Jangan Tekan MK

Penulis

Jumat, 8 Agustus 2014 00:18 WIB

Menyelesaikan sengketa lewat pengadilan merupakan tindakan beradab. Berdemonstrasi adalah bagian dari demokrasi. Tapi menggelar unjuk rasa atau mengerahkan massa yang berpotensi menekan hakim Mahkamah Konstitusi bukanlah perbuatan terpuji.

Kubu Prabowo Subianto-Hatta Ra jasa semestinya konsisten. Pasangan nomor urut 1 ini telah membawa sengketa hasil pemilihan presiden ke MK. Mereka mengklaim telah terjadi kecurangan secara sistematis, terstruktur, dan masif dalam pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli lalu. Langkah ini seharusnya diikuti sikap yang menghargai proses hukum dan percaya kepada para hakim konstitusi.

Yang terjadi, proses pengadilan masih diwarnai pengerahan massa. Ribuan pendukung Prabowo-Hatta berunjuk rasa di sekitar gedung MK saat sidang perdana digelar, beberapa waktu yang lalu. Mereka membawa bendera partai pendukung pasangan ini, seperti Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Golkar. Demonstrasi penyokong Prabowo-Hatta juga berlangsung di kantor Komisi Pemilihan Umum di Jakarta dan sejumlah KPU daerah.

Pengerahan massa seperti itu bisa memicu konflik, seperti yang terjadi di depan kantor KPU Jawa Timur di Surabaya. Ratusan pendukung Prabowo-Hatta di sana bentrok dengan polisi setelah mereka memaksa masuk ke kantor KPU. Bahkan mereka menabrakkan truk ke pagar barikade. Polisi pun menyemprotkan air untuk membubarkan demonstrasi dan menangkap sejumlah demonstran.

Kubu Prabowo-Hatta semestinya meminta para pendukungnya menahan diri, bukannya terkesan memanaskan situasi. Komentar yang disesalkan, misalnya, diucapkan oleh Eggi Sudjana, salah seorang pengacara pasangan Prabowo-Hatta. Ia mengatakan akan mengerahkan massa jika mereka kalah di MK.

Advertising
Advertising

Oleh sebagian orang, pernyataan Eggi dianggap sebagai hasutan. Masyarakat Hukum Indonesia (MHI) bahkan melaporkan Eggi ke polisi. Pengacara ini dituding menghasut untuk melawan pemerintah yang sah jika MK tidak memenangkan gugatan Prabowo. Menurut MHI, Eggi bisa dikenai delik penghasutan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Betul atau tidaknya Eggi menghasut, itu memang harus dibuktikan oleh penegak hukum. Tapi komentar seperti itu selayaknya tidak dilontarkan. Kubu Prabowo-Hatta semestinya berkonsentrasi untuk membuktikan semua gugatannya di depan hakim konstitusi. Pernyataan yang kontraproduktif dan pengerahan massa justru memberi kesan mereka tak yakin menang.

Para hakim konstitusi sebaiknya tidak terpengaruh oleh berbagai tekanan. Mereka harus bekerja profesional, berpegang pada bukti-bukti hukum, dan bersikap adil. Demokrasi di Indonesia dalam bahaya bila MK, sebagai wasit sengketa pemilu, bisa dipengaruhi oleh tekanan massa. Pemilihan presiden yang diselenggarakan secara transparan oleh KPU juga akan ternodai bila pihak yang kalah tak berjiwa besar.

Berita terkait

Serba-serbi Kesehatan Lutut: Lutut Sering Mati Rasa? Ketahui Penyebabnya

5 menit lalu

Serba-serbi Kesehatan Lutut: Lutut Sering Mati Rasa? Ketahui Penyebabnya

Penyebab dari mati rasa pada lutut bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti cedera akut hingga kondisi kronis.

Baca Selengkapnya

Profil Kiper Timnas Uzbekistan Abduvokhid Nematov, yang Berpeluang Dimainkan Lawan Timnas U-23 Indonesia

5 menit lalu

Profil Kiper Timnas Uzbekistan Abduvokhid Nematov, yang Berpeluang Dimainkan Lawan Timnas U-23 Indonesia

Abduvokhid Nematov adalah kiper utama Timnas Uzbekistan U-23 yang sering diturunkan Timur Kapadze selama Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

8 menit lalu

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

Aturan kompensasi diatur dalam Permenhub Nomor PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23: Bung Kus Ungkap Pekerjaan Rumah Garuda Muda

8 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23: Bung Kus Ungkap Pekerjaan Rumah Garuda Muda

Mohammad Kusnaeni memberikan analisisnya soal pekerjaan rumah Timnas U-23 Indonesia saat menghadapi Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

10 menit lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

11 menit lalu

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta mendesak untuk melakukan kajian yang matang sebelum menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi sesuai UU DKJ.

Baca Selengkapnya

Respons Penolakan Partai Gelora, Mardani Ali Sera Ingin PKS Tetap Jadi Oposisi

12 menit lalu

Respons Penolakan Partai Gelora, Mardani Ali Sera Ingin PKS Tetap Jadi Oposisi

Mardani Ali Sera menyarankan PKS berada di luar pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Aksi Pemadaman Lampu Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

14 menit lalu

Aksi Pemadaman Lampu Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melalui Dinas Lingkungan Hidup, kembali menggelar aksi hemat energi dan pengurangan emisi karbon dengan memadamkan lampu di sejumlah titik dan gedung di wilayah Jakarta.

Baca Selengkapnya

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

15 menit lalu

UI Open Days 2024 Dihadiri Ribuan Pengunjung, Ada Tur Kampus dengan Bus Kuning

UI berupaya memberikan penguatan dalam perjalanan para siswa SMA/SMK/sederajat untuk menyongsong masa depan.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

16 menit lalu

Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

Di Indonesia pernah ditemukan kasus batu ginjal langka. Ukurannya sebesar kepala manusia.

Baca Selengkapnya