Rupiah Kita, Wajah Kita

Penulis

Senin, 23 Juni 2014 22:09 WIB

Sepekan terakhir, mata uang rupiah seperti limbung menghadapi berbagai gejolak dunia. Pada puncaknya, Rabu lalu, nilai rupiah sempat menyentuh angka 12.000 per dolar alias terendah dalam empat bulan belakangan. Krisis politik di Ukraina dan Irak, yang membuat harga minyak melambung menjadi US$ 123 per barel, tak pelak mempengaruhi pelemahan rupiah. Naiknya harga minyak dunia membuat angka subsidi bahan bakar di dalam negeri kian membengkak.

Di sisi lain, ada kekhawatiran di kalangan investor dunia bahwa pemerintah Amerika Serikat akan kembali mengurangi stimulus moneter alias tapering off karena situasi ekonomi Negeri Abang Sam kian membaik. Kebijakan itu akan membuat dana yang selama ini membanjiri pasar berkurang. Belum cukup, Bank Sentral Amerika juga akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 1 persen. Dua kebijakan itu jelas akan membuat dolar berbondong-bondong kembali ke negara asalnya.

Gejolak dunia memang berpengaruh kuat terhadap rupiah. Tapi kita tak boleh menutup mata bahwa kuat-lemahnya nilai rupiah terhadap dolar sesungguhnya adalah cermin fundamental ekonomi Indonesia sendiri. Jika fundamental ekonomi kuat, rupiah tak akan gampang goyah. Sebaliknya, jika fundamental ekonomi lemah, rupiah akan mudah limbung menghadapi guncangan kecil sekalipun. Rupiah kita sesungguhnya merupakan refleksi wajah kita sendiri.

Sayangnya, harus kita akui bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini memang sedang loyo. Penyebabnya terutama adalah triple deficit: defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Dalam kondisi itu, upaya intervensi di pasar uang tak ubahnya "menggarami lautan". Bisa-bisa cadangan devisa yang kini mencapai US$ 107 miliar malah akan berkurang sia-sia.

Sialnya, melemahnya rupiah dan defisit anggaran seperti lingkaran setan. Tiap kali rupiah melemah 1.000, defisit anggaran membengkak sebesar Rp 3-4 triliun. Maka sudah tepat langkah pemerintah membuat Anggaran Perubahan 2014 yang lebih ramping. Asumsi nilai rupiah 10.500 per dolar pun diubah menjadi 11.700 per dolar. Dengan perubahan asumsi itu, defisit anggaran yang semula diperkirakan bisa mencapai Rp 472 triliun dapat dikempiskan menjadi Rp 251,7 triliun. Jumlah itu sesuai dengan amanah UU APBN.

Langkah BI tetap mempertahankan rezim suku bunga tinggi untuk mengerem defisit perdagangan juga patut diapresiasi. Kebijakan itu terbukti mampu menurunkan defisit perdagangan pada kuartal pertama 2014 menjadi 2,06 persen, dari sebelumnya 3,85 persen pada kuartal keempat 2013. Dalam situasi sekarang, memang tak banyak instrumen yang bisa dilakukan untuk memperkuat rupiah.

Advertising
Advertising

Agar rupiah tak gampang loyo, di masa depan pemerintah harus memperbaiki neraca perdagangan komoditas dan jasa agar surplus. Ekspor komoditas hasil sektor manufaktur harus ditingkatkan. Saat ini ekspor hasil manufaktur Indonesia hanya sebesar 15 persen, tertinggal jauh dibanding ekspor manufaktur Thailand, yang mencapai 59 persen dari total ekspornya. Dengan fundamental ekonomi yang lebih kuat, rupiah niscaya akan lebih berotot dan tahan guncangan.

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 menit lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Profiil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

1 menit lalu

Profiil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

Panitia Pemilihan Rektor Unpad sudah menetapkan 14 bakal calon dari total 16 pendaftar. Profilnya beragam, mulai dari wakil dekan hingga dosen.

Baca Selengkapnya

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

2 menit lalu

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

Perayaan Hardiknas 2024 bertepatan dengan peringatan gerakan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

8 menit lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

10 menit lalu

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

Keamanan bandara menggunakan Advanced Imaging Technology (AIT) untuk mendeteksi kejanggalan pada penumpang itu sebelum naik pesawat.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

10 menit lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

10 menit lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Pelatih Radhi Shenaishil: Timnas Irak U-23 Layak Tampil di Olimpiade Paris 2024

12 menit lalu

Pelatih Radhi Shenaishil: Timnas Irak U-23 Layak Tampil di Olimpiade Paris 2024

Setelah mengalahkan Timnas Indonesia, pelatih Irak U-23 Radhi Shenaishil menilai bahwa timnya layak melaju ke Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

14 menit lalu

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

Bulan lalu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengajukan penonaktifan terhadap 92.493 NIK warga Jakarta ke Kemendagri.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

21 menit lalu

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

Laga Piala Thomas dan Piala Uber berlangsung di Chengdu High-tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, Cina, sejak 28 April 2024

Baca Selengkapnya