Adil

Penulis

Senin, 14 Maret 2005 00:00 WIB

Tahukah Anda apa itu keadilan?" tanya Ayatullah Khomeini. Dan pemimpin revolusi Iran itu meneruskan, dengan jawaban yang hanya separuh jawaban: "Jika Anda tak tahu, tanyakanlah ke nalar Anda, sebab nalar bertindak bagaikan mata bagi manusia."

Kali ini, dengan separuh jawaban itu, Khomeini keliru. Dengan gampang orang bisa menunjukkan bahwa keadilan tak pernah bisa diterangkan oleh nalar, dan bahwa nalar tak selamanya bertindak bagaikan "mata", dan bahwa perumpamaan itu meleset.

Saya punya sebuah pengalaman tentang itu. Saya pernah memimpin sebuah tim. Pada suatu waktu, kepada tiap anggota tim disediakan fasilitas dan penghargaan, berupa sebuah mobil. Untuk keadilan, sebuah jip dengan ukuran yang sama dan merek yang sama diberikan kepada setiap orang, sejak dari ketua tim sampai anggota di bawahnya yang berbeda-beda. Bagi saya, setelah ada perbedaan gaji, tak perlu ada tambahan perbedaan fasilitas, yang akhirnya lebih bersifat simbolis ketimbang fungsional. Bagi saya tak adil bila yang di atas kian banyak mendapat, yang di bawah tidak.

Sekitar setahun sistem ini berjalan. Kemudian beberapa anggota tim yang merasa punya beban kerja yang lebih besar mulai berpikir. Mereka akhirnya berkesimpulan bahwa tak adil menutup kemungkinan bagi yang punya beban kerja lebih besar buat menikmati fasilitas yang lebih baik, di samping gaji yang lebih tinggi. Keadilan di sini berasas penghargaan yang berbeda sesuai dengan kontribusi yang berbeda pula. Sama-rasa-sama-rata dianggap tak adil. Kata-kata Cicero berlaku: "Keadilan yang ekstrem adalah ketak-adilan yang ekstrem".

Argumen ini menang. Sejak itu ada beberapa jenis dan merek mobil dalam tim kami, karena yang bekerja lebih keras dan lebih mampu dapat mobil yang tak hanya sebuah jip. Keadaan ini diterima oleh kebanyakan anggota tim—meskipun bagi saya ganjil.

Advertising
Advertising

Sejak itu jika saya ditanya, "Tahukah Anda apa itu keadilan?" saya akan angkat bahu. Adakah keadilan, jika subsidi BBM dicabut, dan beban orang yang lebih miskin akan memberat—karena menambah belanja Rp 500 baginya akan terasa lebih menguras kantong ketimbang bagi si kaya?

Kita akan menjawab: tidak, Bung! Tapi sebuah pertanyaan lain juga dapat diajukan: adilkah jika sedikit sekali uang negara yang bisa dipakai buat pendidikan dan kesehatan, dibanding dengan begitu besar dana yang dikeluarkan untuk menombok ongkos bahan bakar—di antaranya bensin bagi para pemilik Jaguar, Audi, BMW, Mercedes Benz?

Akan makin adilkah jika nanti, dua tahun lagi, subsidi dicabut? Jika harga minyak di dunia mencapai US$ 80 per barel, sementara impor minyak bumi akan bertambah, dan Indonesia kian bergantung pada energi dari luar, bersama dengan kian menurunnya produksi dalam negeri—adilkah bila sebagian besar dana habis di sini?

Maaf, saya angkat bahu: tak ada yang bisa ditentukan secara a priori. Tentang keadilan, saya tak akan mengutip Khomeini. Ia begitu percaya kepada nalar sebagai pemberi jawab. Saya lebih percaya nalar sebagai pemberi pertanyaan. Tiap kali saya memandang lambang keadilan—dewi yang memegang dacin dengan mata dibalut penutup—tiap kali saya menafsirkannya sebagai tanda bahwa keadilan adalah sebuah keputusan yang bermula dari posisi tak melihat.

Sebab, keadilan selalu hadir tapi nyaris tak terlihat. "Ada keadilan," kata Jules Renard, penulis Poil de carotte itu, "tapi kita tak selalu melihatnya. Keadilan tak menonjolkan diri, tapi ia ada, tersenyum, di sebelah sana, agak di belakang ketak-adilan, yang membuat heboh."

Sejarah manusia memang sejarah yang terjadi ketika ketak-adilan membuat heboh. Orang justru hidup dengan imajinasi tentang keadilan—dan sebab itulah keadilan "ada" bagaikan sebayang mambang, sekilas jejak—ketika yang dibicarakan itu tak ada. Sejarah menunjukkan bahwa hidup terbentuk justru oleh kekurangan.

Demikianlah pada mulanya imajinasi, bukan nalar, sebab keadilan pertama-tama lebih bersipongang sebagai retorika ketimbang rumus, lebih berwujud penggugah hati ketimbang konsep yang selesai. Ia seperti cakrawala di seberang pantai: sesuatu yang mirip garis panjang di mana langit menyentuh bumi—dan kita akhirnya tahu bahwa langit tak pernah menyentuh bumi.

