Tragedi di Sekolah Pelayaran

Penulis

Selasa, 29 April 2014 02:44 WIB

Kekerasan di sekolah kedinasan kembali terjadi dan menelan korban jiwa. Dimas Dikita Handoko, taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Kementerian Perhubungan harus segera mengevaluasi pola pengajaran di sekolah ini.

Dimas dikeroyok oleh tujuh kakak kelasnya di luar kampus. Ia dipukuli hingga tak sadarkan diri dan sempat dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong. Sebelum penganiayaan itu, Dimas bersama beberapa temannya diminta "menghadap" seniornya di rumah kos seorang taruna di kawasan Kebon Baru, Jakarta. Di sinilah penganiayaan itu dilakukan.

Ketujuh penganiaya Dimas telah ditetapkan sebagai tersangka. Kampus pun telah bereaksi cepat dengan memecat mereka. Tapi Ketua STIP Kapten Rudiana menyatakan bahwa kampus bukanlah pihak yang bertanggung jawab dengan alasan kejadiannya berlangsung di luar sekolah. Ia juga mengatakan tidak mungkin STIP mengawasi satu per satu mahasiswanya.

Sikap Ketua STIP ini amat mengherankan. Kampus STIP tetap harus ikut bertanggung jawab karena penganiayaan dilakukan oleh senior terhadap adik kelasnya. Ini berarti ada yang salah dalam pola pendidikan di kampus itu. Kementerian Perhubungan mesti turun tangan untuk membenahinya. Budaya kekerasan yang biasanya dilestarikan lewat sistem pengasuhan dan penggojlokan mahasiswa baru mesti ditumpas habis. Sistem pendidikan ala militer ini sudah usang dan berbahaya.

Perubahan mendesak dilakukan karena kejadian ini bukanlah yang pertama kali. Pada 2008, Bastian Agung Gultom, taruna tingkat satu, juga tewas karena disiksa oleh sepuluh seniornya. Tak hanya memecat para pelaku penganiayaan itu, STIP akhirnya memasang CCTV di lingkungan kampus dan asrama untuk mengawasi perilaku para taruna. Pengawasan ini tidak efektif karena kekerasan kemudian berpindah ke luar kampus.

Advertising
Advertising

Kampus harus memutus lingkaran dendam yang biasa terjadi di sekolah kedinasan. Mahasiswa junior yang sering dianiaya oleh kakak kelasnya akan berbuat serupa setelah menjadi senior. Mahasiswa senior seakan memiliki kekuasaan besar dan merasa harus dihormati. Begitu ada mahasiswa junior tak mau menghormati seniornya, ia akan menjadi bulan-bulanan.

Pola pendidikan yang salah kaprah itu bukan monopoli sekolah kedinasan. Kita masih ingat, Oktober tahun lalu, seorang mahasiswa Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional Malang, Jawa Timur, Fikri Dolasmantya Surya, meninggal diduga akibat penganiayaan seniornya saat mengikuti orientasi studi dan pengenalan kampus.

Hanya, harus diakui, sistem pengajaran di sebagian besar sekolah kedinasan umumnya menerapkan pola pengasuhan dan disiplin yang kaku. Hal inilah yang membuat mahasiswa cenderung agresif dan kehilangan rasa empati terhadap orang lain, bahkan kepada adik kelasnya. Tragedi Bastian dan Dimas akan terulang jika STIP tak segera merombak sistem pendidikan.

Berita terkait

Rencana Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan saat Akhir Pekan Dibayangi Masalah

24 detik lalu

Rencana Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan saat Akhir Pekan Dibayangi Masalah

Pemerintah Kota Bandung ingin menghidupkan kembali Jalan Braga yang menjadi ikon kota sebagai tujuan wisata.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

15 menit lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

19 menit lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Pihak Kampus Akui Pengemudi HR-V yang Tabrak Bis Kuning Mahasiswa Universitas indonesia

24 menit lalu

Pihak Kampus Akui Pengemudi HR-V yang Tabrak Bis Kuning Mahasiswa Universitas indonesia

Kepala Biro Humas Universitas Indonesia membenarkan pengemudi Honda HR-V yang menabrak bis kuning atau Bikun merupakan mahasiswa UI.

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

34 menit lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

37 menit lalu

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

Keluarga korban sempat mendapat perlakuan tidak enak dari pelaku yang seorang polisi berpangkat Bripda. Polres Bogor disebut telah olah TKP.

Baca Selengkapnya

P2G Sebut Ada Guru Honorer di Sekolah Negeri Dipecat Setelah Ada Guru PPPK

40 menit lalu

P2G Sebut Ada Guru Honorer di Sekolah Negeri Dipecat Setelah Ada Guru PPPK

P2G menerima sejumlah laporan dari guru honorer yang dipecat sekolah setelah kedatangan guru PPPK.

Baca Selengkapnya

CASN Jalur Sekolah Kedinasan, Ada 3.445 Formasi di 8 Sekolah

46 menit lalu

CASN Jalur Sekolah Kedinasan, Ada 3.445 Formasi di 8 Sekolah

Pendaftaran CASN sekolah kedinasan dimulai pada Mei 2024. Sedangkan untuk formasi umum CASN dimulai Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

48 menit lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya