ISIS dan Ketidakadilan Global

Penulis

Jumat, 26 September 2014 22:59 WIB

Menghabisi Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) tidaklah mudah. Tak akan cukup dengan pengerahan kekuatan udara besar-besaran. Bahkan, kalaupun kekuatan udara Amerika Serikat bersama lima negara Arab dan Teluk-Yordania, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Qatar-bersama-sama mengebom kantong-kantong kekuatan mereka di daerah utara Suriah, upaya ini akan sia-sia. Siapa pun tahu, di mana saja kekuatan darat merupakan kunci penentu di medan perang.

Menghabisi ISIS juga tidak cukup dengan menghimpun dukungan internasional seperti yang dilakukan Presiden Barack Obama dalam Sidang Umum PBB di New York pekan lalu. Dukungan internasional ini bisa dipandang sebagai bagian dari kebijakan burden sharing dalam bentuknya yang lebih diplomatis: menyediakan payung legitimasi untuk operasi militer.

Presiden Obama tentu telah memetik pelajaran berharga dari kehadiran pasukan Amerika Serikat di Afganistan dan Irak. Sepeninggal pasukan Amerika, Afganistan ternyata tidak terbebas dari ancaman fundamentalisme Taliban dan konflik panjang antar-kelompok yang bersaing. Bahkan yang terjadi di Irak lebih buruk. Sepeninggal pasukan Amerika, bagian selatan Irak menjelma menjadi satu habitat, tempat pijakan kelompok ISIS.

Gerakan garis keras, intoleran, dan sangat brutal ini berpijak pada ideologi transnasional yang tak mudah ditaklukkan dengan kekuatan militer. Setelah memproklamasikan kekhalifahannya di sepanjang wilayah selatan Irak dan utara Suriah, kelompok ini dengan cepat menjadi "musuh bersama" kalangan mainstream, sekaligus menjelma menjadi solidarity maker di antara kelompok-kelompok garis keras.

ISIS, kelompok sempalan Al-Qaidah, mengadopsi ideologi transnasional. Meninggalkan kearabannya, para aktivisnya berbicara dalam bahasa Inggris, Prancis, bahkan salah satunya-disebut bernama Abu Muhammad al-Indunisi-berkampanye dalam bahasa Indonesia.

Pesatnya popularitas ISIS memang mencengangkan. Gagasan profetik mereka membangkitkan kembali kejayaan Islam pada masa lalu (glorious past) agar kembali bangkit, memukau banyak pengikut. Bagi kelompok ini, kolonialisme dan tata ekonomi dunia yang tidak adil adalah dua hal yang memporak-porandakan negara-negara Islam dan harus dilawan.

Advertising
Advertising

Harus diakui, adegan sadistis penggorokan leher wartawan asing dan eksekusi warga Syiah yang disebarluaskan dalam rekaman video kelompok ini telah menggedor rasa kemanusiaan kita. Kebrutalan kelompok ini harus dihentikan. ISIS telah menjadi musuh bersama dan mungkin tidak lama lagi mereka akan berhadapan dengan aliansi pasukan internasional yang lebih besar dan kuat.

Namun menghabisi ISIS tanpa mencabut akar persoalan utamanya sama saja dengan minum obat sakit kepala. Obat hanya meredakan sakit, tidak menyembuhkannya. Karena tak mendapat terapi yang tepat, gejala yang sama akan muncul lagi. Menghabisi ISIS hanya bisa dilakukan bila akar persoalannya, yaitu keterpurukan, keterhinaan, serta kemiskinan dan ketidakadilan global, diatasi. Inilah sesungguhnya tugas masyarakat internasional. Sebab, hanya menggempur ISIS tak akan menghentikan munculnya kelompok sejenis.

Berita terkait

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

17 menit lalu

Lawan Timnas U-23 Indonesia di Playoff Olimpiade, Timnas Guinea Dipenuhi Pemain yang Berkiprah di Eropa

Timnas U-23 Indonesia akan menghadapi Guinea U-23 pada babak playoff untuk memperebutkan satu tiket ke Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

1 jam lalu

Jadwal Championship Series Liga 1 2023-2024 Sudah Ditetapkan, Dimulai 14 Mei

Jadwal Championships Series Liga 1 2023-2024 sudah dirilis. Leg pertama digelar 14 dan 15 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

1 jam lalu

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

Polisi menetapkan satu orang tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya seorang taruna STIP Marunda

Baca Selengkapnya

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

2 jam lalu

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika, 19 tahun, tewas diduga dianiaya seniornya di toilet

Baca Selengkapnya

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

2 jam lalu

PKB Bahas Koalisi dengan PKS untuk Pilkada 2024 di Kota Depok

PKS Kota Depok membuka peluang bagi partai politik untuk bergabung pada Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

2 jam lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

2 jam lalu

Unjuk Kemampuan Bahasa Indonesia, Xikers Tuai Antusias Penonton Sejak Pertama Muncul

Anggota grup asuhan KQ Entertainmet itu lalu menyapa roady, sebutan penggemar xikers, dengan Bahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

2 jam lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

Diskusi film itu ditujukan untuk merespons program pemerintah yang masif mendorong kendaraan listrik (EV) beserta sisi gelap hilirisasi nikel.

Baca Selengkapnya

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

2 jam lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

3 jam lalu

Terlibat Tambang Timah Ilegal, Pimpinan Media Online di Bangka Belitung Ditahan Polisi

Polda Kepulauan Bangka Belitung menahan pimpinan salah satu media online terkait dalam kasus penambangan timah ilegal.

Baca Selengkapnya