Napas Sekarat Bisnis Penerbangan

Penulis

Selasa, 9 September 2014 00:56 WIB

Industri penerbangan Indonesia bakal kolaps jika pemerintah tak turun tangan. Sudah setahun lebih sektor ini megap-megap. Penyebabnya banyak. Salah satunya, merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Akibatnya, biaya produksi membengkak. Padahal, 85 persen biaya operasional berpatokan pada dolar. Ini masih diperburuk oleh harga bahan bakar pesawat yang tinggi, di atas US$ 120 per barel, atau sekitar Rp 10 ribu per liter.

Tak mengherankan, akibat kondisi kritis itu, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) pekan lalu menuntut komitmen serius pemerintah. Menurut mereka, sejumlah persoalan krusial yang menimpa anggota asosiasinya berpotensi mengganggu kelangsungan bisnis. Pemerintah bisa membantu dengan membuat kebijakan yang utuh, tidak sektoral, demi merangsang iklim usaha. Pembenahan tersebut penting karena birokrasi yang dihadapi INACA untuk mengurus bea masuk komponen pesawat begitu rumit.

Untuk permohonan pembebasan bea masuk 300 jenis komponen pesawat, misalnya, INACA harus datang ke Kementerian Perhubungan. Barang-barang yang mayoritas buatan AS dan Eropa tersebut saat ini terkena bea masuk 5-7 persen. Di Kementerian Perhubungan, yang disetujui hanya 27 jenis komponen. Selanjutnya, mereka harus ke Kementerian Perindustrian, yang juga cuma menyetujui empat jenis komponen. Di sini tentu urusan belum selesai. Mereka masih harus mengajukan permohonan ke Kementerian Keuangan.

Kerumitan seperti itu tak terjadi di Malaysia, Singapura, atau Thailand. Di sana, pemerintah membebaskan bea masuk komponen pesawat untuk mendukung industri penerbangan.

Terpuruknya bisnis penerbangan nasional sudah terlihat sejak bangkrutnya beberapa maskapai. Mandala Airlines, misalnya, berhenti beroperasi per 12 Januari 2011. Setahun lebih mati suri, Mandala sempat bangkit setelah investor baru-Tigerair Singapura dan Saratoga milik Sandiaga Uno-menyuntikkan dana segar. Tapi itu hanya bertahan dua tahun. Tigerair Mandala kemudian mengumumkan penghentian seluruh kegiatan operasional mulai 1 Juli 2014. Penyebabnya, antara lain, depresiasi rupiah yang melambungkan biaya operasional.

Advertising
Advertising

Kisah serupa terjadi pada Batavia Air yang kolaps pada Januari 2013. Bahkan maskapai pelat merah Garuda Indonesia pun berdarah-darah. Sepanjang semester pertama tahun ini, Garuda merugi US$ 211,7 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun. Kerugian tersebut dipicu oleh melemahnya ekonomi dunia, kenaikan harga bahan bakar, dan depresiasi nilai tukar rupiah yang mencapai 20 persen.

Lesunya bisnis penerbangan ini tak boleh dibiarkan. Pada 2015 ASEAN Open Sky Policy resmi berlaku. Artinya, maskapai asing bebas terbang di negara-negara anggota ASEAN. Bagi yang telah siap, seperti Singapura, liberalisasi seperti ini justru ditunggu-tunggu. Sebaliknya, yang belum siap akan menjadi "penonton".

Itulah alasan kenapa pemerintah mesti bergerak cepat. Dukungan kebijakan, seperti insentif atau kemudahan fiskal, harus diulurkan. Jangan menunggu industri penerbangan nasional kian terpuruk.

Berita terkait

Badai di Rio Grande do Sul Brasil Menewaskan 55 Orang dan Puluhan Korban Hilang

5 menit lalu

Badai di Rio Grande do Sul Brasil Menewaskan 55 Orang dan Puluhan Korban Hilang

Hujan lebat di Rio Grande do Sul, Brasil telah menewaskan setidaknya 55 orang tewas dan 74 orang masih dinyatakan hilang.

Baca Selengkapnya

Tanpa Musik, Chen EXO Nyanyi Diiringi Tepuk Tangan Penonton Saranghaeyo Indonesia

8 menit lalu

Tanpa Musik, Chen EXO Nyanyi Diiringi Tepuk Tangan Penonton Saranghaeyo Indonesia

Chen EXO meminta penonton mengiringinya bernyanyi dengan tepuk tangan karena music recorder sempat bermasalah.

Baca Selengkapnya

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

8 menit lalu

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berangkat ke Bandara Gorontalo, Sulawesi Utara pada Ahad dini hari, 5 Mei 2024. AHY akan mengunjungi calon lahan relokasi warga pengungsi yang terdampak semburan abu vulkanik Gunung Ruang, Tagulandang, Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

9 menit lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp 35,6 triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

13 menit lalu

Microsoft Investasi Rp 35,6 triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

Microsoft investasi Rp 35,6 triliun di Malaysia, begini sejarah raksasa teknologi AS Itu.

Baca Selengkapnya

Catat, 5 Tips Lolos Wawancara Kerja Babak Terakhir

15 menit lalu

Catat, 5 Tips Lolos Wawancara Kerja Babak Terakhir

Sudah takukah Anda ada beberapa tips agar lolos wawancara kerja terakhir untuk suatu perusahaan?

Baca Selengkapnya

Sidang Etik Nurul Ghufron 14 Mei, Dewas KPK Pastikan Tak Akan Ditunda Lagi

15 menit lalu

Sidang Etik Nurul Ghufron 14 Mei, Dewas KPK Pastikan Tak Akan Ditunda Lagi

Dewas KPK memastikan tak akan menunda lagi sidang etik terhadap Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

Vivo Y18 Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

16 menit lalu

Vivo Y18 Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

Vivo Y18 ditenagai chipset MediaTek Helio G85.

Baca Selengkapnya

Elkan Baggott, Dipanggil untuk Memperkuat Timnas Indonesia hingga Ipswich Town Divisi Utama Liga Premier

26 menit lalu

Elkan Baggott, Dipanggil untuk Memperkuat Timnas Indonesia hingga Ipswich Town Divisi Utama Liga Premier

Badan Tim Nasional (BTN) memanggil Elkan Baggott untuk memperkuat timnas Indonesia U-23 menghadapi Guinea

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

34 menit lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya