Koran

Penulis

Senin, 27 Desember 1999 00:00 WIB

DI kios koran di dekat Gerbang Ali-Kapu, antara Masjid-I-Syaikh-Luftullah dan taman raja, anak-anak muda berkerumun. Mereka dengan tekun membaca surat kabar yang terpapar untuk dijual. Sesuatu sedang terjadi. Ini akhir 1999. Percaturan ide dan kekuasaan merundung Iran di tiap zaman, tapi yang sedang berlangsung—juga di Kota Esfahan—adalah sesuatu yang istimewa.

Hari-hari ini ada Quran di satu pihak, dan seperti berbenturan, ada koran di lain pihak. Quran: sebuah ekspresi tentang hal yang kekal. Koran: dokumen manusia tentang waktu dan kebaruan, tentang hari dan perubahan.

Dalam benturan ini, wajah Esfahan seakan-akan sebuah ilustrasi bagaimana justru yang tua, lambang keabadian, tak mudah dikalahkan oleh yang baru. Misalnya marmar biru yang termasyhur di kubah Masjid-I-Syaikh-Luftullah itu. Misalnya suatu kepiawaian arsitektural tak jauh dari situ: masjid yang dulu dikenal sebagai Masjid-I-Shah yang tegak sejak abad ke-16.

Tapi Esfahan, seperti umumnya kota lama Iran, juga saksi sesuatu yang lain: sejarah kekuasaan yang berganti-ganti. Tak ada yang tegak selama-lamanya, juga mereka, orang Seljuk ataupun Afghan, yang menggunakan kekekalan Quran sebagai sandaran. Kini Esfahan punya kios surat kabar. Di akhir abad ke-20 ini yang tak kekal, yang berubah dan gelisah, mendapatkan kekuatannya dalam beberapa lembar kertas itu: koran. Itulah yang dibaca anak-anak muda. Itulah yang membuat berang para ulama yang berkuasa. Mereka membredel empat surat kabar, antara lain Salam dan Neshat. Sebuah undang-undang pers yang mengekang sedang disiapkan. Ketika mahasiswa turun ke jalan memprotes, dan kerusuhan terjadi, empat pemuda dijatuhi hukuman mati. Beberapa penulis dihukum.

Tapi ada ratusan penerbitan di Iran yang kian laris diikuti khalayak. Menurut catatan Chirstopher de Bellaigue, yang menulis tinjauan atas empat buah buku tentang Iran dalam The New York Review of Books 16 Desember 1999, sirkulasi semua surat kabar di Iran kini 2.750.000, dua kali dari angka dua tahun yang lalu. Koran jadi menarik perhatian, sebab di sanalah berbicara mereka yang menghendaki reformasi pemikiran dan kekuasaan di republik Islam itu. Koran jadi penting, karena suara proreformasi juga suara Presiden Khatami yang dipilih rakyat dengan kemenangan besar. Iran memang ganjil. Sang presiden kini terkadang seperti pemimpin oposisi. Ia berhadapan dengan ulama yang berkuasa di badan legislatif dan yudikatif, yang melihat reformasi sebagai usaha "liberal", "nasionalis", "sosialis", "sekularis".

Tapi kaum reformis tak gampang dianggap "tak Islami". Penerbit Salam yang diberangus itu, misalnya, Mohammad Musavi Khoeniha, adalah seorang ulama. Tokoh utama kaum reformis adalah Ayatullah Mohajerani, yang berada dalam posisi strategis, sebab ia menteri urusan kebudayaan. Mohajerani membiarkan ratusan koran baru terbit. Ia tak melarang produksi album lagu-lagu pop Persia. Ia mengizinkan film Dua Perempuan—yang menggambarkan nasib buruk wanita yang terimpit perkawinan tradisional—beredar, setelah empat tahun menunggu.

Mohajerani mempertahankan "liberalisasi" itu justru dengan sebuah pidato di Parlemen, Mei yang lalu. "Kenapa Quran memuat juga kritik paling keras terhadap Nabi?" ia bertanya, dan ia menjawab, "Bukan sifat Nabi untuk membungkam diskusi antara pandangan yang bertentangan."

Para penentang reformasi tentu saja mengatakan bahwa pandangan bisa "bertentangan", tapi toh harus ada parameter yang membatasi. Akan dibiarkankah sebuah lakon kampus yang dianggap mencemooh Imam ke-12, yang bagi kaum Syiah sangat suci itu? Ijtihad "dinamis" boleh, tapi Islam bukanlah anarki.

Tapi anarki atau bukan anarki, soalnya adalah kekuasaan yang berhak menggariskan parameter. Dari mana kekuasaan itu datang? Ayatullah Khomeini sendiri tak sama dengan Quran. Setidaknya karena ia bisa salah dan bisa meninggal. Ayatullah Khamenei mewarisi posisinya sebagai vali-e-faqih, sang Pemimpin Luhur. Tapi Khamenei bukan Khomeini. Seorang Khomeini datang dalam sebuah momentum historis yang tak mungkin diulang, tak mungkin dirutinkan. Khamenei, sebaliknya, adalah hasil rutinisasi wibawa. Ia dipilih oleh majelis pakar dari calon yang telah diseleksi Dewan Para Wali. Ia adalah karisma yang hendak dijadikan institusi. Haruskah ia seperti Sri Paus? Dianggap tak bisa salah?

Tidak, jawab seorang ulama pemilik koran Khurdad, Abdullah Nouri. Islam tak punya lembaga kependetaan. Tiap manusia bertanggung jawab sendiri di depan Tuhan dan sebab itu ia bebas tapi juga bisa bersalah. Juga sang pejabat vali-e-faqih. Ia harus tak diistimewakan di depan hukum.

Menarik bahwa Nouri dihukum karena pendirian seperti itu. Tetapi soalnya tetap: otoritas telah jadi problematis. Quran "bertabrakan" dengan koran karena Quran sebagai ditafsirkan para ulama penentang perubahan berbeda dengan Quran sebagai diinterpretasikan oleh Mohajerani.

Lalu di mana gerangan Quran itu sendiri? Adakah Quran an sich yang hadir di luar tafsir? Di mana Quran yang tanpa pembaca yang tak kekal, berubah, seperti koran? Barangkali orang akan terus berlari, mencari, juga jika ia dapat hidup 1.000 tahun lagi.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Fikri / Bagas Rasakan Trauma Poin-poin Kritis Saat Kalahkan Satwiksairaj / Chirag di Piala Thomas 2024

5 menit lalu

Fikri / Bagas Rasakan Trauma Poin-poin Kritis Saat Kalahkan Satwiksairaj / Chirag di Piala Thomas 2024

Fikri / Bagas menyumbang poin pertama saat laga Indonesia vs India pada pertandingan terakhir penyisihan Grup C Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

8 Sekolah Kedinasan 2024 yang Beri Lulusannya Uang Pensiun

6 menit lalu

8 Sekolah Kedinasan 2024 yang Beri Lulusannya Uang Pensiun

Berikut ini daftar sekolah kedinasan 2024 yang lulusannya bisa menjadi CPNS dan diberikan uang pensiun. Ada dari Kemenkeu hingga BMKG.

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

6 menit lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

11 menit lalu

Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

Patung Yesus Bukit Sibea-bea menjadi salah satu tempat destinasi favorit di kawasan Danau Toba

Baca Selengkapnya

Setahun Menjabat PM Skotlandia, Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

13 menit lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia, Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Film Temurun Tayang 30 Mei 2024, Diklaim Tak Ada Unsur Agama dan Budaya

16 menit lalu

Film Temurun Tayang 30 Mei 2024, Diklaim Tak Ada Unsur Agama dan Budaya

Film horor yang diproduseri Umay Shahab dan Prilly Latuconsina, Temurun, disebut tidak menyenggol unsur budaya dan agama.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Berhasil Redam Perlawanan Lakshya Sen, Sementara Indonesia Unggul 2-1 Atas India

27 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Berhasil Redam Perlawanan Lakshya Sen, Sementara Indonesia Unggul 2-1 Atas India

Kemenangan Jonatan Christie membawa Indonesia berbalik unggul 2-1 atas India dalam laga penyisihan Grup C Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

36 menit lalu

Alasan Golkar Terapkan Survei Tiga Lapis untuk Usung Calon di Pilkada 2024

Partai Golkar menerapkan aturan ketat bagi para kandidat yang akan diusung sebagai calon kepala daerah dalam kontestasi Pilkada 2024

Baca Selengkapnya

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

41 menit lalu

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

Berikut ini enam tips yang dapat dilakukan sebelum dan saat liburan bersama anak penyandang autisme

Baca Selengkapnya

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara di Sulawesi Masih Ditutup Sementara Hari Ini

45 menit lalu

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara di Sulawesi Masih Ditutup Sementara Hari Ini

Sejumlah bandara di wilayah udara Sulawesi masih ditutup operasionalnya hari ini akibat sebaran abu vulkanik dari Gunung Ruang yang kembali erupsi. AirNav Indonesia mengumumkan setidaknya ada lima bandara di wilayah Sulawesi yang penutupan operasionalnya diperpanjang.

Baca Selengkapnya