Rebutan Dana Masyarakat

Penulis

Senin, 10 Maret 2014 23:09 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sudah menyalakan lampu kuning soal rebutan dana pihak ketiga. Perbankan diminta tidak jor-joran memberikan iming-iming hadiah atau suku bunga tinggi untuk menarik dana masyarakat. Imbauan ini bukanlah yang pertama. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun sudah berkali-kali menyampaikan hal yang sama.

Belakangan ini, perbankan kembali marak menawarkan hadiah wah bagi para deposan, termasuk para penabung kecil. Hadiahnya sangat beragam, dari gift murah meriah, umrah, menonton Piala Dunia 2014 di Brasil, sampai mobil mewah yang harganya miliaran rupiah. Selain hadiah, perbankan memberikan suku bunga yang tinggi, sering kali di atas suku bunga penjaminan LPS.

Bank Indonesia mencatat, selama enam bulan terakhir, bank sentral hanya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) 1,75 persen. Namun sejumlah bank menaikkan suku bunga deposito di kisaran 2,5-3 persen. Lembaga Penjamin menetapkan suku bunga penjaminan deposito rupiah 7,5 persen. Patut diduga, banyak bank yang memberikan bunga khusus di atas penjaminan (over the counter).

Melihat situasinya, imbauan saja tampaknya tidak cukup. Apalagi pertumbuhan dana pihak ketiga terus menurun. Pada 2011, dana masyarakat di perbankan masih tumbuh 19 persen. Tahun ini, LPS memperkirakan dana pihak ketiga hanya tumbuh 14 persen. Bahkan dana pihak ketiga yang tercatat di BI pada Januari 2014 hanya tumbuh 11,6 (tahunan). Artinya, duit masyarakat bakal kian terbatas.

Rebutan dana masyarakat ini tidak sehat bagi perbankan maupun pemilik dana. Bagi bank yang masuk kategori Buku 4 dengan modal inti di atas Rp 40 triliun, kompetisi ini mungkin tidak terlalu berbahaya karena modalnya besar. Selain itu, jika menghadapi kesulitan likuiditas, biasanya mereka mudah mencari pendanaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sebaliknya, bagi bank-bank yang masuk golongan Buku 1 (modal inti di bawah Rp 1 triliun) dan Buku 2 (modal inti di bawah Rp 5 triliun), rebutan dana masyarakat itu bak pisau bermata dua. Jika ikut dalam persaingan, dengan memberikan hadiah atau bunga tinggi, mereka berpotensi menghadapi kesulitan likuiditas. Tapi, jika tidak ikut, bank-bank ini bakal ditinggalkan nasabahnya.

Advertising
Advertising

Persaingan tidak sehat ini juga mengakibatkan biaya operasional meningkat. Dampaknya, bank harus mengerek suku bunga kredit agar bisa menutup biaya operasional. Dalam situasi normal, boleh jadi hal ini tidak terlalu membahayakan. Akan sangat berbeda jika Indonesia menghadapi situasi krisis seperti pada 1997-1998. Ketika itu, banyak debitor gagal bayar, dan menyeret perbankan bangkrut.

Rebutan dana ini juga berbahaya bagi para pemilik uang. Dalam banyak kasus, antara lain Bank Century, banyak nasabah yang mudah tergiur suku bunga tinggi. Ketika banknya kolaps, mereka kehilangan sebagian uangnya karena penjaminan dilakukan terbatas, baik dari sisi jumlah maupun besaran suku bunga.

Sayangnya, selalu tak mudah mengatur pengelola perbankan agar tidak berlomba memberikan hadiah atau bunga tinggi. Otoritas Jasa Keuangan agaknya perlu membuat aturan lebih ketat agar kompetisi berjalan sehat melalui layanan prima.

Berita terkait

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

5 menit lalu

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731 pada 31 Mei 2024, dengan tema 'Satukan Tekad Surabaya Hebat'.

Baca Selengkapnya

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

6 menit lalu

61 Kepala Daerah Jadi Tersangka Korupsi pada 2021-2023, ICW: Lingkaran Setan Sejak Awal

Peneliti ICW mengatakan mayoritas modus korupsi itu berkaitan dengan suap-menyuap dan penyalahgunaan anggaran belanja daerah.

Baca Selengkapnya

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

9 menit lalu

Film KHD tentang Ki Hadjar Dewantara Baru Tayang 2026 Mendatang, Ini Alasan Gina S. Noer

Gina juga mengatakan, film biopik yang ia garap memang cenderung lama, termasuk film KHD ini.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Pengusaha Kerajinan Tembaga di Boyolali, Korban dan Pelaku Terlibat Hubungan Sesama Jenis

13 menit lalu

Pembunuhan Pengusaha Kerajinan Tembaga di Boyolali, Korban dan Pelaku Terlibat Hubungan Sesama Jenis

Irwan, tersangka pembunuhan pengusaha kerajinan tembaga di Boyolali terlibat hubungan sesama jenis. Irwan murka karena tak dituruti minta Rp 500 ribu.

Baca Selengkapnya

Saldi Isra Minta KPU Tandai Kantor Hukum yang Sering Ajukan Renvoi Alat Bukti

14 menit lalu

Saldi Isra Minta KPU Tandai Kantor Hukum yang Sering Ajukan Renvoi Alat Bukti

Saldi meminta kepada komisioner KPU, Mochammad Afifuddin, untuk menandai kantor masing-masing kuasa hukum karena seringnya mengajukan renvoi.

Baca Selengkapnya

Ciri Pasangan Suka Mengontrol, Bikin Anda Tak Berdaya dan Kehilangan Harga Diri

32 menit lalu

Ciri Pasangan Suka Mengontrol, Bikin Anda Tak Berdaya dan Kehilangan Harga Diri

Pasangan gemar mengontrol. Anda dibuat tak berdaya dan hanya bisa menuruti kemauannya karena takut berpisah, ditinggalkan atau diusir dari rumah.

Baca Selengkapnya

ICW Sebut Bansos hingga Ketidaknetralan ASN Bakal Marak di Pilkada 2024

33 menit lalu

ICW Sebut Bansos hingga Ketidaknetralan ASN Bakal Marak di Pilkada 2024

ICW mengungkap beberapa kerentanan yang mungkin terjadi di Pilkada 2024. Berkaca dari pengalaman Pilpres.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir di Met Gala 2024, Katy Perry Bikin Ibunya dan dan Penggemar Terkecoh

39 menit lalu

Tak Hadir di Met Gala 2024, Katy Perry Bikin Ibunya dan dan Penggemar Terkecoh

Katy Perry mengunggah beberapa foto sambil memberi tahu penggemarnya alasan tidak hadir di Met Gala

Baca Selengkapnya

KPU Sangkal Ada Pergeseran Suara dari NasDem ke Hanura di Pileg DPRD Sintang

46 menit lalu

KPU Sangkal Ada Pergeseran Suara dari NasDem ke Hanura di Pileg DPRD Sintang

"Tidak terjadi perubahan atau pergeseran suara Partai Hanura," kata kuasa hukum KPU Ali Nurdin di gedung MK.

Baca Selengkapnya

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

52 menit lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya