Caleg Artis Bukan Solusi

Penulis

Minggu, 9 Februari 2014 21:39 WIB

Memajang artis sebagai calon legislator bukanlah cara tepat untuk menyelamatkan partai politik. Langkah ini mungkin mendongkrak popularitas partai, tapi hanya sementara. Perumusan platform yang sesuai dengan aspirasi masyarakat tetap menjadi kunci untuk mempertahankan eksistensi partai.

Cara pragmatis itu dilakukan oleh hampir semua partai. Partai besar seperti Demokrat, PDI Perjuangan, dan Gokar masih tergoda memasang artis. Begitu pula partai lain, seperti Gerakan Indonesia Raya, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Jangan heran bila banyak wajah penyanyi, model, serta pemain dan bintang film bertaburan dalam daftar caleg.

Resep serupa pernah dipraktekkan pada masa Orde Baru. Bedanya, sebagian besar artis hanya dipampang sebagai penarik massa, dan sedikit yang masuk parlemen. Nah, sejak era reformasi, semakin banyak artis jadi politikus. Fenomena ini belum berhenti kendati sebagian dari mereka tak mampu menjadi legislator yang andal. Bahkan ada artis yang malah terjerat kasus korupsi.

Petinggi partai politik semestinya jeli membaca keinginan masyarakat. Publik sudah muak melihat banyaknya politikus yang terjerat kasus korupsi. Orang umumnya menginginkan figur yang jujur, mau bekerja keras, dan antikorupsi. Partai politik seharusnya memajang para kader dan tokoh yang memenuhi kriteria itu.

Khalayak juga mendambakan partai politik yang peduli terhadap problem nyata, seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan transportasi. Semua ini tidak bisa dijawab dengan menyulap para artis menjadi politikus. Dalam waktu sekejap, tidaklah mungkin mereka mampu memahami berbagai persoalan ruwet negara ini. Artinya, mereka tidak bisa diharapkan menjadi pengawas pemerintah sekaligus legislator yang mumpuni.

Advertising
Advertising

Partai politik sulit berubah karena umumnya terjebak dalam praktek oligarki internal dan tak bisa menjauhi korupsi. Hal ini membuat partai ditinggalkan masyarakat. Partai Demokrat, misalnya, akan susah menjual lagi jargon "Bersih, Cerdas, dan Santun" setelah banyak kadernya terjerat kasus korupsi. Begitu pula PKS, yang selama ini bersemboyan "Jujur dan Bersih". Tanpa reformasi di internal partai, slogan-slogan itu hanya menjadi lelucon masyarakat.

Menguatnya isu penting seperti korupsi juga membuat pemilahan ideologi lama-nasionalis dan agama-terasa kabur. Inilah perlunya kalangan partai politik berubah dan merumuskan lagi platform politik sehingga lebih menyentuh kepentingan masyarakat.

Keliru besar bila partai politik ingin membendung arus perubahan. Misalnya, berusaha menyetop perang terhadap korupsi agar masalah ini tidak menjadi isu sentral. Begitu pula upaya membodohi masyarakat dengan memajang para artis sebagai caleg. Cara ini bisa sia-sia karena golongan menengah masyarakat kita semakin banyak dan pemilih semakin cerdas.

Berita terkait

7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

4 menit lalu

7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

Berikut kesalahan-kesalahan saat menggunakan parfum yang dapat mengurangi efektivitas dan bahkan menciptakan kesan negatif.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Chico Wardoyo Menang, Indonesia vs Thailand Berakhir 4-1

8 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Chico Wardoyo Menang, Indonesia vs Thailand Berakhir 4-1

Chico Aura Dwi Wardoyo menggenapi kemenangan Indonesia 4-1 atas Thailand pada fase grup C Piala Thomas 2024. Indonesia lolos ke perempat final.

Baca Selengkapnya

Kata Jonatan Christie Usai Menang Susah Payah Lawan Wakil Thailand di Piala Thomas 2024

16 menit lalu

Kata Jonatan Christie Usai Menang Susah Payah Lawan Wakil Thailand di Piala Thomas 2024

Jonatan Christie menyumbang poin kedua untuk Indonesia pada laga menghadapi Thailand di Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Besok Pagi Bos Microsoft Temui Jokowi Bahas Investasi Rp14 T, Ini Agenda dan Profilnya

17 menit lalu

Besok Pagi Bos Microsoft Temui Jokowi Bahas Investasi Rp14 T, Ini Agenda dan Profilnya

Presiden Jokowi akan menerima kunjungan CEO Microsoft, Satya Nadella di Istana Merdeka Jakarta, Selasa, bahas investasi Rp14 triliun.

Baca Selengkapnya

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

20 menit lalu

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

Sebanyak 13 warga Palestina tewas dalam serangan Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

20 menit lalu

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

PDIP meminta kepada MK agar perolehan suara PSI dan Partai Demokrat dalam pemilihan DPRD Provinsi Papua Tengah dijadikan nol.

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung ke Prabowo-Gibran, Berikut Rekam Jejak Partai Gelora

22 menit lalu

Tolak PKS Gabung ke Prabowo-Gibran, Berikut Rekam Jejak Partai Gelora

Partai Gelora menolak PKS bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Berikut alasan dan profil partai yang didirikan oleh eks petinggi PKS itu.

Baca Selengkapnya

Pernah Ditolak, Crazy Rich Surabaya Budi Said Kembali Ajukan Praperadilan di Kasus Emas Antam

28 menit lalu

Pernah Ditolak, Crazy Rich Surabaya Budi Said Kembali Ajukan Praperadilan di Kasus Emas Antam

Crazy rich Surabaya, Budi Said, ditetapkan sebagai tersangka korupsi jual beli emas Antam oleh Kejaksaan Agung

Baca Selengkapnya

Festival Hammersonic Digelar 4-5 Mei 2024, Siapa Sosok Pendiri Panggung Musik Metal Itu?

29 menit lalu

Festival Hammersonic Digelar 4-5 Mei 2024, Siapa Sosok Pendiri Panggung Musik Metal Itu?

Hammersonic Festival telah berevolusi menjadi festival musik metal terbesar dan paling ditunggu-tunggu di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Daftar Pemda yang Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

29 menit lalu

Daftar Pemda yang Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Animo masyarakat untuk menonton semifinal Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia dan Uzbekistan sangat tinggi.

Baca Selengkapnya