuatnya sodetan akan menambah debit air di Kali Cisadane. Tapi hal ini bisa diatasi dengan sistem buka-tutup. Sodetan itu hanya dibuka bila debit Cisadane tidak terlalu tinggi, sehingga tidak membahayakan wilayah Tangerang.

Advertising
Advertising

Satu lagi proyek yang masih mengambang: pembuatan waduk Ciawi, Bogor. Proyek ini sudah digagas sejak zaman Gubernur Sutiyoso pada 2001. Sayang, rencana ini telantar lantaran tak mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bogor. Padahal waduk dengan luas 100 hektare dan kedalaman 85 meter ini bisa mengurangi beban Ciliwung.

Tertundanya proyek sodetan dan waduk di hulu itu membuat upaya pencegahan banjir di Jakarta tak maksimal. Proyek normalisasi sungai serta perbaikan tanggul kanal dan saluran air di Ibu Kota yang kini dilakukan hanya menghilangkan sebagian dari potensi banjir. Bila air kiriman dari Bogor terlalu besar dan berlangsung beberapa hari, kanal dan saluran air di Jakarta tetap kewalahan.

Betapa penting peran pemerintah pusat dalam mengatasi banjir di Jakarta. Penuntasan proyek sodetan dan waduk di hulu itu jauh lebih mendesak ketimbang impian muluk-muluk seperti rencana memindahkan Ibu Kota. Toh, banjir tetap harus diatasi kalaupun Ibu Kota hendak dipindahkan. l

Berita terkait

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

55 detik lalu

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

ByteDance selaku perusahaan pemilik TikTok memilih untuk menutup aplikasinya di Amerika yang merugi.

Baca Selengkapnya

Rio Reifan 5 Kali Ditangkap karena Narkoba, Begini Rekam Jejak Kasusnya

2 menit lalu

Rio Reifan 5 Kali Ditangkap karena Narkoba, Begini Rekam Jejak Kasusnya

Rio Reifan ditangkap untuk kelima kalinya pada Jumat, 26 April 2024. Polisi mengamankan barang bukti berupa sabu, ekstasi, dan obat keras.

Baca Selengkapnya

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

2 menit lalu

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

Maskapai Garuda Indonesia belum ada rencana menambah perjalanan internasional dari bandara yang lain.

Baca Selengkapnya

Usai Gempa Garut M6.2, BMKG Peringatkan Potensi Longsor dan Banjir

6 menit lalu

Usai Gempa Garut M6.2, BMKG Peringatkan Potensi Longsor dan Banjir

BMKG meminta masyarakat Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung dan Garut dan mewaspadai potensi bencana susul usai gempa bumi magnitudo 6.2.

Baca Selengkapnya

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

9 menit lalu

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

Ia terbang dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ahli fisika rekayasa antariksa ini membayar US$ 20 juta.

Baca Selengkapnya

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

19 menit lalu

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

ITB siap 100 persen menggelar UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Duel Indonesia vs Thailand di Piala Thomas 2024, Aryono Miranat Minta Ganda Putra Waspada

22 menit lalu

Duel Indonesia vs Thailand di Piala Thomas 2024, Aryono Miranat Minta Ganda Putra Waspada

Aryono Miranat, mengingatkan pentingnya untuk mengantisipasi performa pasangan Thailand pada laga kedua kualifikasi Grup C Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan Haedar Nashir untuk 4 Kader Muhammadiyah yang Bela Skuat Timnas U-23

26 menit lalu

Pesan Haedar Nashir untuk 4 Kader Muhammadiyah yang Bela Skuat Timnas U-23

Ada empat kader Muhammadiyah yang saat ini sedang membela skuat Timnas U-23, salah satunya Rizky Ridho.

Baca Selengkapnya

PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran

26 menit lalu

PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut baik partai-partai non-Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang ingin bergabung pasca penetapan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, sikap tersebut mencontoh Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2.5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

27 menit lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2.5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 28 - 29 April 2024.

Baca Selengkapnya