Pertaruhan Politik Golkar

Penulis

Jumat, 28 November 2014 01:18 WIB

Ridho Imawan Hanafi, Peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate

Aburizal Bakrie dalam posisinya saat ini mendapat perlawanan politik dari pesaingnya dalam ikhtiar mempertahankan posisi ketua umum dalam Musyawarah Nasional IX Partai Golkar. Ketetapan untuk menggelar munas pada akhir November 2014 telah menyulut kecurigaan internal partai, utamanya yang berseberangan dengan Aburizal, bahwa ini jalan untuk memuluskan upaya Aburizal mempertahankan kekuasaan. Kubu Aburizal bergeming dengan kecurigaan tersebut. Bahkan, mereka seolah sengaja menggunakan munas sebagai amunisi untuk membuat lawan gagap.

Dari sudut waktu, penyelenggaraan munas pada akhir November memang menguntungkan Aburizal. Pasalnya, para lawan politik tidak memiliki tempo yang cukup untuk melakukan persiapan. Memang selama ini ada pembicaraan informal di antara mereka untuk menghadang Aburizal, namun sifatnya masih sporadis. Hal ini belum mengkristal menjadi perlawanan masif terhadap inkumben. Alih-alih, yang terlihat akhirnya cuma sebatas letupan kekecewaan atas kepemimpinan Aburizal.

Sementara itu, di sisi lain, meskipun Aburizal oleh sebagian dari mereka yang kecewa dikatakan gagal, selama masa kepemimpinannya telah mampu menanam investasi politik yang bisa kapan pun ia petik. Memegang posisi kendali partai telah memudahkan Aburizal melakukan konsolidasi politik sewaktu-waktu. Rentang jangkauan komunikasi yang dibangun selama lima tahun kepemimpinannya adalah modal politik yang tidak mudah disaingi lawan.

Tidak hanya itu, keuntungan lain yang dimiliki Aburizal adalah banyaknya para pesaing yang ingin maju menjadi ketua umum. Posisi ini sekilas memang memperlihatkan betapa tidak sedikit pihak yang menghendaki Aburizal lengser. Namun persebaran suara itu justru memperkuat posisi Aburizal. Dengan kata lain, apakah cukup melawan petahana dengan kekuatan suara yang tersebar? Tak bisa lain, para lawan harus mengkalkulasi kekuatan. Salah satunya adalah dengan me-resume perlawanan dari sedikit aras.

Toh, langkah seperti itu juga tidak mudah dilakukan. Para kandidat boleh berangkat dari niat dan visi yang berbeda, meskipun tujuan bisa sama, yakni melengserkan Aburizal. Namun apakah ada jaminan di antara para kandidat lawan tersebut tetap lurus berada dalam satu tujuan? Sebab, ketika arah perjalanan munas nanti berubah dari skenario yang dikehendaki, sehingga memungkinkan lawan bergandeng tangan dengan kawan, niat dan tujuan bisa mulai terlihat kabur. Dengan kata lain, penentang Aburizal bisa saja berbalik arah menjadi pendukung Aburizal, karena dalam posisi berhadapan dinilai tak lagi menguntungkan.

Di sudut lain, posisi internal Aburizal yang masih kuat tampaknya juga akan mendapat tambahan dukungan politis dari eksternal partai. Posisi Golkar saat ini berada dalam Koalisi Pendukung Prabowo (KPP). Kesolidan KPP akan terancam manakala posisi Ketua Umum Golkar tak lagi diduduki Aburizal. Sejauh ini, baru Aburizal yang tegas menginginkan Golkar tidak berubah haluan dari KPP. Sementara itu, para lawan masih belum sebenderang sikap politik Aburizal. Di sinilah ujian konsistensi Partai Golkar akan dilihat publik. Dan Aburizal memilih sikap ini.

Apakah dengan demikian Aburizal akan melenggang mudah di munas? Jawabannya bergantung pada seberapa besar perlawanan yang digelorakan penantang. Aburizal sendiri bukan minus celah. Dari rekam jejak kepemimpinannya selama lima tahun, prestasi elektoral-sebagai salah satu ukuran-tidak bisa dikatakan mengkilap. Kesolidan internal, meskipun bisa digapai, juga telah memunculkan riak faksi-faksi internal. Aburizal juga terlihat tidak ramah terhadap perbedaan pandangan di antara kader, dan lebih memilih jalan pemecatan.

Eksplorasi terhadap kelemahan kepemimpinan Aburizal ini bisa menjadi instrumen para penantang dalam menggalang dukungan. Sebagai hajat partai, memilih pemimpin partai, seperti diungkap Susan Scarrow dalam Implementing Intra-Party Democracy (2005), merupakan fase krusial. Kenapa? Karena hal itu akan digunakan untuk mendefinisikan citra dan wacana politik: mau dibawa ke mana partai ini? Golkar mau tidak mau juga akan berhadapan dengan tahun puncak politik 2019, di mana pemilihan legislator dan pemilihan presiden akan serentak.

Menyadari kebutuhan itu, pertimbangan matang dalam memilih ketua umum sepantasnya dilakukan Golkar. Apakah akan tetap memilih berada pada jangkar status quo, atau melakukan perubahan. Pemimpin partai politik adalah salah satu aspek produk partai yang penting, di mana publik akan menaruh perhatian (Marshment dan Rudd, 2003). Partai Golkar sejauh ini sebenarnya tidak terlalu menggantungkan diri pada sosok figur. Namun, seiring dengan waktu, pengaruh sosok lambat laun telah menariknya masuk dalam jebakan personalisasi. *


Berita terkait

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?

Baca Selengkapnya

Munaslub Golkar, Benarkah untuk Lengserkan Airlangga Hartarto? Begini Pro-Kontra Para Tokoh

31 Juli 2023

Munaslub Golkar, Benarkah untuk Lengserkan Airlangga Hartarto? Begini Pro-Kontra Para Tokoh

Kader Partai Golkar ada yang mengusulkan munaslub Golkar menjelang Pemilu 2024, apakah upaya mendongkel Airlangga Hartarto? Ini pro-kontra para tokoh.

Baca Selengkapnya

Klaim Partainya Solid, Politikus Golkar Tegaskan Tak Akan Ada Munaslub

30 Juli 2023

Klaim Partainya Solid, Politikus Golkar Tegaskan Tak Akan Ada Munaslub

Hetifah mengingatkan seluruh anggota Golkar agar mengabaikan isu adanya Munaslub yang menurut dia sengaja dimunculkan oleh kelompok tertentu.

Baca Selengkapnya

Pro-Kontra Politikus Golkar soal Munaslub Lengserkan Airlangga Hartarto

27 Juli 2023

Pro-Kontra Politikus Golkar soal Munaslub Lengserkan Airlangga Hartarto

Wacana Munaslub Golkar untuk melengserkan Ketum Airlangga Hartarto menuai pro-kontra dari kalangan politikus Golkar.

Baca Selengkapnya

Soal Munaslub untuk Dongkel Airlangga, Politikus Golkar: Tak Ada Atensi Kami untuk Itu

26 Juli 2023

Soal Munaslub untuk Dongkel Airlangga, Politikus Golkar: Tak Ada Atensi Kami untuk Itu

Melki Laka Lena menyebut gonjang ganjing Partai Golkar merupakan hal yang biasa terutama menjelang penentuan capres dan cawapres.

Baca Selengkapnya

Airlangga Hartarto Sebut 4 Poin Penting Hasil Munaslub Golkar

20 Desember 2017

Airlangga Hartarto Sebut 4 Poin Penting Hasil Munaslub Golkar

Dalam Munaslub Golkar, Airlangga Hartarto dikukuhkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Kursi Sekjen Golkar Jadi Rebutan, Ini Nama-nama Kandidatnya

20 Desember 2017

Kursi Sekjen Golkar Jadi Rebutan, Ini Nama-nama Kandidatnya

Airlangga Hartarto disebut-sebut akan merombak kepengurusan Partai Golkar, posisi Sekjen Golkar menjadi salah satu yang bakal dirombak.

Baca Selengkapnya

Berikut Posisi di Golkar yang Bakal Dirombak Airlangga Hartarto

20 Desember 2017

Berikut Posisi di Golkar yang Bakal Dirombak Airlangga Hartarto

Politikus Golkar, Ahmadi Noor Supit, menuturkan bahwa ada beberapa posisi penting yang bakal dirombak oleh Airlangga Hartarto.

Baca Selengkapnya

Golkar Rombak Pengurus, Idrus Marham Diganti Eko Wiratmoko?

19 Desember 2017

Golkar Rombak Pengurus, Idrus Marham Diganti Eko Wiratmoko?

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bakal merombak besar-besaran kepengurusan Golkar.

Baca Selengkapnya

Cerita Jokowi Saat Ketua DPD Golkar Izin Mencalonkan Airlangga

19 Desember 2017

Cerita Jokowi Saat Ketua DPD Golkar Izin Mencalonkan Airlangga

Jokowi mengisahkan saat para ketua DPD I Golkar sowan ke Istana Bogor untuk memberi tahu soal pencalonan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Golkar.

Baca Selengkapnya