Dengan imajinasi itu manusia berusaha, dan politik terjadi. Karena keadilan selalu berarti keadilan dalam hubungannya dengan orang lain, usaha menegakkannya berlangsung lewat perundingan, tuntut-menuntut, tawar-menawar, dan tak jarang adu kekuatan dan pertumpahan darah.

Tapi tak dapat dikatakan bahwa nalar tak punya peran sama sekali di sini. Untuk membuat keadilan singgah dalam ruang hidup kita, senjata mungkin perlu dihunus, tapi tak mungkin hanya itu. Keadilan baru "keadilan", dan meyakinkan sebagai keadilan, bila ia sesuatu yang berlaku bagi siapa saja. Dalam tiap adu kekuatan itu selalu tersirat seruan tentang sesuatu yang universal.

Nalarlah yang merumuskan yang universal itu. Karl Marx menyaksikan dengan pedih ketak-adilan yang ditanggung kaum buruh, tapi ia tak hanya bersuara dengan dengus dan cerca. Ia berbicara tentang sebuah "sosialisme ilmiah". Ia berbicara tentang revolusi dengan teori dan angka-angka. Das Kapital, yang baru-baru ini selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan sangat mengesankan, melalui kerja keras Oei Han Djoen, adalah sebuah bentuk dorongan untuk membuktikan bahwa keadaan yang tak adil harus dipaparkan agar diterima siapa saja dan kapan saja, tak hanya kaum proletar. Rasionalitas adalah bagian yang tak terelakkan dari politik keadilan.

Ia bukan segala-galanya, tentu. Tapi demikian juga yang "bukan-rasio", yang "bukan-nalar": perut yang lapar, hati yang marah, mata yang basah, kaki yang luka. Tiap kali kita menengok kembali apa yang terjadi dalam sejarah, kita tahu "keadilan" adalah jejak universal yang tidak satu.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

9 menit lalu

3 Faktor Penyebab Sindrom Anak Sulung Perempuan

Fenomena beban emosional yang dipikul oleh anak perempuan tertua alias anak sulung perempuan di banyak keluarga, sejak mereka masih kecil.

Baca Selengkapnya

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

15 menit lalu

Insiden-insiden yang Menggerus Reputasi Boeing

Banyak insiden yang menggerus reputasi Boeing sebagai produsen pesawat terkemuka di dunia, yang terakhir adalah kematian seorang pelapor.

Baca Selengkapnya

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

37 menit lalu

Piala Thomas 2024: Fajar / Daniel Puas Balas Dendam ke Korea Selatan dan Bawa Indonesia ke Semifinal

Fajar / Daniel menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan pada perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

38 menit lalu

Gerakan yang Tak Dianjurkan Pakar pada Penderita Nyeri Punggung

Spesialis bedah saraf tak menganjurkan penderita nyeri punggung untuk melakukan berbagai aktivitas berikut beserta alasannya.

Baca Selengkapnya

Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN Sudah 18 Persen, Diklaim Tak Ada Masalah Lahan

45 menit lalu

Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN Sudah 18 Persen, Diklaim Tak Ada Masalah Lahan

Ketua Satgas Pembangunan Infrastruktur IKN memastikan tidak ada permasalahan lahan untuk pembangunan runway Bandara VVIP di ibu kota.

Baca Selengkapnya

Selain The Idea of You, 3 Film Baru yang Tayang di Prime Video Bulan Mei 2024

54 menit lalu

Selain The Idea of You, 3 Film Baru yang Tayang di Prime Video Bulan Mei 2024

Ada empat film dan tiga serial baru yang tayang di Prime Video Mei 2024

Baca Selengkapnya

Film Menjelang Ajal Tembus 250 Ribu Penonton dalam 3 Hari, Kisah Legenda Urban Jin Pelaris

57 menit lalu

Film Menjelang Ajal Tembus 250 Ribu Penonton dalam 3 Hari, Kisah Legenda Urban Jin Pelaris

Rapi Films mengimbau penonton yang hendak menonton film Menjelang Ajal di hari keempat penayangan.

Baca Selengkapnya

Alasan Mendagri Sebut Pilkada 2024 Tetap Digelar Sesuai Jadwal

58 menit lalu

Alasan Mendagri Sebut Pilkada 2024 Tetap Digelar Sesuai Jadwal

Pilkada 2024 digelar pada 27 November agar paralel dengan masa jabatan presiden terpilih.

Baca Selengkapnya

Hanum Rais Daftar ke PKB untuk Maju di Pilkada Kota Yogyakarta

1 jam lalu

Hanum Rais Daftar ke PKB untuk Maju di Pilkada Kota Yogyakarta

Putri Amien Rais, Hanum Rais tercatat mendaftarkan diri ke Partai Kebangkitan Bangsa untuk maju di Pilkada 2024

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Masih Ditutup hingga Besok

1 jam lalu

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Masih Ditutup hingga Besok

Penutupan sementara operasional Bandara Sam Ratulangi Manado kembali diperpanjang hingga besok, Sabtu, 4 Mei 2024 pukul 18.00 WITA.

Baca Selengkapnya