Demam Bola dan Prestasi Kita

Penulis

Minggu, 15 Juni 2014 21:32 WIB

Demam Piala Dunia datang lagi dan menggetarkan sudut-sudut pelosok bumi. Dunia berpesta, dan Indonesia selalu hanya menjadi penonton. Hajatan besar empat tahun sekali ini belum bisa menjadi vitamin untuk meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia. Tim nasional kita tetap saja kelas paria.

Daftar peringkat tim versi Asosiasi Sepak bola Dunia menjadi bukti telak soal itu. Dari tahun ke tahun, peringkat tim sepak bola Indonesia terus melorot. Satu dekade lalu, Indonesia masih masuk jajaran 100 tim terbaik dunia dengan duduk di peringkat ke-91. Kini, kita terlempar ke peringkat ke-157 dunia. Di Asia Tenggara sendiri, prestasi Indonesia ada di nomor buncit di bawah peringkat Vietnam (123), Thailand (149), Malaysia (153), dan Singapura (155).

Sudah banyak janji yang ditebar oleh para pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ataupun Menteri Pemuda dan Olahraga. Namun tim Indonesia sulit bangkit. Bolak-balik kali ganti pengurus PSSI dan ganti menteri, prestasi sepak bola Indonesia tetap terkubur. Kita tak bisa mengatasi faktor yang menghambat perkembangan sepak bola, seperti jumlah lapangan yang terus tergerus. Kompetisi usia dini juga minim.

Yang bisa dibanggakan hanyalah sejarah. Indonesia dulu pernah masuk laga Piala Dunia 1938. Tim Indonesia saat itu bahkan menjadi wakil Asia pertama dalam Piala Dunia. Kini, mencetak prestasi di level Asia Tenggara pun Indonesia kesulitan setengah mati. Terakhir kali Indonesia meraih medali emas sepak bola adalah pada SEA Games 1987.

Banyak perubahan radikal harus dilakukan agar Indonesia bisa menembus "divisi utama" sepak bola internasional. Tak perlu muluk-muluk dulu pasang target masuk dalam laga Piala Dunia. Untuk tahap awal, Indonesia harus bisa menembus papan atas Asia Tenggara, lalu naik kelas ke level Asia.

PSSI dan Kementerian Olahraga nyaris tak bisa diharapkan. Organisasi itu mandek, terjebak rutinitas, dan dilanda konflik internal. Mereka juga gagal membuat kompetisi lokal yang menjadi saringan alami bagi lahirnya pemain berbakat. Alih-alih melahirkan turnamen yang bagus, Menteri Pemuda Olahraga Roy Suryo, misalnya, malah bermimpi ingin memindahkan Piala Dunia 2022 di Qatar ke Indonesia.

Advertising
Advertising

Sepak bola Indonesia butuh terobosan seperti yang dilakukan pelatih tim nasional usia di bawah 19 tahun, Indra Sjafri. Tanpa bantuan PSSI, dia blusukan ke pelosok-pelosok mencari talenta terbaik, dan terbukti bermain gemilang. Tahun lalu, tim asuhannya menundukkan Korea Selatan, juara bertahan dan pemegang 12 kali gelar Piala Asia. Dalam laga persahabatan Mei lalu, tim ini juga bermain imbang 1-1 dan menang 3-0 atas finalis Piala Asia U-19, Yaman.

"Revolusi" ala Indra Sjafri itulah yang perlu dilakukan secara konsisten. Langkah ini harus diteruskan dengan memburu pemain berbakat dengan usia yang lebih muda, di bawah 13 tahun. Hanya pada tunas-tunas muda kita bisa mengharap prestasi.

Berita terkait

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

2 menit lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

2 menit lalu

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

Waskita Karya telah merampungkan 2 dari 12 proyek IKN yang tengah dibangun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

47 menit lalu

Hari Ini, Putin Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Masa Jabatan ke-5

Pelantikan Vladimir Putin sebagai presiden Rusia untuk masa jabatan kelima pada upacara pelantikan yang akan digelar di Moskow.

Baca Selengkapnya

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

2 jam lalu

Partai Narendra Modi Bagikan Video Hasutan tentang Oposisi dan Komunitas Muslim India

Video animasi yang dibagikan oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi menargetkan partai Kongres sebagai oposisi dan komunitas Muslim.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

2 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

3 jam lalu

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sudah 2 kali mangkir dalam pemeriksaan KPK sebelumnya dan tengah mengajukan praperadilan.

Baca Selengkapnya

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

3 jam lalu

Pengeroyokan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang Saat Doa Rosario, Polisi Tangkap Beberapa Orang

Akibat pengeroyokan itu, dua mahasiswa Universitas Pamulang mengalami luka, satu di antaranya adalah penghuni kos lain yang berusaha melerai.

Baca Selengkapnya

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

4 jam lalu

Profil Eko Patrio yang Disiapkan PAN Jadi Menteri did Kabinet Prabowo

Nama komedian Eko Patrio disebut oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas pada Ahad, 5 Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

4 jam lalu

Kecelakaan Mobil Polisi Tabrak Mikrobus di Tol MBZ, Pengemudi Diduga Mengantuk

Kedua kendaraan yang terlibat kecelakaan di Tol MBZ itu langsung diamankan di Induk PJR Jakarta-Cikampek.

Baca Selengkapnya

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

4 jam lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya