Komposisi Kabinet Jokowi

Penulis

Kamis, 18 September 2014 22:49 WIB

Partai politik memperoleh jatah kursi menteri yang cukup besar dari presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi. Realitas politik tak memungkinkan Jokowi membentuk kabinet yang ideal. Tapi Jokowi diharapkan tetap selektif dalam mengambil figur dari partai.

Jokowi mengalokasikan 16 dari 34 kursi kabinet untuk figur yang berasal dari partai politik pendukungnya. Rencana ini mungkin membuat kecewa orang yang sudah telanjur berharap Jokowi merekrut banyak ahli atau kaum profesional. Impian adanya zakenkabinet ini tidak terwujud. Hanya, keinginan itu memang kurang realistis.

Tidaklah mungkin mengabaikan keberadaan partai-partai yang menyediakan tiket pencalonan bagi pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden yang lalu. Tujuan partai politik antara lain memang mencari kekuasaan. Apalagi partai penyokong ini pula yang kemudian diharapkan menjaga kekuasaan pemerintah Jokowi sekaligus mendukung kebijakannya dalam percaturan politik di parlemen.

Kini, yang masih bisa diharapkan, Jokowi mesti sangat berhati-hati dalam merekrut figur yang mewakili partai politik. Integritas para calon harus menjadi pertimbangan, selain kompetensinya. Masalah ini penting agar tak muncul menteri yang masuk penjara gara-gara terlibat kasus korupsi. Jangan sampai pula kabinet diisi figur yang memiliki rekam jejak buruk, atau yang masih tersandera kasus korupsi. Jokowi bisa berkonsultasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memastikan hal itu.

Banyaknya menteri yang masuk bui selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mesti menjadi pelajaran. Mereka adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan terakhir Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Sebagian orang seolah tak percaya mereka bisa terjerat kasus korupsi, lantaran rekam jejak mereka lumayan bagus sebelum diangkat menjadi menteri.

Advertising
Advertising

Jokowi juga perlu mengupayakan semaksimal mungkin agar figur dari partai politik yang diangkatnya tidak menjabat pengurus, apalagi ketua umum partai. Sangatlah tak mungkin seorang menteri dapat bekerja optimal ketika berdiri di atas dua kaki. Sebagai menteri, ia wajib membantu presiden. Di sisi lain, ia dituntut mengelola partai dan memperjuangkan kepentingan partai.

Sering kali pula kursi menteri hanya digunakan oleh partai politik demi mengumpulkan dana politik, di samping untuk memperkaya diri sendiri. Kecenderungan seperti ini harus dihentikan. Setidaknya, Jokowi bisa meredamnya dengan memilih wakil partai secara selektif dan jangan mau terlalu didikte oleh partai politik.

Harus diakui, tidak gampang menyusun kabinet yang ideal sekaligus bisa menampung aspirasi partai politik. Di sinilah kepemimpinan Jokowi benar-benar diuji. Diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi dengan partai politik sekaligus publik, yang selama ini telanjur berharap terlalu banyak pada presiden terpilih.

Berita terkait

Rektor Paramadina Kenang Salim Said: Maestro Intelektual Paling Hebat

2 menit lalu

Rektor Paramadina Kenang Salim Said: Maestro Intelektual Paling Hebat

Menurut Didik J Rachbini, Salim Said memiliki perjalanan panjang sebagai seorang maestro intelektual yang paling hebat, paling detail, dan paling mendalam pengetahuannya tentang politik militer.

Baca Selengkapnya

Jalur Gaza Sudah Dipenuhi Tentara Israel

5 menit lalu

Jalur Gaza Sudah Dipenuhi Tentara Israel

Warga menceritakan seluruh wilayah Jalur Gaza sudah dimasuki tentara Israel, termasuk Rafah.

Baca Selengkapnya

UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

7 menit lalu

UKT Melambung, Selain UGM dan UI di PTN Mana Lagi? Di Unsoed kenaikan hingga 300-500 Persen

Protes kenaikan UKT terus terjadi di sejumlah PTN, antara lain di UI, UGM, Unri, Unsoed, ITB, USU, dan IAIN Syarif Hidayatullah.

Baca Selengkapnya

Cek Rekomendasi IHSG Pekan Ini, Sentimen Harga Nikel Berlanjut

9 menit lalu

Cek Rekomendasi IHSG Pekan Ini, Sentimen Harga Nikel Berlanjut

Angga Septianus dari IPOT memperkirakan IHSG pekan ini akan dipengaruhi oleh sentimen harga nikel. Dia merekomendasikan saham-saham ini padapekan ini.

Baca Selengkapnya

Jelang Rakernas V PDIP: Api Abadi Mrapen, Tak Undang Jokowi, dan Sikap Politik ke Depan

9 menit lalu

Jelang Rakernas V PDIP: Api Abadi Mrapen, Tak Undang Jokowi, dan Sikap Politik ke Depan

PDIP akan menggelar Rakernas pada pekan ini. Berikut sederet fakta menariknya, mulai dari api abadi Mrapen, tak undang Jokowi, dan sikap politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Masuk DPO, Ini Ciri-ciri 3 Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon

15 menit lalu

Masuk DPO, Ini Ciri-ciri 3 Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon

Tiga dari 11 pelaku pembunuhan Vina Cirebon pada 2016 masih bebas berkeliaran. Ketiganya menjadi buron hingga saat ini. Ini ciri-ciri mereka.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta tentang Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi di Iran

21 menit lalu

Fakta-fakta tentang Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi di Iran

Sebuah helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negeri jatuh dalam perjalanan pulang dari Azerbaijan Timur.

Baca Selengkapnya

Kemenkes dan Starlink Jalin Kerja Sama Sediakan Akses Internet di Puskesmas Terpencil

25 menit lalu

Kemenkes dan Starlink Jalin Kerja Sama Sediakan Akses Internet di Puskesmas Terpencil

Kemenkes menjalin kerja sama dengan perusahaan Elon Musk, Starlink untuk menyediakan akses internet di puskesmas terpencil.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Undur Tenggat Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026, Apa Sebabnya?

27 menit lalu

Pemerintah Undur Tenggat Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026, Apa Sebabnya?

Pemerintah memundurkan tenggat waktu kewajiban sertifikasi halal bagi pelaku UMKM dari sebelumnya 17 Oktober 2024 menjadi 2026. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Pendanaan Kerja Sama Starlink Bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan

30 menit lalu

Kemenkes: Pendanaan Kerja Sama Starlink Bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan

Kemenkes menyebut alokasi anggaran untuk operasional internet Starlink di sejumlah puskesmas di Indonesia bersumber Bantuan Operasional Kesehatan.

Baca Selengkapnya