Munir

Penulis

Rabu, 10 Desember 2014 01:30 WIB

Siswo Mulyartono, Peneliti Pusat Studi Agama dan Demokrasi Paramadina

Aku bisa tenggelam di lautan. Aku bisa diracun di udara. Aku bisa terbunuh di trotoar jalan. Tapi aku tak pernah mati. Tak akan berhenti. ("Di Udara"--Efek Rumah Kaca)

Munir sadar, memperjuangkan nilai kemanusiaan tidak cukup dengan turun ke jalan. Ia butuh saluran institusi untuk mengubah perilaku negara. Ia tak membentuk partai politik atau bergabung dengan partai politik. Ia memilih berjuang melalui lembaga swadaya masyarakat.

Lahir pada 8 Desember 1965 di Malang, Jawa Timur, semangat Munir dalam membela kemanusiaan dan kebenaran tampak sejak dini dan mendapatkan momentum saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Saat itu, ia mulai kerap turun ke jalan membantu kalangan yang rentan terhadap persoalan keadilan: buruh.

Saat akhirnya hijrah ke Jakarta, ia turut memperjuangkan nasib para korban penculikan dan tindak kekerasan politik yang dilakukan militer Indonesia. Tak henti-hentinya ia mendorong para keluarga korban untuk bersuara di depan publik untuk menuntut negara mengadili para tersangka.

Bersama teman-teman seperjuangannya, ia membentuk Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan serta The Indonesian Human Rights Monitor. Sampai sekarang, dua lembaga itu berperan aktif memperjuangkan dan memperkuat demokrasi dan HAM di Indonesia, sumbangan Munir yang tak ternilai harganya.

Sayang, pemerintah pasca-Orde Baru yang mengaku demokratis abai terhadap sumbangan Munir. Malahan, ia dianggap sebagai ancaman. Ancaman bagi siapa? Bagi siapa pun yang mempertahankan dan mencari kuasa politik dengan cara menindas dan mengorbankan nyawa orang lain.

Munir pun kerap diteror orang-orang yang merasa terancam. Ia pernah dituduh menghamili perempuan selain istrinya. Paket bom dikirim untuk menghancurkan rumah orang tuanya. Masih banyak teror lain. Puncak kegilaan para peneror tiba pada 7 September 2004. Saat itu, Munir menaiki pesawat hendak melanjutkan sekolah di Utrecht, Belanda. Saat tiba di Belanda, ia sudah tak bernyawa. Ia mati diracun menggunakan arsenik. Munir mati di udara.

Sampai saat ini dalang pembunuh Munir belum juga dihukum. Sang dalang bebas berkeliaran dan menertawakan hukum di Indonesia yang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.

Keadilan semakin ompong ketika pemerintah pada 28 November 2014 membebaskan Pollycarpus, eksekutor pembunuh Munir, yang pada Januari 2008 divonis Mahkamah Agung 20 tahun penjara.

Harapan bagi tegaknya keadilan muncul saat Jokowi dan Jusuf Kalla memimpin pemerintah Indonesia. Ketika kampanye pemilihan presiden 2014, mereka berjanji akan menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM. Sudah saatnya mereka menepati janji. Jika gagal, mereka tak jauh beda dengan pendahulunya, SBY.

Mengantisipasi kekecewaan terhadap pemerintahan saat ini, kita perlu merenungkan pernyataan istri Munir, Suciwati, pada Sabtu lalu (29/11) di Tempo.co: "Saya akan terus menyuarakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia belum selesai." Suciwati berpesan kepada kita semua bahwa jangan pernah berharap sepenuhnya kepada janji-janji pemerintah. Berharaplah pada keberanian. Pada kemanusiaan.


Berita terkait

Didesak Tetapkan Kasus Munir Jadi Pelanggaran HAM Berat, Komnas HAM: Tunggu Penyelidikan

42 hari lalu

Didesak Tetapkan Kasus Munir Jadi Pelanggaran HAM Berat, Komnas HAM: Tunggu Penyelidikan

Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) mendesak Komnas HAM menetapkan kasus pembunuhan Munir Said Thalib sebagai pelanggaran HAM berat

Baca Selengkapnya

Kasum Desak Komnas HAM Segera Tetapkan Kasus Kematian Munir Sebagai Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia

49 hari lalu

Kasum Desak Komnas HAM Segera Tetapkan Kasus Kematian Munir Sebagai Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia

Komisi Aksi Solidaritas untuk Munir desak Komnas HAM segera tuntaskan kasus pembunuhan Munir Said Salib pada 7 September 2004.

Baca Selengkapnya

Kelompok Sipil Tagih Komnas HAM soal Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir

27 Desember 2023

Kelompok Sipil Tagih Komnas HAM soal Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir

Komnas HAM didesak menetapkan kasus pembunuhan Munir jadi pelanggaran HAM berat.

Baca Selengkapnya

KASUM Desak Presiden Jokowi Buka Laporan TPF Munir ke Publik

8 September 2023

KASUM Desak Presiden Jokowi Buka Laporan TPF Munir ke Publik

KASUM mendesak Presiden Joko Widodo atau Jokowi segera membuka dokumen laporan Tim Pencari Fakta atau TPF Munir.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Targetkan Penyelidikan Kasus Munir Rampung Tahun Ini

12 Mei 2023

Komnas HAM Targetkan Penyelidikan Kasus Munir Rampung Tahun Ini

Komnas HAM mengatakan tim ad hoc penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat Munir saat ini masih bekerja.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Sebut Perkembangan Tim Adhoc Munir Baru Selesai di Internal

28 Desember 2022

Komnas HAM Sebut Perkembangan Tim Adhoc Munir Baru Selesai di Internal

Komnas HAM mengatakan perkembangan pembentukan ulang tim ad hoc kasus Munir saat ini baru rampung di internal.

Baca Selengkapnya

Tak Bisa Umumkan Hasil Penyelidikan, Eks TPF Munir Sebut Terbelenggu Keppres Era SBY

27 Desember 2022

Tak Bisa Umumkan Hasil Penyelidikan, Eks TPF Munir Sebut Terbelenggu Keppres Era SBY

Eks anggota TPF Munir, Usman Hamid, menyebut tidak bisa membuka isi laporan terbentur Keppres No. 111 Tahun 2004 yang dikeluarkan era Presiden SBY

Baca Selengkapnya

KASUM Masih Mendiskusikan Nama untuk Diajukan ke Tim Ad hoc Kasus Munir

24 Desember 2022

KASUM Masih Mendiskusikan Nama untuk Diajukan ke Tim Ad hoc Kasus Munir

Komite Aksi Untuk Munir (KASUM) masih mendiskusikan nama untuk diajukan ke tim ad hoc Komnas HAM menyelidiki kasus Munir.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM akan Bentuk Tim Adhoc Penyelidikan Kasus Munir

23 Desember 2022

Komnas HAM akan Bentuk Tim Adhoc Penyelidikan Kasus Munir

Tim adhoc penyelidikan kasus Munir akan diumumkan pada 10 Januari 2023.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya