Cermin

Penulis

Selasa, 10 November 1998 00:00 WIB

Ada sebuah cerita Cina tentang cermin dan manusia. Alkisah, dulu di zaman Maharaja Kuning, dunia cermin dan dunia manusia tidak terpisah seperti di zaman ini. Keduanya berbeda satu sama lain. Tak ada makhluk, warna, dan rupa yang bersamaan. Kedua kerajaan itu hidup berdampingan dengan damai. Penghuni dari masing-masing kerajaan dapat masuk dan keluar melalui batas kaca yang memisahkan mereka.

Tapi pada suatu malam makhluk dari kerajaan cermin menyerbu bumi. Kekuatan mereka sangat besar. Meski demikian perang yang berdarah itu berakhir dengan kemenangan kerajaan manusia. Maharaja Kuning menggunakan sihir. Para penyerbu dipukul mundur, dan mereka kalah.

Musuh itu pun dipenjarakan dalam cermin. Sebagai hukuman, mereka harus menirukan--seakan-akan dalam mimpi--apa saja yang dilakukan manusia. Kekuatan mereka telah direnggutkan dari diri mereka, juga bentuk mereka. Mereka dibuat hanya sebagai pantulan yang patuh dari wujud manusia.

Namun keadaan seperti itu bukan untuk selama-lamanya. Pada suatu hari nanti, demikian yang empunya hikayat berkisah, sihir Sang Maharaja akan berakhir. Makhluk cermin akan membebaskan diri. Setidaknya begitulah dituliskan oleh Jorge Luis Borges, yang memasukkan cerita ini--atau bahkan yang mungkin mengarang sendiri cerita ini--ke dalam Buku Makhluk-Makhluk Imajiner, yang terbit tahun 1957.

Sebuah kisah atau narasi, seperti pernah dikatakan Borges sendiri, adalah "poros dari narasi yang tak terhitung jumlahnya". Dongeng tentang cermin dan manusia ini pun antara lain jadi sebuah tamsil. Dan seorang pemikir post-modernis, Jean-Francois Lyotard, misalnya, menganggap dongeng itu sebagai cerita tentang manusia modern yang menaklukkan dunia di luar dirinya. Manusia modern, menurut argumentasi ini, membangun dunia di luar itu seperti Sang Maharaja menyihir makhluk cermin: membuatnya agar persis menuruti sosok dirinya sendiri.

Dalam tafsir ini, Sang Maharaja hanya dapat mempertahankan posisinya selama ia melakukan represi terhadap makhluk-makhluk cermin itu, dan tetap menahan mereka di sisi lain itu. Eksistensi Sang Kuasa tergantung pada pemasungan itu. Sang Baginda bisa mengatakan, "aku ada" justru karena sisi yang lain itu ia buat mencerminkan dirinya.

Rasanya memang ada satu mekanisme dalam diri manusia agar tetap menaklukkan alam--yang harus membuat hal ihwal di luar dirinya seakan membeku: sebagai obyek untuk dirumuskan, di dalam sebuah konsep, atau teori, atau sasaran perencanaan. Sebab hanya dengan rumusan, konsep, dan perencanaan itulah dunia bisa aku kuasai. Dengan itu pula makhluk, atau manusia "yang lain" di seberang sana, hanya merupakan sekadar proyeksi dari diriku, atau bagian yang mengikuti apa saja yang datang dari diriku.

Pada mulanya adalah pertahanan diri. Pada akhirnya adalah kematian. Membuat segala hal beku, patuh, dan tak bisa lagi berbeda-beda adalah ibarat menjadi Raja Midas, yang menyentuh semua benda menjadi emas: mulus, cemerlang, tapi tak hidup.

Itulah kekerasan terhadap dunia yang plural, yang tak terduga-duga. Akhirnya jadilah sebuah dusta?dan juga kekerasan?kepada diri sendiri. Mengubah orang lain menjadi unit yang seragam dalam angka, menjadi hanya eksemplar dari sebuah kelompok, sama dengan memandang sungai deras hanya sebagai sehimpun unsur kimia H2O. Di dalam sikap itu manusia tak hidup lagi dalam waktu yang mengalir?sesuatu yang bebas.

"Waktu adalah susbtansi dari apa aku dibuat," tulis Borges dalam Labirin. "Waktu adalah sungai yang membawaku serta, tetapi akulah sang sungai; ia adalah harimau yang mengerkahku, tapi akulah sang harimau; ia adalah api yang membasmiku, tetapi akulah sang api."

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

4 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

5 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

14 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

55 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya