TEMPO.CO, Jakarta - Eddi Elison, Pengamat Olahraga Nasional
Saya ingin menyampaikan kondisi keolahragaan nasional saat ini secara singkat: bahwa olahraga nasional sejak era Reformasi 16 tahun lalu berada dalam kondisi parah. Dalam percaturan multi-event global, seperti Asian Games atau Olympic Games, posisi Indonesia selalu berada dekat "buntut", dan yang terakhir gagal total dalam Asian Games XVII di Incheon, Korea Selatan. Bahkan, untuk kawasan Asia Tenggara yakni SEA Games, Indonesia-negara terbesar dan terbanyak penduduknya-hanya mampu menjadi juara umum jika menjadi tuan rumah. Sungguh memprihatinkan! Mengapa semua itu terjadi?
Pertama, political will pemerintah terhadap pembinaan olahraga sangat tipis, terlihat dari anggaran yang diterima Kemenpora, yakni pada 2013 Rp 1,9 triliun dan pada 2014 Rp 1,8 triliun (0,1 persen dari total APBN). Padahal Kemenpora menangani sektor selain olahraga, yakni kepemudaan dan kepramukaan. Dengan demikian, tidak mengherankan jika Kemenpora, KONI, KOI, serta induk organisasi olahraga lain merangkak dan melata di bidang pendanaan karena harus mempersiapkan atlet untuk mengikuti event internasional. Bahkan ada pengurus induk cabang olahraga yang dana pribadinya ludes kena tipu perusahaan pemenang tender, akibat ketidaktegasan Kemenpora.
Kedua, terjadinya benturan psikologis dan baku tuding antara KONI dan KOI plus top organisasi cabang olahraga akibat sumirnya Pasal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Ketiga, semakin berseminya kebijakan transaksional, terutama dalam tubuh cabang olahraga populer yang gampang dibisniskan.
Selama ini, tampaknya masyarakat luas terselimuti oleh kondisi perekonomian dan perpolitikan sehingga melupakan fakta-fakta kesejarahan olahraga. Ingat, landasan dasar kebangkitan keolahragaan nasional berasal dari Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Dengan adanya Asian Games IV 1962 dan Ganefo I 1963 di Jakarta, keolahragaan nasional menggebrak dunia, tidak saja kemampuan sebagai penyedia sarana dan penyelenggara, tapi juga dari segi prestasi (Asian Games IV, Indonesia menduduki posisi kedua setelah Jepang, sedangkan dalam Ganefo berada di posisi ketiga setelah RRC dan Uni Soviet).
Pemerintah setelah Bung Karno telah merampas roh dan hak keolahragaan nasional. Gedung MPR/DPR, yang tadinya dalam Kompleks GBK, dijadikan markas besar perpolitikan bangsa, di mana problematika keolahragaan nasional diposisikan sebagai "nomor sepatu". Sedangkan akibat merambasnya virus ekonomi, sebagian besar Kompleks GBK kini telah menjadi pusat bisnis, yang mengakibatkan setiap kali pelatnas diberlakukan, KONI atau cabang olahraga "kalang kabut" mencari tempat. Padahal pada era Bung Karno tersedia sarana untuk semua pelatnas di GBK.
Selain itu, masyarakat--apalagi negara-sama sekali tidak memaknai lagi roh dan nilai bait lagu Indonesia Raya: "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya… untuk Indonesia Raya…" Lagu Kebangsaan itu hanya menjadi penghias bibir untuk acara-acara resmi, tanpa sadar bahwa di bait tertentu ada pernyataan bahwa olahraga berfungsi untuk membangun karakter bangsa.
Kabinet Joko Widodo telah mencanangkan perubahan dan revolusi mental serta berniat melaksanakan Trisakti dengan "bekerja dan bekerja". Masyarakat ingin menyaksikan apakah Menpora baru mampu mengimplementasikannya? Ujian pertama, mari kita tunggu hasil SEA Games di Singapura, Juni mendatang!
Berita terkait
Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Biaya Perbaikan Stadion Rp 155 Miliar
5 April 2023
Pemerintah menggelontorkan Rp 155 miliar untuk perbaikan stadion namun Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Baca SelengkapnyaTahukah Anda: Dito Ariotedjo Merupakan Menpora Termuda Ketiga dalam Sejarah Indonesia
4 April 2023
Dito Ariotedjo tercatat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga RI yang ke-14. Ia menjadi Menpora termuda ketiga sepanjang sejarah Indonesia.
Baca Selengkapnya3 Pesan Presiden Jokowi buat Menpora yang Baru Dilantik, Dito Ariotedjo
3 April 2023
Dito Ariotedjo dilantik sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang baru. Dapat tiga pesan dari Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaResmi Jadi Menpora, Dito Ariotedjo Bakal Mundur dari Jabatan Chairman RANS Nusantara FC
3 April 2023
Dito Ariotedjo mundur dari jabatan Chairman RANS Nusantara FC setelah menjadi Menpora kabinet Presiden Jokowi. Apa reaksi Raffi Ahmad?
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin Bilang Zainudin Amali Sudah Pamit sebagai Menpora dan Ingin Fokus di PSSI
24 Februari 2023
Wapres Ma'ruf Amin mengatakan bahwa Zainudin Amali sudah berpamitan kepadanya untuk fokus di PSSI. Siapa penggantinya?
Baca SelengkapnyaIni Alasan Polisi Tak Tahan Roy Suryo
29 Juli 2022
Roy Suryo meninggalkan Polda Metro Jaya Kamis malam, 28 Juli 2022 sekitar pukul 22.30 WIB.
Baca SelengkapnyaRoy Suryo Bungkam Usai Diperiksa Sebagai Tersangka Kasus Meme Candi Borobudur
29 Juli 2022
Roy Suryo tak mengatakan sepatah kata pun usai diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya terkait kasus meme Stupa Candi Borobudur.
Baca SelengkapnyaRoy Suryo Dicecar Puluhan Pertanyaan Saat Diperiksa Sebagai Tersangka Kasus Meme Stupa Candi Borobudur
28 Juli 2022
Pemeriksaan Roy Suryo masih berlangsung.
Baca SelengkapnyaKetua Kontingen RI Rosan Roeslani Ungkap Alasan Atlet Jenuh di Olimpiade Tokyo
5 Agustus 2021
Chef de Mission Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020, Rosan Roeslani menyampaikan kendala yang dialami atlet, pelatih dan ofisial.
Baca SelengkapnyaDiperiksa di Polda Metro Jaya, Roy Suryo Bawa Tiga Saksi dan Rekaman Video
2 Juni 2021
Perseteruan Roy Suryo dan Lucky Alamsyah berawal saat Lucky mengunggah foto dan caption di Instastory tentang mantan menteri berinisial RS.
Baca Selengkapnya