Berpacu di Antara Kekecewaan

Penulis

Rabu, 5 November 2014 01:09 WIB

Agus Sudibyo,
Direktur Eksekutif Matriks Indonesia

Yang harus diantisipasi Presiden Jokowi dan wakilnya saat ini dan selanjutnya adalah kekecewaan. Kekecewaan itu datang dari berbagai penjuru. Pertama, tentu saja para tokoh yang sudah telanjur disebut-sebut sebagai calon menteri, sudah sempat dipanggil ke Istana Presiden, lalu kemudian namanya tidak ada dalam daftar Kabinet Kerja. Dapat dibayangkan betapa kecewanya mereka. Terlebih-lebih jika merasa diri sudah menjadi tokoh besar, dekat dengan Jokowi atau Mbak Mega, ikut bantu-bantu dalam pemenangan pilpres.

Lebih menjengkelkan lagi, media ramai-ramai memberitakan batu uji utama kelayakan calon menteri adalah verifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap akuntabilitas dan integritas seseorang. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga. Gagal menjadi menteri, digosipkan tidak bersih diri dan tersangkut korupsi lagi. Inilah risiko proses pemilihan kabinet ala Jokowi yang semi-tertutup-semi-terbuka. Dengan menimbang data KPK tentang indikasi atau dugaan korupsi, seseorang semestinya dijaga kerahasiaannya demi penegakan hukum yang mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Semestinya proses seleksi menteri dilakukan dengan sangat hati-hati dan meminimalkan publisitas. Namun, pada sisi lain, tampak sekali bahwa proses seleksi kabinet kesulitan untuk menghindari intensitas pemberitaan media dengan semua konsekuensinya.

Kekecewaan kedua datang dari para pengamat dan intelektual. Banyak yang menganggap Kabinet Kerja tidak mencerminkan beratnya masalah sosial-ekonomi-politik yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Banyak juga yang khawatir, para menteri itu akan menjadi bulan-bulanan Koalisi Pendukung Prabowo (KPP) di DPR yang hampir semua orang tahu seperti apa perangai dan sikap politiknya.

Bagaimana mengelola kekecewaan ini agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi perjalanan pemerintah Jokowi-JK? Inilah pertanyaan besar yang harus dijawab segera. "Barisan sakit hati" sudah pasti terbentuk. Tapi perlu diantisipasi agar barisan sakit hati tidak bertransformasi menjadi gerakan balas dendam, atau agar sakit hati itu tidak dimanfaatkan oleh kelompok politik yang ingin merecoki kepemimpinan Jokowi-JK terus-menerus.

Cara untuk menghalau kekecewaan itu adalah seperti dikatakan Presiden Jokowi: kerja, kerja, dan kerja. Ibaratnya, anjing menggonggong kafilah berlalu. Pesimisme banyak pihak dijawab dengan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah publik.

Namun pemerintah Jokowi sepertinya tidak cukup beruntung dalam hal ini. Belum-belum mereka sudah dihadang permasalahan yang begitu pelik, sehingga Presiden SBY pun memilih untuk menghindarinya: menaikkan harga BBM. Menurut para ekonom, menaikkan harga BBM adalah suatu keniscayaan dalam dua bulan ke depan. Presiden Jokowi hampir tidak mungkin menghindarinya. Padahal, jelas sekali, menaikkan harga BBM bukan kebijakan yang populis, dan bisa dipastikan menimbulkan kekecewaan masyarakat.

Singkat kata, Presiden Jokowi harus siap untuk tidak populer, siap untuk mengecewakan pihak-pihak. Pemerintahan baru bekerja di antara begitu banyak hambatan dan rintangan. Maka yang dibutuhkan adalah bersikap realistis. Bangsa ini sedang menghadapi masalah-masalah besar yang hampir semuanya tidak mungkin diselesaikan dalam waktu sekejap.


Berita terkait

NU Minta Partai Kubu 02 yang Ingin Gabung Tak Dijatah Kursi Ini

28 April 2019

NU Minta Partai Kubu 02 yang Ingin Gabung Tak Dijatah Kursi Ini

Ketua NU Jatim Marzuki Mustamar meminta Jokowi tidak memberikan jabatan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan kepada partai oposisi.

Baca Selengkapnya

Deretan Tokoh Ekonomi yang Disebut Prabowo Bakal Mengisi Kabinet

13 April 2019

Deretan Tokoh Ekonomi yang Disebut Prabowo Bakal Mengisi Kabinet

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengumumkan puluhan nama yang menurut dia merupakan putra-putri terbaik bangsa.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Kehilangan Setengah Perempuan dalam Kabinetnya

10 April 2019

Donald Trump Kehilangan Setengah Perempuan dalam Kabinetnya

Pengunduran diri Menteri Keamanan AS Kirsjten Nielsen menambah daftar perempuan yang mundur dari kabinet Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Jokowi Akan Tagih Laporan Pencairan Dana untuk Korban Bencana

16 Oktober 2018

Jokowi Akan Tagih Laporan Pencairan Dana untuk Korban Bencana

Jokowi mengumpulkan para menteri dan kepala lembaga di Istana Negara, untuk rapat kabinet paripurna membahas tentang bencana alam.

Baca Selengkapnya

7 Menteri Kabinet Jokowi yang Maju Caleg Diminta Fokus Kerja

19 Juli 2018

7 Menteri Kabinet Jokowi yang Maju Caleg Diminta Fokus Kerja

Menurut Pratikno, ketujuh menteri di Kabinet Kerja Jokowi yang menjadi caleg harus tetap fokus kerja meski nanti akan sibuk dengan jadwal kampanye.

Baca Selengkapnya

Menteri Rangkap Jabatan, Moeldoko: Tidak Usah Dikhawatirkan

24 Januari 2018

Menteri Rangkap Jabatan, Moeldoko: Tidak Usah Dikhawatirkan

Moeldoko berkeyakinan menteri yang merangkap jabatan di kepengurusan partai tetap akan bekerja dengan baik.

Baca Selengkapnya

Reaksi Beberapa Partai Soal Kabar Resuffle Kabinet Jilid 3

3 Januari 2017

Reaksi Beberapa Partai Soal Kabar Resuffle Kabinet Jilid 3

Sejumlah partai politik bergerak cepat menyiapkan kader mereka,
seiring santernya kabar rencana perombakan Kabinet Kerja jilid 3

Baca Selengkapnya

Masih Rangkap Jabatan, Apa Alasan Menteri Puan?  

3 Februari 2015

Masih Rangkap Jabatan, Apa Alasan Menteri Puan?  

Puan Maharani berdalih sudah tak aktif dalam kegiatan PDIP.

Baca Selengkapnya

Rapor Menteri Jokowi: Susi Juara, Menteri Jonan?

2 Februari 2015

Rapor Menteri Jokowi: Susi Juara, Menteri Jonan?

Angka kepuasan terhadap Susi cukup besar ketimbang tingkat kepuasan terhadap menteri lainnya.

Baca Selengkapnya

Langgar Tenggat Waktu, Jokowi Ancam Copot Menteri  

21 Januari 2015

Langgar Tenggat Waktu, Jokowi Ancam Copot Menteri  

"Kalau enggak sanggup, ya sudah. Banyak kok yang mau jadi

menteri," kata Jokowi.

Baca Selengkapnya