Kaya

Penulis

Senin, 3 November 2003 00:00 WIB

Di kampung saya semasa kecil, kami sering menghabiskan jam-jam menjelang berbuka puasa di sebuah masjid di dekat sungai. Di ruang kiri ada orang dewasa yang mengajarkan membaca Quran, dan di sela-sela itu beberapa menit kami menembangkan lagu yang sering disebut sebagai "puji-pujian" bagi Tuhan.

Pada dasarnya nyanyian itu hanya bentuk hafalan dari sejumlah diktum dan petuah. Saya ingat satu baris yang agak ganjil, dalam bahasa Jawa:

Ing donya sugih dosa
Ing akerat dipun siksa

Setelah agak dewasa kami tahu bahwa kedua kalimat itu kurang-lebih berarti "siapa yang penuh dosa di dunia, di akhirat ia akan disiksa." Tapi waktu itu, seperti galibnya anak-anak, kami tak semuanya paham kata-kata yang kami lagukan, dan teristimewa kalimat itu membingungkan: dalam melodinya, ada pause sejenak antara kata "sugih" dan "dosa". Tentang itu, seorang teman yang lebih tua dan lebih lanjut bacaan Qurannya mengatakan bahwa arti kedua baris itu adalah "barang siapa yang kaya di dunia" (ing ndonya, sugih), ia akan menanggung "dosa" (dosa) dan kelak akan disiksa di neraka.

Advertising
Advertising

Kami tak membantahnya, mungkin juga karena teman ini datang dari sebuah rumah dengan lantai tanah, dinding anyaman bambu, tiang yang sudah aus, dan ruang dalam yang gelap. Kini saya dapat membayangkan bagaimana dia harus mampu mendapatkan argumen bagi keadaan dirinya, bagi nasibnya, sebagai seorang anak keluarga yang melarat sejak kakek-neneknya. Sementara ia taat beribadat. Atau ia merasakan ada sesuatu yang tak adil bila para pedagang di antara tetangga kami, dengan pekarangan luas, toko lengkap, rumah besar, dan pakaian bagus, bisa hidup menikmati kehidupan dunia sekarang dan, insya Allah, juga kehidupan akhirat nanti.

Atau mungkin ada sebab lain. Jauh di lubuk tiap sikap religius, yang juga menyangkut sikap ethis, selalu ada tendensi zuhud yang melihat keduniawian sebagai cela. Pada umumnya orang Islam di sekitar saya tak punya anggapan semacam itu. Tapi kami selamanya ingat bahwa Nabi, yang datang dari keluarga tak berpunya, meskipun kemudian menikah dengan seorang wanita berada, sering pergi menjauhi Mekah yang komersial itu dan ber-takhanus di Gua Hira. Mencari kekayaan dapat menyesatkan, dan contoh terburuk adalah membungakan uang dalam riba—satu hal yang jauh sebelum Islam juga telah dicela oleh ulama Yahudi dan Gereja Kristen.

Di masa kecil di Jawa Tengah itu, ada unsur lain. Di sini, para ningrat memandang rendah wong ati saudagar, seperti disebut dalam syair Wulangreh. Ini hampir tak ada bedanya dengan sikap kaum mandarin di Cina, yang menunjukkan keunggulan kelas sosial mereka dengan budi pekerti yang halus dan tangan lentik yang terawat. Mereka ini, sebagaimana para samurai Jepang yang anggun dan penuh dekorum, menganggap para pedagang hanya sejumlah makhluk kasar, licin, dan loba. Dan sebagaimana dalam susunan kasta di India, kaum waisya dianggap lebih rendah ketimbang kaum brahmana dan kesatria, di zaman Yunani kuno Aristoteles juga menganggap bahwa warga sebaiknya tak mengikuti cara "yang vulgar dan kaum pedagang." Ia memperingatkan orang akan bahaya pleonexia, tamak dan berlebihan.

