Obsesi Kecepatan

Penulis

Senin, 10 November 2014 02:39 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Dian R. Basuki, peminat masalah sains

Apakah Anda merasakan perubahan dalam diri Anda: cenderung kian tidak sabar manakala akses Internet begitu lelet, merasa kesal tatkala proses loading laptop terasa lamban, atau uring-uringan ketika jalanan padat membuat Anda sukar berkendara dengan cepat.

Banyak orang cenderung menetapkan kecepatan sebagai fitur kunci dalam memilih produk dan jasa: telepon seluler, tablet, sepeda motor, mobil, jasa kurir, transportasi, pesan-antar makanan, apa lagi? Nyaris dalam setiap hal, kecepatan menjadi ukuran untuk menentukan kualitasnya. Semakin cepat, semakin bagus. Semakin cepat, semakin mahal.

Konsumen memiliki ekspektasi tinggi terhadap kecepatan. Restoran cepat saji akan memberikan bonus kepada konsumen bila hidangan tersaji lebih lambat dari yang dijanjikan. Penumpang akan mendapat kompensasi bila kereta terlambat.

Perubahan dari mekanik ke elektronik telah meningkatkan kecepatan secara signifikan. Sebelumnya, pesan tidak terkirim dengan kecepatan melebihi pergerakan manusia, kuda, kereta, atau kapal. Kini, kata, suara, informasi, dan gambar dapat ditransmisikan melewati jarak yang sangat jauh pada kecepatan yang amat tinggi. Mengikuti perubahan teknologi ini, meningkat pula ekspektasi manusia terhadap kecepatan.

Kecepatan, sepertinya, telah menjadi obsesi masyarakat. Obsesi manusia terhadap kecepatan barangkali belum pernah sehebat sekarang. Ketika kita mengirim pesan pendek dan jaringan telekomunikasi terganggu selama 1 menit, kita sudah merasa sangat kesal. Bandingkan dengan masa ketika kakek kita mengirim surat dari Surabaya dan sampai di Jakarta paling cepat 1 minggu kemudian--pada masa itu, yang disebut 'pos kilat' memerlukan dua-tiga hari.

Dalam masyarakat kapitalistik (apatah kita bukan masyarakat kapitalistik?), kecepatan punya makna meninggalkan yang lain di belakang, membiarkan yang lain tertatih-tatih di tengah pacuan, menaruh orang-orang berjalan di pedestrian.

Obsesi kecepatan berarti kecemasan dan ketakutan untuk tertinggal-menjadi pendorong untuk membeli mobil baru yang lebih cepat, laptop yang lebih cepat, saham yang meroket. Jeda, keterlambatan, berhenti, dan bergerak perlahan dianggap sebagai hilangnya kesempatan dan memberi keunggulan kepada pesaing.

Hasrat kita akan kecepatan meningkat sekian kali lipat-walaupun ini tidak selalu berujung pada peningkatan kualitas produk, jasa, maupun produktivitas. Dengan pemakaian teknologi informatika, pembuatan e-KTP seyogianya bisa selesai dalam beberapa menit. Dalam praktek, warga memperoleh e-KTP paling cepat satu minggu kemudian karena menunggu tanda tangan bapak/ibu camat. Kontradiksi di dalam obsesi kecepatan.

Obsesi masyarakat tecermin di jalanan: pengendara sepeda motor, mobil, bus, pick-up, berpacu untuk segera sampai di tempat tujuan. Karyawan ingin segera tiba di kantor, sayangnya bukan untuk langsung bekerja, melainkan mengobrol dulu dengan rekan sembari minum kopi. Dalam obsesi kecepatan, ada ambiguitas, mungkin sejenis kerinduan akan irama dan tempo yang lebih lambat.

Tentu saja, kita memang harus membayar untuk obsesi ini. Speedaholic menjadikan stres meningkat, kegelisahan bertambah, ambiguitas yang menegangkan, dan keterasingan yang kian mencekam. Kecepatan mengubah kimiawi otak kita, menyisakan sedikit waktu saja bagi kita untuk sempat menikmati wanginya aroma bunga mawar. *


Berita terkait

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

16 Januari 2019

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

Tim ilmuwan dari University of Birmingham dan Cardiff University telah mengungkap bagaimana otak manusia merekontruksi atau menyusun kenangan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

21 November 2018

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

Dua peneliti syaraf dari Universitas California Riverside, dalam sebuah riset mencoba menjawab bagaimana cara menghilangkan rasa takut.

Baca Selengkapnya

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

8 November 2018

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

Riset terbaru hasil kolaborasi dari Kaspersky Lab dan University of Oxford mengungkap otak manusia akan menjadi target serangan hacker.

Baca Selengkapnya

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

27 Desember 2017

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

Usus disebut sebagai otak kedua. Kalau kondisi usus baik, maka saraf di usus akan mengirimkan sinyal-sinyal positif ke otak

Baca Selengkapnya

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

15 Desember 2017

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

Ada 10 hal yang bisa menambah daya ingat seseorang. Dua di antaranya adalah makan permen karet dan menonton komedi.

Baca Selengkapnya

Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

12 Desember 2017

Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

Otak manusia memiliki banyak aktivitas, termasuk yang Anda belum tahu ini.

Baca Selengkapnya

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

9 Desember 2017

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

Peneliti mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam pembelajaran berjalan pada bayi, sebuah temuan yang bisa membantu memprediksi autisme.

Baca Selengkapnya

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

9 November 2017

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

Pikiran tentang hal-hal buruk ternyata bisa mencerminkan kesehatan manusia. Misalnya tak bisa berhenti memikirkan pengalamam buruk. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

24 Oktober 2017

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

Hidung, sebagai Indra penciuman ternyata memiliki kaitan yang kuat dengan otak secara keseluruhan. Simak penelitiannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

11 Oktober 2017

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

Pernah mempertanyakan mengapa manusia tertawa, merasakan kantuk, ataupun bisa mengalami 'jetlag'?, ternyata semua itu karena kinerja otak manusia.

Baca Selengkapnya