Peran Kunci Bos Demokrat

Penulis

Senin, 6 Oktober 2014 22:25 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya menghindari blunder seperti dalam urusan pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pemilihan Kepala Daerah. Kali ini ia masih bisa mengoreksi sikapnya dengan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Tapi wewenang khusus ini tak akan ia nikmati lagi setelah tidak menjadi presiden.

Sikapnya yang mengambang sebagai Ketua Umum Partai Demokrat berakibat buruk bagi demokrasi. Manuver politikus Demokrat yang walk-out dalam pengesahan RUU Pilkada mudah ditafsirkan bahwa partai ini menyokong pemilihan kepala daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden Yudhoyono secara tak langsung ikut mengubur mekanisme demokrasi di daerah.

Presiden baru berubah sikap setelah dihujani caci maki di media sosial. Ia kemudian menerbitkan perpu pembatalan Undang-Undang Pilkada. Langkah ini bagus, tapi publik masih akan menanti apakah Yudhoyono benar-benar ingin menyelamatkan demokrasi atau sekadar menyelamatkan muka.

Kalau memang Presiden Yudhoyono ingin membela pilkada langsung, tentu sikap ini kelak akan tecermin dalam langkah politik Demokrat di DPR. Apakah para politikus Demokrat serius mempertahankan perpu atau sebaliknya. Kendati suara partai ini di DPR jauh lebih kecil dibanding pada periode 2009-2014, hal itu tetap akan menentukan.

Pertarungan sengit antara kubu pro-Prabowo dan pro-Jokowi di parlemen membuat posisi Demokrat amat strategis. Bukan hanya soal Perpu Pilkada, partai ini juga menjadi penentu stabilitas pemerintah Jokowi. Dengan mudah Demokrat bisa bergabung dengan kubu pro-Prabowo untuk mengganjal kebijakan pemerintah. Tapi partai ini juga bisa menjadi penyokong sekaligus penentu keberhasilan Jokowi.

Dalam konstelasi politik di Majelis Permusyawaratan Rakyat pun suara Demokrat sangat penting, terutama menyangkut perubahan konstitusi. Bayangkan bila kelompok pro-Prabowo hendak mengubah pemilihan presiden secara langsung menjadi pemilihan lewat MPR. Ide ini mungkin akan disokong oleh para anggota Dewan Perwakilan Daerah memiliki kepentingan lain, yakni memperbesar wewenang DPD. Nah, Demokrat masih bisa diharapkan ikut menghambat gagasan antidemokrasi seperti itu.

Advertising
Advertising

Kubu Jokowi yang terdiri atas PDIP dan beberapa partai lain jelas tidak sanggup mengatasi manuver pro-Prabowo tanpa sokongan Demokrat. Di MPR, kubu Jokowi hanya memiliki 208 kursi, kurang dari sepertiga jumlah kursi lembaga ini yang mencapai 692. Padahal, untuk menghadang perubahan konstitusi, setidaknya diperlukan sepertiga plus satu kursi.

Jika Yudhoyono benar-benar ingin menjaga demokrasi di Republik ini, begitu banyak peran Demokrat pada masa mendatang. Semua itu mesti dilakukan dengan cermat, dan bukan manuver serampangan seperti dalam kasus RUU Pilkada. Sekali salah langkah, kelak Yudhoyono tak bisa mengoreksinya lagi seperti sekarang.

Berita terkait

Kisah Srikandi PLN Mengendalikan Listrik saat Presiden Joko Widodo ke NTB

42 detik lalu

Kisah Srikandi PLN Mengendalikan Listrik saat Presiden Joko Widodo ke NTB

PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) dalam komitmennya mendukung pengarusutamaan gender.

Baca Selengkapnya

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Kasus Korupsi BPPD

4 menit lalu

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Kasus Korupsi BPPD

KPK resmi menahan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor sebagai tersangka kasus pemotongan insentif ASN BPPD

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

7 menit lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Soal Tawaran Jadi Menteri, Anies Baswedan: Wong Diundang Saja Tidak

7 menit lalu

Soal Tawaran Jadi Menteri, Anies Baswedan: Wong Diundang Saja Tidak

Anies mengatakan belum ada rencana bertemu Prabowo. Masih konsentrasi menata langkah ke depan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

17 menit lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

19 menit lalu

Awal Mula Penemuan Taptilo untuk SLB yang Sempat Ditahan dan Dipajaki Bea Cukai, Alat Apakah Itu?

Alat pembelajaran taptilo untuk salah satu SLB sempat ditahan dan dipajaki Bea Cukai. Apakah itu Taptilo yang penting bagi belajar tunanetra?

Baca Selengkapnya

Kecelakaan KA Pandalungan vs Minibus di Pasuruan Tewaskan Empat Orang, Ini kata KAI

19 menit lalu

Kecelakaan KA Pandalungan vs Minibus di Pasuruan Tewaskan Empat Orang, Ini kata KAI

Satu unit minibus yang melintas di perlintasan sebidang tanpa palang pintu tertabrak KA Pandalungan relasi Gambir-Jember

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

22 menit lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

23 menit lalu

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

Rusia menuduh tentara AS terlibat pencurian dengan mengambil uang kekasihnya.

Baca Selengkapnya

PSG vs Borussia Dortmund: Pelatih Edin Terzic Kembali Menanti Daya Magis Jadon Sancho

25 menit lalu

PSG vs Borussia Dortmund: Pelatih Edin Terzic Kembali Menanti Daya Magis Jadon Sancho

Jadon Sancho diharapkan kembali tampil gemilang pada laga leg kedua Liga Champions antara PSG vs Borussia Dortmund.

Baca Selengkapnya