Malala

Penulis

Selasa, 14 Oktober 2014 02:31 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Achmad Fauzi, Aktivis Multikulturalisme

Dunia patut berbangga atas penghargaan Nobel Perdamaian 2014 kepada dua insan penuh dedikasi: Malala Yousafzai dan Kailash Satyarthi. Keduanya dicatat memiliki bakti besar bagi kehidupan dan umurnya diwakafkan secara total untuk kemajuan keadaban dunia.

Dua sosok pejuang tersebut secara kebetulan mewakili dua generasi berbeda. Malala (17 tahun) adalah wanita Pakistan yang gigih memperjuangkan hak-hak anak untuk tetap mengakses pendidikan di tengah kecamuk perang. Sedangkan Kailash Satyarthi (60 tahun), yang berasal dari India, mewakili kaum tua. Sejak 1980-an Kailash teguh mengentaskan anak-anak dari perbudakan kerja dan menjadi tumbal pemenuhan syahwat kapital di India.

Pemilihan Malala dan Kailash adalah tanda zaman baik tentang arti perdamaian dan kutukan perang. Sebab, India dan Pakistan adalah dua negara yang acap bergolak. Sejak pemisahan India pada Agustus 1947, konflik India versus Pakistan terus terjadi. Pemisahan wilayah kekuasaan kerap diwarnai perebutan wilayah Kashmir yang dendamnya bereskalasi menjadi perang antaragama pengikut agama Hindu Sikh dengan Islam.

Karena itu, sekali lagi, Malala dan Kailash adalah tanda zaman yang harus dibaca. Keduanya berasal dari dua agama besar yang berseteru, namun dipertemukan dalam satu bejana kemanusiaan. Tak berlebihan jika kedua sosok tersebut disebut menjadi simbol toleransi dan diharapkan menjadi penawar dua agama yang sedang berkonflik.

Menjadi pejuang hak-hak anak di tengah situasi perang memiliki tantangan dan membutuhkan nyali yang kuat. Tapi kerja kemanusiaan di dalam kamus Malala tidak mengenal kata menyerah. Nyali Malala tak pernah ciut meski selongsong peluru milisi Taliban-sebagai kelompok penentang perempuan bersekolah-merobek kepala dan nyaris merenggut nyawanya. Begitu pula jalan perjuangan Kailash yang terlihat memukau karena memegang ajaran Mahatma Gandi yang antikekerasan.

Membincang Malala, kita diingatkan kepada perjuangan sosok Kartini. Srikandi Indonesia ini juga memiliki rekam sejarah yang baik dalam mengangkat derajat perempuan melalui kanal pendidikan. Kartini mendirikan sekolah wanita di beberapa kota dan mendobrak kultur tabu tentang keterasingan perempuan dengan sekolah. "Perempuan Indonesia harus maju dan bersekolah. Sebab, ia menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama," kata Kartini dalam suratnya kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902.

Dalam konteks Indonesia, spirit kultural Malala harus diterjemahkan oleh pemerintah melalui kebijakan yang pro-pendidikan. Anggaran pendidikan harus dipantau agar tak terjadi kebocoran dan alokasinya tepat sasaran.

Indonesia tidak dalam situasi perang, namun banyak anak-anak Indonesia yang putus sekolah dan akses menuju ke sekolah cukup memprihatinkan. Badan Pusat Statistik pernah melakukan riset pada 2009 terhadap anak usia 7-18 tahun yang tidak/putus sekolah. Sebanyak 56,4 persen disebabkan oleh masalah finansial, 9,8 persen harus membantu orang tua bekerja, 5,1 persen merasa puas dengan tingkat pendidikan yang sudah diraih, 3,0 persen karena menikah dan mengurus anak, 2,7 persen karena jarak sekolah yang jauh.

Karena itu, kita berharap akan lahir Malala-Malala baru di negeri ini yang punya kegigihan juang membela hak pendidikan anak sebagai bagian dari hak asasi.


Berita terkait

Penyelenggara Pesta di Depok Mengaku Ingin Rayakan Ulang Tahun

8 Juni 2022

Penyelenggara Pesta di Depok Mengaku Ingin Rayakan Ulang Tahun

Penjaga rumah menyebut peserta pesta di Perumahan Pesona Depok Estate 2, yang disebut sebagai pesta bikini, merupakan mahasiswa dan pelajar

Baca Selengkapnya

Harga Tiket Pesta Bikini di Depok Mencapai Rp 8 Juta

8 Juni 2022

Harga Tiket Pesta Bikini di Depok Mencapai Rp 8 Juta

Harga tiket untuk mengikuti pesta bikini di Perumahan Pesona Khayangan, Kota Depok, bisa mencapai lebih dari Rp8 juta per orang.

Baca Selengkapnya

Penggerebekan Party di Depok, Kasat Reskrim: Bukan Pesta Bikini, Hanya Joget

6 Juni 2022

Penggerebekan Party di Depok, Kasat Reskrim: Bukan Pesta Bikini, Hanya Joget

Polres Metro Depok buka suara soal penggerebekan pesta bikini di sebuah perumahan.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gerebek Pesta Bikini di Depok, Peserta Hampir 200 Orang

6 Juni 2022

Polda Metro Jaya Gerebek Pesta Bikini di Depok, Peserta Hampir 200 Orang

Polisi meminta keterangan penyelenggara pesta bikini di Depok karena mengadakan pesta di perumahan dengan jumlah massa banyak tanpa izin.

Baca Selengkapnya

Polda Jatim Selidiki Kolam Renang yang Ditutup karena Bikini

25 Februari 2016

Polda Jatim Selidiki Kolam Renang yang Ditutup karena Bikini

Polda Jatim menanyakan menanyakan kenapa kolam Gua Pote ditutup.

Baca Selengkapnya

Pesta Seks di Ritz-Carlton, Nomor Kontak Panitia Tak Aktif

21 Desember 2015

Pesta Seks di Ritz-Carlton, Nomor Kontak Panitia Tak Aktif

Polisi memastikan berita acara itu hoax.

Baca Selengkapnya

Pesta Seks di Ritz-Carlton? Polda Metro Jaya: Itu Hoax

21 Desember 2015

Pesta Seks di Ritz-Carlton? Polda Metro Jaya: Itu Hoax

Informasi soal pesta seks di Ritz-Carlton beredar melalui media sosial.

Baca Selengkapnya

Delapan Sekolah Cabut Laporan Soal Pesta Bikini  

1 Juli 2015

Delapan Sekolah Cabut Laporan Soal Pesta Bikini  

Ada dua sekolah lagi yang belum damai, yakni SMA Muhammadiyah Rawamangun dan SMA Alkamal.

Baca Selengkapnya

Baru Delapan Sekolah Cabut Laporan Pesta Bikini  

1 Juli 2015

Baru Delapan Sekolah Cabut Laporan Pesta Bikini  

Ada dua sekolah lagi yang belum mencabut laporannya.

Baca Selengkapnya

Pesta Bikini SMA, Polisi Periksa Kepala Sekolah  

5 Mei 2015

Pesta Bikini SMA, Polisi Periksa Kepala Sekolah  

Kasus pencemaran nama baik dalam iklan pesta bikini bisa diselesaikan secara damai.

Baca Selengkapnya