Proyek

Penulis

Senin, 7 April 2003 00:00 WIB

untuk Tony Blair

Bagdad akan jatuh, mungkin besok pagi. Perang akan selesai. Sudah sejak semula kita tahu: Amerika adalah persenjataan yang paling mengerikan di dunia; di hadapannya, siapa pun akan hanya seperti punya sebilah pisau kardus.

Saya menundukkan kepala karena itu, Tuan Blair. Tapi jika saya sedih, pasti itu bukan karena Saddam Hussein pergi.

Saya ingat akan cerita Abdullahi (bukan nama sebenarnya), yang lari dari Basra dan tinggal di tepi Kota Amman, Yordania. Di tahun 1997 kakaknya ditangkap oleh mukhabarat, polisi rahasia, hanya karena menyebut sesuatu yang tak enak tentang Saddam. Ia dibunuh. Kekejaman dan ketakutan bertaut membungkam Irak. Dan bila ada beribu-ribu orang seperti Abdullahi, kita akan mengerti kenapa kediktatoran Saddam adalah kanker. Siapa yang akan menangis untuk sebuah tumor yang tanggal?

Kediktatoran, tumor ganas itu, adalah sistem di mana kekuatan, dengan darah dan besi, mendapatkan pembenaran karena darah dan besi. Seorang diktator menertibkan sebuah ruang hidup dari "anarki", tapi menggantinya bukan dengan tertib hukum yang adil, melainkan todongan bedil. Bila sistem seperti itu diruntuhkan, apa gantinya? Pasti sebuah sistem di mana bukan darah dan besi yang menentukan.

Itulah yang Tuan akan ciptakan, kata Tuan, ketika mengirim pasukan Inggris ke Irak. Tapi Tuan Blair, justru itulah yang saya sedihkan. Bukankah Perang Irak kali ini sebenarnya konsekuensi dari niat untuk menegakkan sebuah sistem dengan dasar darah-dan-besi?

Advertising
Advertising

Tuan begitu fasih berbicara, tapi lihatlah, ada kebohongan di dalam alasan Tuan. Setidaknya kebloonan. Tanpa lebih sabar membawa serta PBB melucuti dan memojokkan Saddam, Tuan membiarkan Amerika Serikat (yang sudah berkali-kali melecehkan segala usaha multilateral untuk memperbaiki dunia) menegakkan sesosok Leviathan, sebuah daulat tunggal yang mahakuat, satu "Tuhan Yang Fana"sebuah imajinasi Thomas Hobbes.

Tuan pasti ingat betapa muramnya pandangan Hobbes. Di matanya, hidup seorang manusia adalah "bersendiri, rudin, keji, kasar, dan pendek". Baginya, sifat manusia adalah mementingkan diri sendiri; manusia tak menikmati kebersamaan, dan dalam keadaan alami, makhluk ini terus-menerus berperang satu sama lain.

Tuan pasti ingat apa yang ditawarkan Hobbes agar manusia keluar dari kekacauan itu: semua warga harus setuju untuk mematuhi sebuah kekuatan tunggal yang cukup kuat, dan dengan kekuatan itulah tiap orang dipaksa mengikuti aturan. Hanya dengan itulah perdamaian mungkin. Hanya dengan sang Leviathanyang tak dikendalikan oleh hukum kecuali hukum yang diciptakannya sendiri.

Tapi Hobbes hidup di abad ke-17. Terlalu jauhkah saya untuk menghubungkan Perang Irak di abad ke-21 dengan sebuah pemikiran di Eropa 400 tahun yang lalu? Saya kira tidak. Karena saya membaca apa yang pasti juga Tuan telah baca: The Project for the New American Century (PNAC). Ataukah Tuan tak mau tahu bahwa sebuah Leviathan sedang disiapkan?

"Proyek" PNAC adalah sebuah strategi pengendalian dunia. Di tahun 1997 ia disusun antara lain oleh Dick Cheney (kini wakil presiden), Donald Rumsfeld (kini Menteri Pertahanan), Richard Perle (kini Kepala Dewan Kebijakan Pertahanan), dan Paul Wolfowitz (kini Wakil Menteri Pertahanan). Di sanalah mereka menggelar peta "kepemimpinan global Amerika".

Dulu, sebelum mereka berkuasa, mereka hanya bisa mengirim surat ke Presiden Clinton. Dalam surat di akhir Januari 1998 mereka menyarankan sebuah perubahan radikal dalam menghadapi PBB dan pemerintahan Saddam Hussein. Surat itu (mungkin dianggap terlampau gila) diabaikan. Kini, setelah para penyusunnya berkuasa di bawah George W. Bush, ide mereka pun mereka laksanakan, dengan rapi.

Inilah ide PNAC: dalam jangka pendek, AS harus "siap memimpin aksi militer, tanpa mempedulikan diplomasi". Dalam jangka panjang, AS harus "melucuti Saddam dan rezimnya". Amerika berhak bertempur buat mengamankan kepentingan vitalnya di Teluk. "Dalam keadaan apa pun," tulis mereka, tak boleh politik Amerika dilumpuhkan oleh "desakan yang salah arah dari Dewan Keamanan untuk mendapatkan kata mufakat".

Untuk apa? Jochen Boelsche, dalam majalah Jerman Der Spiegel, mengingatkan bahwa di tahun 1992 The New York Times mengungkapkan proposal Wolfowitz dan Lewis Libby (sekarang Kepala Staf Wakil Presiden) untuk mengganti doktrin Perang Dingin yang berdasarkan "penangkalan" (deterrence) terhadap bahaya musuh. Doktrin yang baru adalah: supremasi Amerika harus dipertahankan atas Eropa, Cina, Rusia. Dominasi AS di Benua Euroasia harus komplet. Tiap penantang harus dihantam lebih duluitulah "pre-emptive strike".

Tuan Blair, coba bayangkanlah ini: sederet orang duduk-duduk di Washington, DC dan membuat sebuah rencana untuk mengubah muka bumi. Mereka berdiskusi, saling adu pintar, merancang, dan kemudian "Glegar!", bom yang paling dahsyat pun dijatuhkan. Jutaan hidup manusia pun berubah, tak jarang hancur. Dan tuan-tuan itu tersenyum: mereka memainkan hidup kita, seakan-akan memainkan sebuah video-game.

Jika saya menundukkan kepala, Tuan Blair, itu karena mulai hari ini merekalah yang menang. Kami, yang cuma punya pisau kardus, hanya makhluk di layar video. Dan mungkin Tuan menerima itu.

Mungkin sebab itulah Tuan berpura-pura tak tahu bahwa Perang Irak sudah direncanakan di tahun 1998, bukan karena amarah Amerika, bukan karena terorisme di tanggal 11 September 2001. Bukan pula karena hendak membangun sebuah masyarakat Irak yang demokratis. Perang itu adalah bab pertama dari penaklukan dunia oleh sang Leviathan.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

7 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

8 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

16 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

58 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya