Hari Prasetyo,
hari.prasetyo33@yahoo.com
"Mas lagi di Jakartakah? Kalau iya, hari ini jadwalnya nonton SCC kan, ya? He-he-he...."
Mas Bro terhenyak membaca pesan itu di jejaring sosial yang ditujukan kepadanya dari seorang sahabat, aktris muda berbakat dari sebuah teater yang punya prospek cerah di negeri ini.
Segera, ia pergi secara tergesa-gesa menuju Galeri Nasional (Galnas) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, dari kantornya di selatan ibu kota pada suatu hari, hendak menonton pementasannya.
Mas Bro menuju Galnas dengan menumpang beberapa kali angkutan umum dan berbekal sebuah tas punggung atau ransel.
Pementasan berlangsung di salah satu halaman Galnas itu. Bambu menjadi elemen utama yang dimainkan oleh para aktrisnya. Mengutip tulisan pengantar mereka dalam buku pertunjukan, bambu menjadi aktor dan juga simbol dari waktu itu sendiri.
Manusia yang diimpit oleh waktu di berbagai belahan dunia, terutama di perkotaan, menjadi tema pementasan ini.
Tapi, mengapa bambu, bukan ransel yang melekat di punggung Mas Bro, untuk menandai problematik masyarakat perkotaan? Tentu saja, tak ada yang salah dengan pilihan itu.
Ini hanya semacam resepsi dari Mas Bro yang tampak masih berjarak dengan bambu, yang sudah ribuan tahun dikenali oleh manusia. Meski ransel punya riwayat sama panjangnya.
Ransel adalah sebuah wadah yang dipakai di punggung seseorang dan dilindungi dua tali yang memanjang vertikal melewati bahu. Dipakai oleh manusia dari zaman berburu sampai era modern.
Bambu yang terus tumbuh bisa melambangkan manusia yang selalu bisa menyesuaikan diri dengan zaman masing-masing. Tapi Mas Bro termasuk yang tercerabut dari akar tradisi masyarakatnya yang mengakrabi bambu.
Ia larut dalam benda lain yang mengikat manusia di era modern dalam sebuah ketergantungan yang nyaris absolut sehingga layak menjadi simbol atau siap dijadikan penanda sebuah problem manusia perkotaan dalam pentas teater. Benda itu adalah televisi, lemari es, telepon genggam, dan ransel.
Deretan tas ransel di pundak atau di dada para penumpang itu bagaikan sebuah pergelaran seni rupa.
Ia serupa manusia yang pada satu saat memaknai kehidupannya secara fungsional, yakni mencari nafkah untuk makan dan menghidupi diri serta keluarga. Tapi, di lain kesempatan atau saat bersamaan, memaknai kehidupannya sebagai pewujud kesenangan, keindahan, dan eksistensi bagi dirinya dan orang lain.
Ransel itu benda fungsional dan penanda identitas. Puluhan tahun lalu, sambil beramai-ramai memakai sandal jepit dengan satu dari dua tangkai ransel tergantung di bahu kanan, Mas Bro dan kawan-kawan menyusuri lorong kampus sebuah universitas yang dulu berdomisili di Rawamangun. "Ssst anak-anak Sastra lewat, tuh," bisik mereka yang sedang duduk di taman kampus.
Di kursi kereta api Mojopahit dari Stasiun Senen, Jakarta, yang membawanya ke Malang untuk mendaki puncak Mahameru, Mas Bro memandangi tasnya dan membayangkannya serasa koper dalam syair lagu Kereta Laju karya Leo Kristi: "Di atas koper ku angkat kaki Serasa melayang serasa terbang Senyumku terkembang walau kusendiri.."
Berita terkait
SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan
38 hari lalu
Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.
Baca SelengkapnyaButet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?
7 Desember 2023
Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.
Baca SelengkapnyaHNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024
28 Juli 2023
Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.
Baca SelengkapnyaAda Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan
25 April 2023
Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.
Baca Selengkapnya4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan
21 Januari 2023
Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.
Baca SelengkapnyaLibur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi
14 Desember 2022
Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.
Baca SelengkapnyaDua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim
3 September 2022
Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi
Baca SelengkapnyaSiap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo
23 Maret 2021
Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.
Baca SelengkapnyaPertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi
20 Februari 2021
Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.
Baca SelengkapnyaProduksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?
1 Desember 2020
Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.
Baca Selengkapnya