La Mezquita

Penulis

Senin, 22 Maret 2004 00:00 WIB

Cordoba, sayup-sayup sampai

— Federico Garcia Lorca

Pada suatu hari di tahun 1152, Ibn Rushd dipanggil menghadap Amir Abu Yaqub Yusuf di Marrakesh, ibu kota Maroko waktu itu. Ia tak tahu kenapa. Ketika itu umurnya baru 27. Tapi ia memang istimewa: ia lahir serta tumbuh di Cordoba, pusat kecerdasan di Eropa pada abad ke-12, dan ia dibesarkan di keluarga yang terpelajar....

Maka ke Marrakesh ia datang. Di ruang dalam istana, dilihatnya Baginda sedang berdua dengan Ibn Tufail, filosof dan pengarang Hayy ibn Yaqzan, sebuah fiksi alegoris yang berabad-abad kemudian dianggap mengilhami Robinson Crusoe. Ibn Tufail juga gurunya di bidang filsafat. Hari itu rupanya dia ingin memperkenalkan Ibn Rushd.

Tak disangka, sang Amir memulai perkenalan dengan bertanya, "Bagaimana pendapat para filosof tentang surga? Abadikah, dan adakah awalnya?"

Ibn Rushd terenyak. "Aku tercekam rasa takut," katanya mengenang, "Aku bingung."

Mungkin sadar ia membuat gentar pemuda itu, Baginda pun berpaling ke Ibn Tufail. Segera diskusi berkembang, dengan kutipan yang tangkas dari karya Plato, Aristoteles, dan para pakar theologi muslim. Ibn Rushd merasa betah. Apalagi sang Amir mengagumi kecerdasannya. Abu Yaqub pula yang kemudian mengangkatnya jadi dokter istana.

Advertising
Advertising

Dari sini disusunnya sebuah ensiklopedia, Kitab al-Kulliyat fi-l-tibb, yang kemudian, dalam versi Latin, berpengaruh di sekolah kedokteran di seluruh Eropa. Ia memperkenalkan fungsi retina. Ia tunjukkan bahwa pasien jadi kebal bila sembuh dari cacar—satu kesimpulan yang sampai kini berguna untuk imunisasi.

Tapi ia juga mendapat tugas yang—meskipun kemudian membuat namanya dikenang—amat tak gampang: menulis tafsir karya Aristoteles. Bagaimana filsafat seorang Yunani yang tak bertuhan bisa bertemu dengan kaidah agama pada abad ke-12? Soal ini merupakan tema pokok ketegangan pemikiran zaman itu, ketika tafsir Ibn Rushd bergema di pusat-pusat kajian di Eropa: filsafat terbentur akidah.

Ibn Rushd sebenarnya mencoba menemukan jalan tengah. Tapi ia hanya berhasil dalam buku. Di kancah kekuasaan ia gagal. Ketika Abu Yaqub digantikan Al-Mansur pada tahun 1184, ia tersisih. Ia dibuang ke Lucena. Begitu banyak tuduhan ia telah lepas dari ajaran Islam. Di Sevilla buku-buku filsafatnya dibakar. Hanya yang mengenai kedokteran dibebaskan.

Sudah sejak itu agaknya berlaku anggapan bahwa ilmu berada di kategori yang jauh dari filsafat. Memang, ilmu menghadapi problem seperti pisau menghadapi buah: mengupas, membelah, dan mengurai, sedangkan filsafat bergulat di dalam masalah seperti seseorang yang terjun ke dalam jeram. Tapi ada yang mempersamakan keduanya—dan itu sebabnya Ibnu Rushd seorang ilmuwan besar: ia berani meletakkan keyakinan dan praduganya sendiri di dalam kurung, untuk sementara atau selamanya. Di tiap tahap ilmu, di tiap saat filsafat, meragukan dan bertanya adalah niscaya.

Bukan untuk mengada-ada. Yang bertanya tentang tubuh dan penyakitnya akhirnya toh akan tersangkut ke masalah roh dan jasad. Yang bertanya abadi atau tidaknya surga mau tak mau akan terlibat dalam masalah bagaimana manusia harus bersikap. Jika surga tak kekal, apa sebenarnya makna pahala?Apa pula arti dosa?

Pertanyaan macam itu tak selalu bisa dihalau, bahkan dari masjid sekalipun. Siapa yang mencegahnya akan mirip seorang juru mudi yang ngeri ketika biduknya terguncang topan, tapi memilih tidur. Tidur, mungkin mimpi.

Sampai kapan? Ketika kepada orang dianjurkan "carilah ilmu bahkan sampai ke Negeri Cina," ketika itu pula ada asumsi bahwa ada yang "baik" di sebuah negeri yang begitu jauh dan begitu berbeda. Tapi kenapa "baik"? Apa arti "baik"? Menolak untuk memasuki renungan tentang itu sama halnya dengan menampik untuk mencari ilmu. Sebab ilmu dimulai dari pertanyaan dan berlanjut dalam petualangan. Sampai ke Negeri Cina sekalipun.

Tapi di Sevilla, buku Ibn Rushd dibakar, filsafat ditakuti. Sampai sekarang pun pembakaran itu belum usai agaknya. Sayyid Qutb, yang menghasratkan Islam kembali berkibar di bidang ilmu, mencegah orang memasuki filsafat—dan tentu saja lupa bahwa di Cordoba dulu orang akan mengabaikan sikap yang demikian.

Tapi Cordoba tak selamanya bersinar. Pada tahun 1236, Ferdinand III merebutnya dan menjadikannya bagian dari Spanyol yang Katolik. Sebuah benteng diubah jadi kantor Inkuisisi Gereja yang ganas: dari sinilah diputuskan orang dihukum bakar bila imannya dicurigai "cemar". Yang tak murni, yang "asing", dibasmi.

Pernah saya berkunjung ke bangunan-bangunan tua di tepi Sungai Guadalquivir itu. Seperti laiknya turis, saya masuk ke la mezquita, masjid besar yang mulai didirikan pada abad ke-8 itu. Sejak 1236, ia tentu saja sudah berubah jadi katedral. Kuno tapi kekar (100 tahun lebih tua ketimbang Borobudur), impresif tapi murung, di dalamnya ratusan tiang berjajar bagaikan pohon hutan, menyangga lengkung merah pualam. Tapi agak ke tengah, barisan itu tiba-tiba terhenti. Ada ruang yang dibangun untuk ambulatori dengan atap kubah.

Sedikit tergetar saya melihat itu. Sesuatu telah dipatahkan. Di sebuah sisi masih tampak bekas mihrab, dengan tepi yang bertatahkan kaligrafi Arab: barisan renik kalimat syahadat. Lebih separuhnya telah dibusak, lenyap. Tak jauh dari sana: patung Kristus.

Kekerasan telah terjadi di sini, pasti: keindahan dan iman yang lama dihapus oleh keyakinan baru. Tapi bukankah yang dilakukan Ferdinand III terhadap masjid Cordoba tak berbeda dengan yang dilakukan Amir al-Mansur yang membakar karya filsafat di Sevilla?

Hanya kuasa dan iman yang tegar yang tega berbuat demikian: yang tak sama dengan dirinya, biarpun indah dan berarti, harus ditiadakan. Yang renik dan kompleks, biarpun memukau, bisa mengganggu kesalihan yang lurus. Mereka harus dibabat.

Sejak itu Cordoba senyap. Dan kita yang datang dari jauh tahu: tak akan sampai kita ke Cordoba yang dahulu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

1 menit lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

Gibran mengatakan turunnya status Bandara Adi Soemarmo tidak akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Solo.

Baca Selengkapnya

Peradilan Siallagan: Pemidanaan Adat Batak Sebelum Hukum Modern, Ada Kanibalisme

1 menit lalu

Peradilan Siallagan: Pemidanaan Adat Batak Sebelum Hukum Modern, Ada Kanibalisme

Dia menyebut kedatangan misionaris menjadi peralihan di mana hukum pidana modern menggantikan hukum pidana Batak.

Baca Selengkapnya

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

4 menit lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

Waketum Partai Gelora Fahri meminta PKS mempertimbangkan dengan matang keputusan bergabung atau tidak dengan pemerintahan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Orang Tua Ramadhan Sananta dan Ernando Ari Sutaryadi Nobar Timnas U-23 Indonesia di Polda

12 menit lalu

Orang Tua Ramadhan Sananta dan Ernando Ari Sutaryadi Nobar Timnas U-23 Indonesia di Polda

Orang tua Ramadhan Sananta dan Ernando Ari Sutaryadi menyaksikan laga Timnas U-23 Indonesia melawan Uzbekistan dalam acara nobar di lokasi berbeda.

Baca Selengkapnya

7 Tugas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Sebagai Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol

13 menit lalu

7 Tugas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Sebagai Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol

Jokowi tunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Merauke, Papua Selatan.

Baca Selengkapnya

Isu Surat Penahanan ICC Bikin Israel Cemas, Berikut Fakta-fakta tentang Mahkamah Tersebut

14 menit lalu

Isu Surat Penahanan ICC Bikin Israel Cemas, Berikut Fakta-fakta tentang Mahkamah Tersebut

ICC didirikan untuk mengadili kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida dan kejahatan agresi.

Baca Selengkapnya

5 Presiden Indonesia yang Juga Petinggi Partai, Tak ada Nama Jokowi

14 menit lalu

5 Presiden Indonesia yang Juga Petinggi Partai, Tak ada Nama Jokowi

Jokowi jadi satu-satunya presiden Indonesia yang dipecat dari partai, inilah 5 Presiden Indonesia yang juga menjadi petinggi partai.

Baca Selengkapnya

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

14 menit lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Usai Nobar dengan Jokowi, Menteri Budi Arie Yakin Timnas U-23 Indonesia Tetap Bisa Lolos ke Olimpiade 2024

47 menit lalu

Usai Nobar dengan Jokowi, Menteri Budi Arie Yakin Timnas U-23 Indonesia Tetap Bisa Lolos ke Olimpiade 2024

Menkominfo Budi Arie Setiadi optimistis Timnas U-23 Indonesia lolos ke Olimpiade 2024 meskipun kalah 0-2 dari Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Ramai Kemenkop UKM Batasi Jam Operasional Warung Madura, Ini Respons Ikatan Pedagang Pasar

51 menit lalu

Ramai Kemenkop UKM Batasi Jam Operasional Warung Madura, Ini Respons Ikatan Pedagang Pasar

Ikappi menyatakan keuntungan dari warung madura itu akan berputar di daerah masing-masing dan mendorong upaya peningkatan ekonomi daerahnya.

Baca Selengkapnya