Pengakuan Kivlan Zen

Penulis

Minggu, 11 Mei 2014 23:11 WIB

Rencana Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memanggil Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen sebaiknya segera dilakukan. Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) ini terang-terangan mengaku mengetahui penculikan aktivis politik pada 1997/1998. Kendati amat terlambat, kesaksian sang Jenderal amat penting untuk membongkar peristiwa kelam ini.

Kivlan mengungkapkan pernyataan yang mengejutkan itu lewat sebuah acara televisi. Ia mengklaim mengetahui pelaku penculikan, lokasi penembakan, serta kuburan para korban. Pengakuan Kivlan tak bisa disepelekan. Ia pernah dekat dengan Prabowo Subianto. Ketika Kivlan menjadi Kepala Staf Kostrad pada 1998, Prabowo menjabat Panglima Kostrad.

Setelah 15 tahun lebih, peristiwa itu masih gelap. Sembilan korban penculikan dilepaskan, dan para pelaku sudah diajukan ke pengadilan militer, tapi sebagian korban belum ditemukan. Lewat pengadilan militer terungkap bahwa penculikan terhadap sejumlah aktivis pro-demokrasi itu dilakukan oleh 11 personel Kopassus Grup IV. Kelompok penculik ini disebut sebagai Tim Mawar. Saat itu Kopassus dipimpin Letnan Jenderal Prabowo Subianto, yang kini maju sebagai calon presiden dari Partai Gerindra.

Prabowo, yang disidang oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP), kemudian dipecat. Tapi masalah ini belum tuntas. Kalau benar Prabowo cuma menjalankan perintah seperti yang dikesankan selama ini, tak terungkap siapa petinggi militer yang memerintahnya. Hingga kini setidaknya 13 aktivis yang diperkirakan diculik juga masih misterius.

Sulit membongkar kasus itu bila hanya dilakukan lewat pengadilan militer atau DKP. Kasus penculikan itu semestinya dibawa ke pengadilan hak asasi manusia agar menjadi terang-benderang. Inilah pentingnya pengakuan Kivlan yang kini menjadi politikus Partai Persatuan Pembangunan-terlepas apakah pernyataannya itu sekadar manuver politik atau memang serius ingin membongkar kejahatan HAM.

Advertising
Advertising

Bola kini ada di tangan Komnas HAM. Lembaga ini mesti segera memanggil Kivlan secara resmi, lalu menggunakan pengakuannya untuk memulai penyelidikan baru kasus penculikan aktivis. Dengan cara ini, Komnas bisa mengusulkan lagi pembentukan pengadilan HAM. Di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, pengungkapan kasus ini mandek karena pemerintah enggan membentuk pengadilan HAM, meskipun sudah direkomendasikan Komnas HAM pada 2009.

Dibentuknya pengadilan HAM juga akan memberikan preseden untuk mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM berat lain yang pernah terjadi. Tidak usah pura-pura lupa, bangsa ini masih dibebani sejarah kelam menyangkut pelanggaran HAM berat seperti Tragedi 1965 dan kasus 27 Juli.

Seperti kejahatan HAM yang lain, kasus penculikan aktivis akan semakin sulit diungkap bila pengusutannya ditunda. Para saksi dan pelaku keburu tiada. Padahal tragedi ini masih menyisakan tanda tanya besar mengenai nasib para aktivis yang hilang sekaligus menggoreskan luka dalam bagi bangsa kita.

Berita terkait

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

1 menit lalu

Pelaksanaan UTBK 2024 di Universitas Jambi Diikuti 9.412 Peserta

Universitas Jambi atau Unja menyediakan fasilitas ujian untuk UTBK sebanyak 16 laboratorium dan dilaksanakan dalam dua sesi setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

13 menit lalu

Kementerian Perhubungan Klaim Keselamatan Pelayaran Indonesia Diakui Dunia

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengklaim bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran kapal Indonesia telah diakui dunia internasional.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

26 menit lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu berbuat banyak dalam laga perdana final Piala Thomas 2024 melawan tunggal pertama Cina, Shi Yu Qi.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

33 menit lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

35 menit lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

56 menit lalu

KKP Tangkap Kapal Asing Vietnam di Laut Natuna, Nakhoda: Ikan di RI Masih Banyak

Kapal asing Vietnam ditangkap di Laut Natuna. Mengeruk ikan-ikan kecil untuk produksi saus kecap ikan.

Baca Selengkapnya

Bersiap Hadapi Real Madrid di Leg 2 Semifinal Liga Champions, Begini Kondisi Skuad Bayern Munchen

1 jam lalu

Bersiap Hadapi Real Madrid di Leg 2 Semifinal Liga Champions, Begini Kondisi Skuad Bayern Munchen

Bek Bayern Munchen Raphael Guerreiro diragukan tampil pada pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions melawan Real Madrid pada Rabu nanti.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

1 jam lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Polres Metro Jakarta Barat Sita 5,1 Kilogram Narkoba Jenis Sabu Sejak Maret-April 2024

1 jam lalu

Polres Metro Jakarta Barat Sita 5,1 Kilogram Narkoba Jenis Sabu Sejak Maret-April 2024

Dari total sabu yang berhasil diamankan, Polres Metro Jakarta Barat berhasil menyelamatkan sebanyak 51.480 jiwa dari dampak buruk narkoba.

Baca Selengkapnya