Techne

Penulis

Senin, 25 Agustus 2003 00:00 WIB

Ladang yang kering, sungai yang sat, hutan yang terbakar, ribuan orang yang mati karena suhu yang menyengat, tenaga listrik yang gagal…. Hampir bersamaan, dunia dipukul oleh galaknya Alam dan gagalnya teknologi, ketika kemarau begitu terik dan musim panas begitu ganas. Seakan-akan Eropa, Amerika, Asia, Afrika mendadak serentak "terkebelakang". Seakan-akan di semua tempat itu hidup manusia kembali dikungkung Nasib dan Kebetulan yang tak bisa ditangkal. Pada saat seperti ini umumnya kita akan mendengar orang berkata tentang datangnya "balasan" bagi ketakaburan manusia. Dan Tuhan pun akan disebut. Tapi benarkah ketakaburan manusia selalu bertentangan dengan kesadaran akan Tuhan? Manusia memang bisa memaklumkan, bahwa ia tak ditentukan oleh hakikat atau esensi; ia "menjadi" dalam eksistensi. Ia bisa menunjukkan bahwa ia, yang menurut "hakikat" (apa itu?) tak bisa terbang, ternyata kemudian bisa mengarungi angkasa. Kini jenis kelamin bisa diubah, kematian bayi bisa dicegah, harapan untuk hidup bisa diperpanjang. Berangsur-angsur, kodrat atau nature, begitu juga Nasib dan Kebetulan, jadi barang yang ganjil. Ada yang mengatakan bahwa keadaan itu keliru, sebab ia "asing". Banyak yang mengatakan bahwa "mengalahkan Alam" ini adalah tema utama kesadaran Eropa. Pada tahun 1930-an, penyair Sanusi Pane (juga Sjahrir, aktivis politik) mengibaratkan Eropa ("Barat") sebagai Faust. Dalam drama yang ditulis Goethe, terutama di buku kedua, Faust memang manusia yang menghimpun pengetahuan, menaklukkan bumi, dan membangun peradaban. Tapi ada yang dilupakan Sanusi Pane dan Sjahrir ketika menggunakan Faust sebagai alegori: sosok yang seperti itu sebenarnya baru pada abad ke-19, lewat karya Goethe. Jauh sebelumnya, dalam legenda rakyat, tokoh Faust adalah seorang peramal nasib dan ahli sihir—satu bagian dari imajinasi yang dibentuk oleh kepercayaan tentang Nasib dan Kebetulan. Ia bukan sosok modern. Dengan kata lain, tampaknya tak ada satu jenis Faust. Juga tak ada satu jenis Arjuna. Sanusi Pane—yang memuja apa yang dibayangkannya sebagai "Timur" dengan model apa yang dibayangkannya sebagai "India"—mengemukakan sebuah ibarat tandingan: Arjuna. Agaknya bagi Sanusi, kesatria Pandawa dalam epos Mahabharata ini seorang yang hidup bersatu ke dalam Alam dan menyerap dunia dalam kontemplasi. Tapi bisakah kita lupa bahwa setidaknya separuh dari sosok Arjuna adalah seorang penakluk? Bahkan ketika ia memutuskan untuk bertapa, sebagaimana dikisahkan dalam cerita wayang Begawan Mintaraga. Sebab bertapa punya dua momen yang berkait. Momen pertama adalah ketika manusia merunduk, menyerahkan diri kepada sebuah adidaya yang berada di atas keterbatasan insani. Momen kedua ketika ia menaklukkan alam dalam raganya (ia, Mintaraga) dan menjadi diri yang eling lan waspada, yang "sadar dan waspada". Dengan kata lain, ketika ia mengambil posisi sebagai satu subyek, atau kesadaran, yang kukuh dan mandiri, mengatasi carut-marut dunia. Ia sepenuhnya identik dengan Karsa. Dalam kisah Mintaraga, ia adalah Karsa untuk mendapatkan sebuah senjata yang amat sakti—buat mengalahkan liyan, "yang-Lain". Dalam posisi itu, bertapa bukanlah momen Sidharta Gautama yang bermeditasi di bawah pohon Bodhi. Dalam mencapai sunyata, setiap "kini" Gautama adalah keabadian yang menggetarkan. Sebaliknya Mintaraga: ia tak melibatkan diri dalam "kini". Ia melihat ke masa depan. Ia melakukan investasi: kelak, setelah pengorbanan pada hari ini, kekuasaan (senjata "Pasopati") akan bisa diperoleh dan digunakan. Arjuna adalah seorang modern. Ia menempuh sebuah laku yang produktif. Ia lebih dekat kepada yang disebut Aristoteles sebagai techne, bukan theoria, bukan pula praxis. Dengan theoria manusia membentuk teori, dengan praxis ia menjalankan laku moral dan politik. Melalui proses menjadi Mintaraga dan dengan bantuan para dewa, Arjuna memproduksikan kekuasaan, seperti Faust yang dibantu Mefistoteles. Sering terpikir oleh saya, jangan-jangan tak ada perpisahan yang radikal antara yang modern dan yang pra-modern: antara Faust si peramal yang hendak menggapai masa depan dan Faust si penakluk alam yang hendak membangun masa depan. Atau antara Arjuna pada momen pertama bertapa dan Mintaraga pada momen berikutnya. Sering terpikir oleh saya, jangan-jangan pelbagai ajaran agama yang menampik pandangan sekuler, yang meletakkan manusia di atas semuanya, pada dasarnya mengulang sekularisme itu dalam cara lain—terutama ketika tiba saatnya agama berniat menghasilkan manusia yang teguh beriman secara dahsyat: manusia yang selalu di "jalan lurus", sesuai dengan sebuah desain, cocok dengan akidah. Dengan kata lain, ketika akidah menjadi teknik (dari kata techne) yang merancang manusia agar tak tergantung kepada Nasibnya yang lemah dan mudah berdosa, dan agar manusia siap menghadapi Kebetulan, godaan yang memergokinya di jalan. Hukum dan fikih mungkin sebuah teknologi penyelamatan. Tapi tiap hukum, sebagaimana teknologi, mereduksi hidup, menyederhanakannya, agar bisa mengendalikannya. Padahal kita tahu dalam hidup selalu ada yang tak bisa dikendalikan, bahkan tak seluruhnya bisa diungkap, dirumuskan, dan diukur. Dalam hidup selalu terkandung "bumi"—setidaknya dalam pengertian Heidegger. "Bumi menghantam tiap usaha untuk menembusnya," kata pemikir ini, yang mengecam humanisme lama ini. "Bumi menampilkan diri hanya ketika ia tetap tak terungkap dan tak terjelaskan." Saya ingat kata-kata itu sekarang: ladang yang kering, sungai yang sat, hutan yang terbakar…. Mesin, dan pelbagai "jalan lurus" lain, tampaknya tak bisa terus-menerus mencegahnya. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

2 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

3 jam lalu

North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

Dalam konser itu North West Heaher bergabung denagnHeadley, pemenang Oscar Lebo M, serta Jennifer Hudson

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 jam lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

3 jam lalu

Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

Kementerian Agama tengah menggodok pemberian sanksi untuk pelaku usaha yang belum melakukan sertifikasi halal. LPPOM MUI gencar fasilitas sertifikasi

Baca Selengkapnya

UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

4 jam lalu

UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

Zaenal menyebut bahwa kenaikan UKT itu juga sudah diatur pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor 368 tahun 2024 tentang uang kuliah tunggal.

Baca Selengkapnya

Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

4 jam lalu

Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

Karena dibuat dari buah asli, kismis pun baik kesehatan karena mengandung tinggi serat yang baik buat pencernaan dan jantung

Baca Selengkapnya

Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

4 jam lalu

Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

Menurut Tantowi Yahya, atas usul Ikke Nurjanah, donasi dari hasil lelang lukisan itu dipakai untuk membantu pengobatan Hamdan ATT yang terkena stroke.

Baca Selengkapnya

3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

4 jam lalu

3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

Komunikasi antar pasangan kerap menjadi tantangan. Simak 3 tips efektif jaga keharmonisan rumah tangga.

Baca Selengkapnya

LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

4 jam lalu

LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

Pengguna tertinggi terjadi di bulan April 2024 sejak pertama kali LRT beroperasi, capai 1,4 juta penumpang.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

4 jam lalu

Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

Bagi masyarakat yang ingin membeli logam emas yang aman dan nyaman, butik Galeri 24 bisa menjadi solusi karena bagian dari anak perusahaan dari PT Pegadaian.

Baca Selengkapnya