Flo. K. Sapto W,
Praktisi Pemasaran
Selama 36 tahun setelah perang saudara di padang Kurusetra, Kresna kembali memegang takhta kerajaan Dwarawati. Saat itu, zaman sudah memasuki kaliyuga (kegelapan). Rakyat terpuruk dalam hedonisme. Sebagian gemar menimbun harta dan berpesta. Aparatur kerajaan memiliki hobi melakukan korupsi. Anak mudanya terbiasa menenggak minuman keras sampai mabuk. Syahdan Samba, putra Kresna, bahkan sempat dikutuk oleh seorang brahmana.
Satyaki, sepupu Kresna, yang sedang berpesta minuman keras di pantai, terlibat cekco dengan Kertawarma. Cekcok berlanjut dengan perkelahian antara dua kelompok besar di Kerajaan Dwarawati. Masing-masing menggunakan ilalang yang tumbuh di pinggir pantai sebagai senjata. Konon ilalang ini merupakan tumbuhan yang berasal dari serbuk abu gada besi yang keluar dari perut Samba. Anehnya, ilalang itu berubah menjadi setajam pedang. Bentrokan tersebut menewaskan hampir seluruh rakyat Dwarawati.
Bima dalam lakon Bale Sigala-gala menolak minuman keras yang disodorkan para Korawa. Penolakannya ini mungkin karena pernah terperdaya sebelumnya oleh Duryudana. Kala itu, Bima dalam keadaan mabuk dimasukkan ke dalam sumur Jalatunda yang penuh dengan ular berbisa. Kini, Bima tidak mau tertipu lagi. Sikapnya yang menolak mabuk akhirnya menyelamatkan keluarga Pandawa dari kebakaran.
Ilustrasi di atas adalah gambaran dampak lebih jauh yang di minuman keras. Relevan saat dikaitkan dengan tewasnya 27 orang dari 100 orang korban miras oplosan di Garut, 2 orang di Sukabumi, dan 1 orang di Yogyakarta (Koran Tempo, 11/12/14).
Bagaimana sebaiknya minuman keras oplosan ini ditanggulangi? Faktanya, sebagian masyarakat kita memiliki sebuah kebutuhan akan produk oplosan.
Abraham Maslow memaparkan lima hierarki kebutuhan yang ada dalam setiap individu (Robbins, 2005), yaitu physiological (sandang, pangan, papan, seks); safety (fisik dan psikis); social (dihargai, diterima, persahabatan); esteem (status sosial, dikenal, pencapaian); dan self-actualization (kepenuhan pribadi, pencapaian potensi diri).
Kelima kebutuhan dasar manusiawi itu secara umum terwujud dalam kebutuhan akan pekerjaan yang layak dan ketersediaan ruang untuk aktualisasi. Kedua hal itu akan mandek jika pemerintah dan masyarakat tidak saling berbagi dan menyediakan diri satu sama lain. Salah satu hal yang terlihat ironis adalah ketika lapangan pekerjaan yang layak tidak cukup tersedia dan sejumlah ekspresi budaya serta ruang publik (pentas musik, kesenian daerah, ritual kepercayaan, taman kota, dan lapangan) dibubarkan secara paksa atau digusur, sementara yang tersaji secara murah-meriah adalah produk oplosan. Maka segala bentuk pelampiasan atau pelepasan yang berbiaya murah akan diambil oleh golongan masyarakat ini. Meski regulasi distribusi yang super protektif sarat akan ancaman sweeping.
Sudah tentu solusi strategis bagi situasi ini adalah peningkatan daya beli masyarakat yang masuk segmen konsumen oplosan. Bukan sekadar ancaman pemecatan pejabat struktural di daerah ataupun penyitaan dan larangan ketat yang hampir pasti temporer. Jika taraf kehidupan yang lebih baik sudah terkondisi, segmen pasar oplosan akan tereduksi dengan sendirinya. Selebihnya adalah pilihan. Toh, Samba, Satyaki, dan Kertawarma, yang notabene keluarga ningrat atau kelas masyarakat atas, tetap binasa juga karena miras.
Berita terkait
LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat
4 jam lalu
BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.
Baca SelengkapnyaJelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih
9 jam lalu
Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
9 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaFathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
12 hari lalu
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.
Baca SelengkapnyaMenhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo
14 hari lalu
Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral
15 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.
Baca SelengkapnyaApa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?
19 hari lalu
Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?
Baca SelengkapnyaImbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan
21 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.
Baca SelengkapnyaAirlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI
21 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel
22 hari lalu
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.
Baca Selengkapnya