Si kaya, dengan harta benda yang bertimbun melalui perdagangan, memang tak selalu diterima dengan nyaman di sepanjang sejarah. Seperti Yesus yang mengatakan bahwa lebih gampang bagi seekor unta untuk masuk ke liang jarum ketimbang seorang kaya memasuki kerajaan Tuhan, teman saya di masjid kampung dulu juga percaya bahwa "sugih [kuwi] dosa."

Tapi sejarah berjalan dengan harta bertimbun. Pada akhirnya, lambat laun, sikap religius dan ethis menyesuaikan diri dengan pelbagai tendensi pleonexia itu. Gereja Lutheran yang tetap melarang riba sampai tahun 1139 dan Geraja Katolik yang menegaskan ajaran yang sama sampai tahun 1745 harus menghadapi kenyataan yang diungkapkan secara lucu oleh seorang penulis Italia abad ke-14: "Mereka yang menjalankan riba masuk neraka, mereka yang gagal menjalankan riba masuk ke kemiskinan."

Sebuah buku yang terbit tahun lalu, The Mind and the Market, yang ditulis dengan bahasa yang terang oleh Jerry Z. Muller, merekam perubahan sikap dan pemikiran Eropa tentang "kapitalisme" dalam sejarah yang panjang itu. Buku ini adalah sebuah kombinasi antara sejarah yang penuh anekdot dan sebuah argumen. Dari dalamnya kita bisa tahu bagaimana Voltaire bukan saja pintar memainkan uangnya, terkadang dengan cara curang, dan menjadi cendekiawan terkaya Eropa pada abad ke-18. Kita juga tahu bagaimana Adam Smith, penganjur "masyarakat komersial" yang kemudian disebut "kapitalisme" itu, meninggal pada tahun 1790 dengan milik yang minim karena telah mendermakan seluruh hartanya dengan diam-diam.

Juga kita tahu bagaimana orang-orang Yahudi Eropa, yang oleh Gereja dilarang memiliki tanah, dan oleh gilda-gilda pertukangan dan keahlian disingkirkan (karena mereka bukan Kristen), pada akhirnya harus menjadi kaum pedagang dan bankir—dan justru sebab itu memperoleh stigma sebagai tukang riba yang dibenci. Dari Muller kita juga menemukan semacam sebuah pleidoi bagi kapitalisme, atau setidaknya sebuah sikap yang menerima bahwa kapitalisme akan bersama kita untuk waktu yang panjang, dan bahwa para saudagar dan pencari harta akan mengerumuni sejarah sampai entah kapan.

Tak semua akibatnya buruk. Tak semuanya berupa dosa. Bahkan mungkin garis demarkasi antara yang "dosa" dan "bukan" telah luruh, perbatasan antara yang "suci" dan "tak suci" akhirnya cair. Melalui distribusi dan teknologi, khotbah dan dakwah, gereja dan kuil, buku sufi dan risalah radikal, pelan atau cepat berkait dengan apa yang juga bergelimang di jalanan dengan keringat orang jujur, kelicikan para penipu, penjudi, pelacur, pencuri—dengan kata lain, uang, modal, pasar, dan dunia yang tak putus-putusnya resah.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

6 menit lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

10 menit lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

12 menit lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

12 menit lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Zulhas Dukung Presidential Club Usulan Prabowo

19 menit lalu

Zulhas Dukung Presidential Club Usulan Prabowo

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan alias Zulhas mendukung usulan pembentukan presidential club dari presiden terpilih Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Pemeran Film The Idea of You

20 menit lalu

Pemeran Film The Idea of You

Film The Idea of You tayang di Prime Video pada 2 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

29 menit lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ Sempat Alami Putus Koneksi

33 menit lalu

Pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ Sempat Alami Putus Koneksi

Sampai hari ini, ada sekitar 95 persen peserta yang mengikuti UTBK.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

42 menit lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran: Soal Kabinet hingga Pesan dari Luhut

48 menit lalu

Prabowo-Gibran: Soal Kabinet hingga Pesan dari Luhut

Luhut menyampaikan pesannya kepada Prabowo Subianto selaku presiden terpilih periode 2024-2029, untuk tidak membawa orang toxic ke dalam kabinet

Baca Selengkapnya