Belajar Perbedaan

Penulis

Senin, 19 Januari 2015 01:32 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Nihayatul Wafiroh, Anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Daerah Pemilihan Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo

Saya akhirnya punya teman Kristen," ujar saudara sepupu saya. Ternyata memiliki kawan dari kalangan berbeda jadi kebanggaan tersendiri untuk beberapa orang, terlebih bagi orang yang tidak pernah keluar dari lingkaran yang dia miliki selama ini. Mungkin kegirangan yang sama juga ada pada mahasiswa Dr Rosida Sari dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry setelah ikut ceramah di gereja Protestan di Indonesia bagian barat di Banda Aceh.

Berangkat dari pengalamannya belajar di Flinders University, Adelaide, Australia, Sari mengajak mahasiswa mengunjungi gereja dan berdiskusi dengan pastor soal relasi antara laki-laki dan perempuan dalam Kristen.

Mengapa aktivitas Rosnida Sari menjadi isu yang hangat?

Banyak orang Aceh menentang terobosan Sari. Ketakutannya, ada mahasiswa yang pindah agama, dari Islam menjadi Kristen, jadi "murtad". Sari bahkan mendapat ancaman akan dibunuh, bahkan tempat mengajarnya diancam akan dibakar. Menteri Agama Lukman Saifuddin, lewat akun Twitter, menulis bahwa Sari "harus dilindungi."

Sari juga pernah menjadi fellow Muslim Exchange Program Indonesia-Australia. Ini menjadi jendela untuk Sari akan pentingnya pengalaman melihat perbedaan dalam kehidupan nyata. Sari ingin membekali anak didiknya agar mengerti pluralisme. Dasarnya, pluralisme dan toleransi, yang kuat dalam diri seseorang, menjadi hal penting karena gesekan-gesekan atas nama agama mulai sering terjadi di Indonesia, termasuk di Aceh. Ini bahaya bila tak diatasi lewat pendidikan.

Saya punya pengalaman serupa saat menempuh pendidikan master di Universitas Hawaii Manoa di Kepulauan Oahu, Amerika Serikat. Saya ambil mata kuliah "Gender and Religion". Salah satu tugas kuliah adalah menulis laporan lima kegiatan keagamaan. Saya pun mendatangi acara keagamaan: gereja, candi, acara Yahudi, Baha'i, dan tentu masjid.

Bila sebagian orang Aceh khawatir seseorang akan goyah imannya dengan mendatangi gereja, lalu bagaimana nasib ratusan muslim yang selama ini salat Jumat di lantai bawah gereja tua St. Paul di pusat kota Boston?

Di Boston saya merasakan nikmatnya beribadah dalam balutan toleransi keberagamaan yang tulus. Semua orang datang dengan niat bersih untuk sujud kepada Allah. Mereka tak memikirkan di mana mereka beribadah. Mereka tak juga dibaluti kebencian terhadap agama lain.

Saat ini saya masih tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Indonesian Consortium for Religious Studies di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Teman-teman sekelas saya ada kiai, pendeta, orang Ahmadiyah, dari Indonesia, Singapura, dan Filipina. Setiap kali masuk kelas, kami biasa baca Al-Quran, Injil, dan lainnya. Kami pernah mengikuti ibadah di vihara, pura, gereja, maupun masjid. Tak ada satu pun yang merasa terganggu keimanannya.

Pembelajaran ini memperkaya saya. Saya semakin percaya bahwa agama yang saya anut ini adalah yang terbaik bagi saya. Bila belajar pluralisme dan toleransi akan menambah keimanan dan membuka mata akan pentingnya menghormati perbedaan, kenapa mendatangi gereja di Banda Aceh harus disalahkan?


Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

20 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

33 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

50 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.

Baca Selengkapnya

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.

Baca Selengkapnya

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.

Baca Selengkapnya