Kedodoran Menyiapkan Pemimpin

Penulis

Rabu, 7 Mei 2014 21:47 WIB

Kalangan partai politik terlihat kedodoran membangun koalisi dan menyiapkan calon presiden. Hingga kini, belum muncul calon tangguh untuk menandingi Joko Widodo alias Jokowi--calon presiden yang didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Nasional Demokrat. Keadaan ini tak akan terjadi andaikata partai-partai mendengarkan keinginan publik dan pintar melahirkan pemimpin.

Prabowo Subianto merupakan satu-satunya pesaing Jokowi yang paling siap. Hanya, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya ini belum bisa memastikan partai lain yang ikut mengusungnya. Ia telah menjajaki koalisi dengan sejumlah partai, seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Golongan Karya. Tapi sejauh ini belum ada partai yang resmi bergandengan dengan Gerindra buat menyokong pencalonan Prabowo.

PDIP tampak hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan pasangan Jokowi. Tapi tidak demikian halnya dengan partai lain. Energi mereka banyak terkuras untuk mencari kawan berkoalisi. Kasak-kusuk ini kerap mengundang perpecahan seperti yang terjadi di Partai Persatuan Pembangunan. Ketua Umum PPP Suryadharma Ali ingin menyokong Prabowo, tapi para petinggi partai yang lain tidak sepakat.

Di Golkar, posisi Aburizal Bakrie malah serba salah. Bila ngotot maju sebagai calon presiden, ia diprediksi akan sulit menang. Tapi beralih menjadi calon wakil presiden, lalu berpasangan dengan calon presiden dari partai lain, juga bukan pilihan yang mudah. Kalangan internal partai akan mempersoalkan langkah mundur ini.

Partai Demokrat pun serba repot. Suara partai ini yang merosot tajam sebetulnya bukan halangan buat menyiapkan calon presiden. Masalah muncul karena calon presiden yang bertarung lewat konvensi Demokrat memiliki elektabilitas yang rendah. Ini berarti ada yang salah dalam menentukan mekanisme konvensi. Demokrat juga gagal membaca keinginan pemilih ihwal figur ideal untuk presiden 2014-2019. Padahal partai ini memiliki banyak tokoh andal di pemerintahan yang semestinya bisa ditawarkan kepada publik.

Jauh hari, partai politik biasanya langsung menempatkan ketua umumnya menjadi calon presiden. PDIP pun melakukan hal yang sama, sebelum akhirnya Megawati memberi kesempatan kepada Jokowi. Inilah yang menimbulkan problem ketika elektabilitas calon presiden yang juga ketua umum partai itu tak cukup untuk menandingi calon lain. Aburizal mengalami kebingungan ini. Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat, Wiranto, pun bernasib sama.

Advertising
Advertising

Kelemahan partai politik dalam melahirkan pemimpin yang andal jelas merugikan rakyat. Kini publik baru disodori dua calon presiden yang benar-benar siap: Jokowi dan Prabowo. Padahal orang tahu, di luar mereka, sebetulnya banyak tokoh yang berpotensi besar menjadi presiden. Partai-partai tidak mengorbitkannya sehingga rakyat menghadapi pilihan yang terbatas.

Berita terkait

Kemenag: 195.917 Visa Jemaah Haji Reguler Sudah Terbit, Keberangkatan Mulai 12 Mei

5 menit lalu

Kemenag: 195.917 Visa Jemaah Haji Reguler Sudah Terbit, Keberangkatan Mulai 12 Mei

Total kuota jemaah haji Indonesia tahun ini adalah 241.000 orang.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Arsenal Menang 3-0 atas Bournemouth, Declan Rice Cetak Gol dan Assist

6 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Arsenal Menang 3-0 atas Bournemouth, Declan Rice Cetak Gol dan Assist

Arsenal memetik kemenangan 3-0 atas Bournemouth dalam laga Liga Inggris 2023-2024 pekan ke-36 di Stadion Emirates pada Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 menit lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sampaikan 3 Isu di Pertemuan OECD Paris, Apa Saja?

18 menit lalu

Airlangga Sampaikan 3 Isu di Pertemuan OECD Paris, Apa Saja?

Airlangga membahas terkait komitmen Indonesia dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan di pertemuan OECD.

Baca Selengkapnya

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

22 menit lalu

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah menjadi perbincangan karena menampilkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Film Possession: Kerasukan, Angkat Klenik Lokal dan Isu Kesetaraan, Tayang Empat Hari Lagi

27 menit lalu

Film Possession: Kerasukan, Angkat Klenik Lokal dan Isu Kesetaraan, Tayang Empat Hari Lagi

Possession: Kerasukan sendiri diadaptasi dari film Prancis berjudul sama Possession yang dibuat pada 1981.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

29 menit lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

45 menit lalu

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Ajak Turis Wisata Pagi dan Sore

Cuaca yang terik membuat warga Thailand, terutama warga lanjut usia, enggan bepergian.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Absen, Pertamina Enduro Ditekuk Popsivo Polwan

47 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Absen, Pertamina Enduro Ditekuk Popsivo Polwan

Tim putri Jakarta Popsivo Polwan berhasil mengalahkan Jakarta Pertamina Enduro, yang tak diperkuat Gia, dengan skor 3-0 dalam lanjutan Proliga 2024.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

47 menit lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya