Karbala

Penulis

Senin, 8 Maret 2004 00:00 WIB

Karbala dan kematian—berapa kali lagi tragedi disebut dalam dua kata itu? Tiap kali terjadi pembunuhan di sana, kita bertanya, mungkin dengan suara yang tak bisa keras, apakah meneguhkan kekuasaan, ataukah sebaliknya?

Pembantaian pertama tercatat lebih dari 1.300 tahun yang lalu. Daulat Ummayah memperkukuh posisi politiknya sebagai pemegang kekhalifahan Islam dengan membunuh Husain, cucu Nabi, beserta para pengiringnya pada tahun 680. Sejak itu para pengikut yang kalah dan terserak-serak membentuk kekuatan dengan keyakinan sendiri, dan gerakan Syiah pun lahir. Dan Karbala, kota kecil di tengah Irak di dekat gurun pasir Suriah, pun jadi lambang pengorbanan dan kesedihan, ketahanan dan harapan. Juga statemen perbedaan.

Orang Syiah kemudian mendirikan masjid dan makam syuhada besarnya di kota itu. Tapi hampir 200 tahun kemudian, pada tahun 851, Khalif Al-Mutawakkil menghancurkannya. Orang Syiah dianiaya lagi. Kian lama kian tampak betapa iman dan kekuasaan saling menghalalkan. Jika Anda bertanya apa arti "iman" di sini, jawabnya bergantung pada mereka yang bertindak atas nama "iman" itu.

Al-Mutawakkil, yang bertakhta pada tahun 847, oleh sejarah Syiah digambarkan sebagai "tiran yang berdarah". Ada diceritakan bagaimana khalif ini suka dihibur para badut yang mencemooh Ali ibn Thalib, menantu Nabi, tokoh yang dipuja orang Syiah di atas siapa pun selain Rasulullah. Tapi justru itu mungkin sang Khalif memandang dirinya sendiri sebagai orang yang tawakal—seperti tersirat dari namanya—atau penjaga akidah.

Begitulah pasti ia ingin dikenang. Kini orang masih bisa menyaksikan Masjid Al-Mutawakkil yang selesai didirikannya pada tahun 852 di Samarra. Masjid terbesar di dunia Islam masa itu, seluas 239 x 156 meter persegi, juga sebuah karya arsitektur yang tampak tak ruwet tapi mempesona. Menaranya, dengan tubuh tambun dan pucuk setinggi 52 meter, tampak seperti spiral yang terbentuk dari tangga. Konon Al-Mutawakkil sering menaiki tangga itu dengan mengendarai keledai putih dari Mesir—seakan-akan dalam perjalanan yang khidmat, tapi terhormat, mendekati Allah.

Sebab ia merasa telah mendekati Allah dengan cara lain: sebagaimana ia membangun arsitektur besar dengan bentuk yang tak meliuk-liuk, ia juga ingin menyusun daulatnya secara lurus dan rapi. Sejarawan Al-Tabari mencatat bagaimana sang Khalif mengatur ruang hidup di seantero negeri dengan garis yang tegas. Pada tahun 850, diletakkanlah batas yang terang yang memisahkan orang Kristen dan Yahudi dari orang Islam. Mereka harus berpakaian dengan warna tertentu, yakni warna madu. Mereka harus naik kuda dengan sanggurdi kayu, dan memasang dua kancing di topi. Mereka bukan saja tak boleh jadi pegawai kerajaan, membuat makam yang lebih tinggi ketimbang makam muslimin pun dilarang.

Meratakan, itulah agaknya garis besar desain yang dipakai. Gereja dan sinagoge yang didirikan setelah Islam datang harus dihancurkan. Sepersepuluh dari luas rumah orang Kristen dan Yahudi disita. Jika cukup luas, dijadikan masjid atau tempat umum.

Tak boleh ada yang mencong—dan itu tak hanya mengenai bangunan dan kehidupan, tapi juga pemikiran. Maka Al-Mutawakkil membungkam kaum Mu'tazilah—para pemikir yang bisa dikatakan sebagai pendahulu Aufklärung, berabad-abad sebelum Eropa merumuskan peran manusia sebagai makhluk penafsir yang mandiri. Bagi kaum Mu'tazilah, Quran adalah makhluk. Kitab itu adalah ciptaan, dan sebab itu tak setara dengan Tuhan sendiri. Bacaan ini memang mulia, tapi bukan sesuatu yang mahasuci dan abadi. Bagi kaum Mu'tazilah, tiap kali Quran datang kepada kita, ia datang melalui penafsiran kita atau orang lain—baik orang awam maupun para fuqaha yang pintar hukum agama. Betapapun indah dan agungnya, Kalam Ilahi itu tetap diungkapkan dan diterima dalam bahasa yang terikat ruang dan waktu.

Dalam arti itu kaum Mu'tazilah meneguhkan keyakinan bahwa tak ada apa pun yang menyamai Tuhan. Juga boleh dikatakan, mereka memandang kata dan tafsir mirip dengan apa yang lebih dari 1.300 tahun kemudian diutarakan kaum "dekonstruksionis" dan lain-lain: bahwa bahasa bukanlah ibarat sebuah pipa lempang, sesuatu yang sepenuhnya transparan dan konsisten. Juga bahwa sang pembaca, atau pendengar, lebih menentukan makna kata, apalagi ketika yang berkata-kata tak hadir di hadapannya. Maka Quran tak akan pernah tertutup di satu kesimpulan.

Namun bagaimana seorang penguasa bisa menerima pikiran macam ini? Bukankah dengan demikian tak ada hukum yang pasti? Dan tanpa kepastian dan ketunggalan, bagaimana kekuasaan akan bertopang dan masyarakat didisiplinkan?

Memperkukuh diri dan mendisiplinkan memang hasrat lazim penguasa—apalagi yang merasa didukung ketentuan syariah. Bagi mereka ini, tiap Karbala harus dihancurkan: tiap statemen perbedaan, tiap lambang dari "sana" yang mengingatkan tragedi akibat kesewenang-wenangan dari "sini", harus dihapus.

Apalagi Al-Mutawakkil punya preseden. Dua puluh tahun sebelumnya, kaum Mu'tazilah begitu percaya kepada kebenaran mereka sendiri, hingga Khalif Al-Mamun, pendukung Mu'tazilah yang yakin, memaklumkan paham ini sebagai doktrin resmi Daulat Ummayah. Orang tak boleh jadi saksi di mahkamah, apalagi jadi hakim, jika tak mau menerima prinsip bahwa Quran adalah makhluk.

Pengganti Al-Mamun melanjutkan pemaksaan ini, dengan lebih keras. Syahdan, seorang alim, Ibn Hanbal namanya, sempat disiksa dan dipenjarakan. Tapi justru sebab itu ia dianggap orang ramai sebagai wali dan syuhada—yang tampil dengan ajaran yang ketat tentang tafsir dan hukum, seakan sebuah antitesis bagi "pencerahan" Mu'tazilah yang gagal.

Sulit rupanya belajar dari Karbala: bahwa iman bisa dipergunakan untuk mengukuhkan kekuasaan, tapi dari gurun pasir Mesopotamia sekalipun, iman juga bisa melahirkan sebuah kekuatan tandingan. Dari tragedi, lahir sejarah lagi.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Sosok Brigadir RA di Mata Teman Sekolah, Terbuka dan Humoris

1 menit lalu

Sosok Brigadir RA di Mata Teman Sekolah, Terbuka dan Humoris

Kepastian tentang kematian Brigadir RA terungkap setelah keluarganya mendapatkan kiriman foto jasad polisi itu di dalam mobil Toyota Aphard.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Jakarta STIN BIN Menang Lagi, Kalahkan Pertamina Pertamax 3-0

5 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Jakarta STIN BIN Menang Lagi, Kalahkan Pertamina Pertamax 3-0

Tim bola voli putra Jakarta STIN BIN kembali memetik kemenangan di ajang Proliga 2024. Mereka mengalahkan Jakarta Pertamina Pertamax dengan skor 3-0.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Singgung Peluang Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

11 menit lalu

Anies Baswedan Singgung Peluang Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Anies Baswedan mengakui dirinya masih kerap ditanya apakah akan masuk kabinet pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Pastikan Bandara Domestik Tetap Bisa Melayani Penerbangan Luar Negeri, Asal...

23 menit lalu

Kemenhub Pastikan Bandara Domestik Tetap Bisa Melayani Penerbangan Luar Negeri, Asal...

Bandara yang statusnya diubah dari internasional menjadi domestik masih dimungkinkan untuk kembali berubah.

Baca Selengkapnya

MK Besok Mulai Sidangkan Sengketa Pileg, Ini Agenda Lengkapnya

34 menit lalu

MK Besok Mulai Sidangkan Sengketa Pileg, Ini Agenda Lengkapnya

MK akan kembali menjadi pusat perhatian saat memulai sidang Sengketa Pileg 2024. Besok mulai digelar, berikut adalah agenda lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

42 menit lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

4 Tips Atasi Masalah Kantung Mata

53 menit lalu

4 Tips Atasi Masalah Kantung Mata

Kantung mata dapat disebabkan oleh faktor seperti penuaan, genetika, alergi, asap rokok, diet yang buruk, atau konsumsi garam yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Dikepung Bencana, Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

56 menit lalu

Dikepung Bencana, Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Akibat dikepung bencana, Kabupaten Garut Jawa Barat, tetapkan status Tanggap Darurat Bencana. Selain gempa bumi 6,2 Magnitudo yang baru terjadi kemarin, daerah ini juga tengah dilanda bencana pergerakan tanah. Tiga warga diantaranya tertimbun longsor dan 48 Kepala Keluarga mengungsi.

Baca Selengkapnya

Ricky Soebagdja Minta Tim Bulu Tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Tak Lengah Hadapi Laga Kedua

57 menit lalu

Ricky Soebagdja Minta Tim Bulu Tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Tak Lengah Hadapi Laga Kedua

Ricky Soebagdja mengingatkan para pemain tidak lengah pada laga Piala Thomas dan Piala Uber 2024. Tim putra hadapi Thailand, tim putri hadapi Uganda.

Baca Selengkapnya

Rencana Anies Usai MK Tolak Gugatan: Istirahat Sejenak, Lalu Perjalanan Baru

1 jam lalu

Rencana Anies Usai MK Tolak Gugatan: Istirahat Sejenak, Lalu Perjalanan Baru

Anies Baswedan membeberkan rencananya setelah gugatan kubunya ditolak Mahkamah Konstitusi.

Baca Selengkapnya