Arfanda Siregar,
Pengamat Politik dan Gerakan Islam
Sungguh lucu rasanya bahwa yang menjadi pelopor hidup sederhana (asketisme) justru berasal dari politikus partai nasionalis. Sejak Joko Widodo (Jokowi) menjabat presiden, semua pejabat negara, baik menteri, pejabat setingkat menteri, maupun kepala daerah mendadak turut menganut asketisme.
Jokowi memang bersahaja. Jauh sebelum menjadi presiden pun beliau telah memelopori hidup sederhana. Bekas Ketua Umum Muhammadiyah Buya Syafii Maarif pernah memuji sepatu yang dipakai alumnus UGM tersebut karena berharga 50 ribu perak. Beberapa kali beliau tertangkap kamera wartawan sedang melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat ekonomi. Tak salahlah daftar "The Leading Global Thinkers of 2013" memasukkannya sebagai tokoh Challenger atau tokoh reformis baru, berkat kesederhanaannya.
Terlepas dari validitas penilaian tersebut, tokoh partai Islam malah menjauh dari pengamalan salah satu ajaran Islam tersebut. Padahal, asketisme merupakan bagian dari nilai Islam yang seharusnya melekat pada diri politikus Islam, apalagi setelah menjabat berbagai posisi penting di pucuk kekuasaan.
Coba saja lihat, ada ketua partai memiliki mobil mewah sampai tiga, menggunakan jam tangan Rolex berharga puluhan juta rupiah, berpakaian bak selebritas, berhobi ala para miliuner, dan lain sebagainya. Sungguh kontras dengan nilai asketisme yang seharusnya menjadi fatsun politik Islam. Mereka bukan tak memahami fatsun politik tersebut. Toh, mayoritas politikus Islam berlatar belakang ilmu agama.
Mereka sangat paham bahwa zuhud berarti hidup sederhana, bersahaja, tidak berlebihan, dan jauh dari sikap hidup berfoya-foya. Meskipun mampu untuk hidup mewah, glamor, dan berfoya-foya, itu tidak dilakukan karena hadirnya kesadaran bahwa sebagai pejabat negara memang mereka harus hidup sederhana dan prihatin di tengah mayoritas umat yang masih banyak berpredikat duafa. Tidak justru sebaliknya, ketika menjadi ustad bersahaja, setelah menjadi pejabat berfoya-foya. Persis pepatah, "lupa kacang dengan kulitnya".
Begitu banyak tokoh Islam yang zuhud dan seharusnya diteladani politikus Islam. Di kancah internasional, ada Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khatab, Umar Bin Abdul Aziz, dan Ahmadinejad yang termasyhur di mata dunia, justru karena berperilaku zuhud. Dalam sejarah bangsa, para politikus Islam bisa mencari teladan dari sosok KH Agus Salim, M. Hatta, dan Natsir dalam menjalani dunia politik. Menurut Agus Salim, leiden is lijden (memimpin adalah menderita).
Fakta mengatakan bahwa hasil kontestasi politik Indonesia, partai Islam selalu kalah dari partai nasionalis. Bahkan, sepanjang pilpres digelar, belum pernah satu pun politikus partai Islam yang mampu menyaingi tokoh nasionalis. Politikus Islam selalu kalah pamor dibanding politikus nasionalis.
Mengapa hal itu terjadi? Karena politikus Islam tak mau mengamalkan hidup sederhana, asketisme, atau zuhud. Nabi Muhammad pernah berpesan, "Zuhudlah terhadap dunia, maka kamu dicintai Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, mereka akan mencintaimu."
Ternyata wejangan tersebut malah dipraktekkan oleh tokoh nasionalis, seperti Jokowi. Sedangkan politikus Islam malah asyik dengan gemerlap kemewahan yang justru menjauhkannya dari hati rakyat Indonesia.
Berita terkait
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?
12 Mei 2023
Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?
Baca SelengkapnyaKesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual
8 April 2023
Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.
Baca SelengkapnyaPeru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan
14 Desember 2022
Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaKrisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
5 Agustus 2021
Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM
Baca SelengkapnyaNetanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel
18 Mei 2020
PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaKrisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?
13 Agustus 2018
Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.
Baca SelengkapnyaPerludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik
25 Maret 2018
Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaJokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna
23 Mei 2017
Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.
Baca SelengkapnyaSBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati
8 Februari 2017
SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaAnalis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
2 Februari 2017
Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.
Baca Selengkapnya