Batas

Penulis

Senin, 10 Maret 2003 00:00 WIB

Betapapun besarnya, kekuatan Amerika terbatas.

Bom atom dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima, dengan cahaya panas yang mengerikan pada bulan Agustus 1945. Jepang pun takluk. Maka Amerika Serikat keluar dari perang besar itu dengan kekuatan yang membuat gentar siapa saja. Tak ada yang menandingi. Dari musim panas yang bersejarah itu, abad ke-20 seperti sudah siap untuk menjadi "Abad Amerika".

Tapi pada bulan November, Walter Lippmann menuliskan kata-kata itu dalam kolom regulernya, Today & Tomorrow: "Betapapun besarnya, kekuatan Amerika terbatas." Ia tak terbawa oleh suasana bertepuk tangan. Ia tak hanyut.

Saya tak tahu kenapa ia bisa melihat, sendirian, apa yang tak dilihat orang ramai itu. Lippmann pernah mencemaskan demokrasi sebagai medan "mentalitas kawanan". Ia melawan itu, dan anehnya terkadang ia bisa memberikan sesuatu kepada orang banyak yang tengah menghadapi tahun-tahun yang merisaukan.

Tahun yang seperti itu tak putus-putusnya datang pada abad ke-20. Dan Lippmann, jurnalis terbesar pada zamannya, yang hidup antara 1889 dan 1974, telah melintasi pelbagai babakan besar dalam sejarah: dua perang dunia, beberapa dasawarsa "Perang Dingin", dan sederet panjang pemerintahan, sejak Presiden Woodrow Wilson sampai Richard Nixon. Hampir tiap hari dalam hidupnya ia mengamati, merenungkan, menulisdengan pikiran jernih dan rasa prihatin yang sejati.

Juga ketika para pemimpin politik di Washington, DC, tengah membusungkan dada. Menyadari diri sebagai pemegang monopoli mutlak atas senjata pemusnah, AS mulai berani bersikeras menghadapi salah satu kekuatan penting yang muncul dari Perang Dunia II: Uni Soviet. Ketika Moskow ingin meminjam uang untuk membangun ekonomi yang berantakan, Washington tak mendengarkan. Kedua pihak memang sejak mula saling curiga, tapi sejak itu mereka jadi bermusuhan secara terbuka. Tulis Lippmann dengan nada masygul: Amerika, tulisnya, "tengah menuju ke sebuah bencana".

Advertising
Advertising

Bencana itu menjadi nyata ketika Uni Soviet berhasil mengembangkan senjata atom sendiri. Sejak itu dunia hidup dalam "Perang Dingin" yang selalu hanya beberapa senti jaraknya dari kiamat. Tapi dari segi lain juga bisa dikatakan bahwa justru sebab itu sebuah "perdamaian" pun berlangsungmeskipun palsu. Setelah Uni Soviet mempunyai peluru-peluru kendali nuklir, sebuah balance of terror pun terjadi, dan kedua pihak sama-sama ketakutan untuk memulai menembak.

Ketakutantapi bersama dengan itu, hilangnya ketakaburan. Sebagaimana dikutip oleh Ronald Steel dalam Walter Lippmann and the American Century, kolumnis besar ini menyebut sebuah kata yang agak ganjil dalam politik internasional: humility, kerendah-hatian, yang baginya jadi sumber sikap arif menghadapi dunia. Ia juga menyebut good manners, fi'il yang baik, dan courtesy of the soul, sikap santun dari batinhal-hal yang menurut dia harus dibawakan oleh kekuatan-kekuatan besar di dunia, agar mereka "diterima oleh yang lain".

Suara seorang ethikus yang kuno dalam politik internasional? Lippmann agaknya tak bermaksud demikian. Ia hanya ingin sesuatu yang praktis: bagaimana membentuk sebuah komunitas dunia yang terasa "lebih adil", dan sebab itu yang kuat mudah diterima oleh yang lemah, dan pemaksaan tak terjadi, hingga lebih sedikit pula kemungkinan konfliknya. Di balik nada ethisnya, ia tak buta terhadap Realpolitik.

Sebab itu perdamaian, baginya, bukanlah dunia yang berubah jadi satu. Seperti John Lennon, hanya dalam lagu kita bisa membayangkan negara-negara hilang dari muka bumi: "Imagine, there is no country". Selepas lagu itu, dunia akan kembali tampak terdiri dari kekuatan yang berbeda-bedadan Lippmann tak percaya bahwa kekuatan-kekuatan yang besar bersedia menyerahkan nasibnya kepada kekuatan yang lebih kecil, meskipun mereka membentuk suara mayoritas di dunia.

Pada tahun 1943, ia menulis buku dengan judul yang kering tapi isi yang eksplosif, U.S. Foreign Policy: Shield of the Republic. Tak disangka-sangka, buku itu terjual laris, hampir setengah juta kopi dibeli khalayak dalam waktu singkat. Argumennya kini terasa biasa saja, namun di tengah kecamuk perang di Eropa, ketika orang memimpikan kerukunan dunia, argumen itu punya daya pukul tersendiri.

Lippmann bertolak dari asumsi bahwa untuk kerukunan dunia, yang penting bagi setiap negeri adalah "kepentingan nasional". Perdamaian bukan datang karena orang menafikan "kepentingan nasional", melainkan karena sejumlah kekuatan besar bersedia bekerja sama.

Tiap kehendak bekerja sama mengandung kesadaran akan bataskata lain dari kerendah-hatian. Itu sebabnya Lippmann memandang Uni Soviet dan penyebaran pengaruhnya di Eropa Timur sebagai sesuatu yang harus diterimasebagaimana AS mempunyai "wilayah pengaruh" di bagian dunia lain. Dunia tak mungkin dikendalikan oleh satu pusat. Tata dunia adalah sebuah oligarki yang tidak tunggal.

Ini semua berubah, pada suatu hari, hampir seperempat abad setelah Lippmann meninggal. Tembok Berlin dihancurkan. Uni Soviet berhenti menjadi sebuah pengimbang Amerika. Bisakah, dan perlukah, kini Amerika bicara tentang "kerendah-hatian"? Bisakah kita, seperti Lippmann pada tahun 1945, mengatakan bahwa betapapun besarnya, kekuatan Amerika terbatas?

Presiden Bush akan bilang "tidak". Ia merasa bisa mengabaikan suara PBB dan suara orang ramai di dunia, begitu ia memutuskan untuk menyerang Irak. Batas, baginya, adalah kata yang sulit dipahami. Ia tak pernah membaca Lippmann: "Tak ada kiat yang lebih sulit ketimbang menjalankan sebuah kekuasaan yang besar dengan tepat semua tergantung bagaimana kita secara kena mengukur kekuatan kita, dan bagaimana secara benar melihat kemungkinan-kemungkinan dalam keterbatasannya."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

7 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Terjadi Longsor di Sekitar Gudang Bahan Peledak Milik PT Antam

14 hari lalu

Terjadi Longsor di Sekitar Gudang Bahan Peledak Milik PT Antam

Polsek Nanggung, Polres Bogor melaporkan terjadi longsor di sekitar gudang bahan peledak milik PT Antam Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE)

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap 98 Tersangka dan Sita 410 kilogram Bahan Peledak di Jawa Tengah

32 hari lalu

Polisi Tangkap 98 Tersangka dan Sita 410 kilogram Bahan Peledak di Jawa Tengah

"Kasus penyalahgunaan petasan atau bahan peledak sejumlah 81 kasus dengan 98 tersangka," ujar Kepala Polda Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

48 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

53 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Ledakan Markas Brimob, Kapolda Jawa Timur Klaim Penyimpanan Bahan Peledak Sesuai SOP

54 hari lalu

Ledakan Markas Brimob, Kapolda Jawa Timur Klaim Penyimpanan Bahan Peledak Sesuai SOP

Polda Jawa Timur memastikan mengevaluasi soal kelayakan gudang penyimpanan bahan peledak untuk mencegah terulangnya kejadian ledakan di markas Brimob.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi PT Kaltim Amonium Nitrat, Pabrik Bahan Baku Peledak yang Diresmikan Jokowi

59 hari lalu

Serba-serbi PT Kaltim Amonium Nitrat, Pabrik Bahan Baku Peledak yang Diresmikan Jokowi

Presiden Jokowi meresmikan PT Kaltim Amonium Nitrat (PT KAN), pabrik bahan baku peledak di Kalimantan Timur. Berikut serba-serbi PT KAN.

Baca Selengkapnya

Profil PT Kaltim Amonium Nitrat, Pabrik Bahan Baku Pupuk dan Peledak yang Diresmikan Jokowi

59 hari lalu

Profil PT Kaltim Amonium Nitrat, Pabrik Bahan Baku Pupuk dan Peledak yang Diresmikan Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan pabrik bahan baku pupuk dan peledak, yakni PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Ketika Jokowi Ngemal dan Ngebakso di Samarinda

59 hari lalu

Ketika Jokowi Ngemal dan Ngebakso di Samarinda

Jokowi mengajak sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) makan bakso di sebuah pusat perbelanjaan di Samarinda, Kalimantan Timur

Baca Selengkapnya