Kristal

Penulis

Senin, 24 Januari 2000 00:00 WIB

Rasa benci, kata seorang penulis, adalah rasa takut yang mengkristal. Kata "kristal" di sini tak mengacu ke sebuah benda yang mempesona dan gemerlap, melainkan sesuatu yang padat dan tajam. "Kristal" ini sesuatu yang padu, jelas, mengeras, dan bisa menusuk, seperti cakra beling yang terhunus. Cakra yang sangar itulah yang bertebaran dan terhimpun berlapis-lapis di Maluku kini. Iblis menebarkannya dari kampung ke kampung. Dan orang pun saling membunuh. Dengan kristal itu, tiap pihak merasa menemukan sasaran dan alasan yang pasti: di seberang sana ada label "Kristen" dan "Islam" yang dipasang di jidat. Dengan kristal itu segera orang lupa akan asal mula dari semua horor itu, yakni ketakutan. Khususnya, takut sebab "kami" akan digusur oleh "mereka"—meskipun, seperti umumnya rasa takut, tak persis benar oleh siapa sebenarnya, oleh apa, dan kenapa, dan bila, dan bagaimana. Desas-desus dan takhayul baru ("Ssstt… ada provokator") pun bersliweran. Kisah kekejaman ditiup dan dikembangkan. Dalam gentar dan ketidak-persisan itu, manusia—untuk menguasai waswas dan haru-biru dunianya—membutuhkan sesuatu yang padu, jelas, mengeras, dan bisa menusuk. Rasa benci bisa menyederhanakan soal. Tetapi hidup tak pernah sederhana. "Apa yang harus saya katakan tentang hidup?" kata Penyair Josef Brodsky. "Bahwa ia panjang, dan menampik tranparansi." Itulah sebabnya jika kita masuk kembali ke dalam kehidupan (dan bukan ke dalam kebencian dan dorongan untuk menguasai), kita sebenarnya tak mampu menjawab apakah persisnya "Si Kristen" dan "Si Muslim" itu, apa sebetulnya "mereka" dan "kita". Mengapa "kita" berubah jadi "kami" dan "mereka"? Bisakah kita bicara tentang satu sikap, satu keunggulan, atau satu kesalahan "kami" dan "mereka"? Begitukah selamanya? Tentu tidak. Ada seorang teman yang berteori bahwa kebuasan di Maluku adalah bagian dari "Perang Salib". Seorang yang percaya bahwa orang Islam dan Kristen di Maluku pada tahun 2000 sama dengan orang Islam dan Kristen di Yerusalem pada abad ke-11 sama halnya dengan seorang yang percaya bahwa hidup adalah seperti dalam versi lain film The Sleeping Beauty: sejumlah besar manusia tertidur selama 900 tahun dalam kota tanpa sejarah. Seorang yang percaya bahwa orang Islam di Ambon sama dengan orang Islam di Afghanistan ("semuanya Taliban!") adalah seorang yang percaya bahwa orang Kristen di ibu kota Maluku itu sama dengan orang Kristen di Lebanon Selatan ("semuanya Falangis!"). Tapi bukankah bahkan problem orang Islam di Aceh hari ini tak sama dengan problem orang Islam di Halmahera, dan perkara Kristen di Toraja lain dari perkara pengikut HKBP di Tapanuli? Tak pernah ada sebenarnya esensi Si Muslim atau Si Kristen yang tunggal dan tak berubah. "Esensialisme" itulah yang dikecam Edward Said sebagai dosa Orientalisme dalam membahas Islam. Tentu, teks utama yang dipakai baik oleh yang Muslim maupun yang Kristen adalah teks yang tetap. Tapi teks itu hadir dengan manusia-dalam-dunia, yang membentuk sejarah dan mempunyai pelbagai khazanah. Semuanya merupakan teks tersendiri. Sebab itu sang teks utama bertaut dan ditopang oleh bahasa dan budaya komunikasi sebuah tempat, suatu waktu. Ia berkaitan dengan mulut, kerongkong dan perut manusia—setidaknya dari mana bunyi kata-kata diproses—yang tak kekal, kadang kala tak suci. Ia berjalin dengan pelbagai tafsir. Sebab itu ia hidup. Ia adalah sebuah "intertekstualitas". Dan kehidupan, seperti kata Brodksy, menampik transparansi. Memang kita tak bisa mengelak untuk tak memberi nama dan sebutan "Kristen" dan "Islam" (atau, di tempat lain, "Dayak" dan "Madura") dalam kita berbicara dan berbuat. Memberi identitas pada sesuatu yang sebetulnya beraneka, berubah terus dan kait berkait dengan yang lain, adalah cara mengatasi sebuah keterbatasan bahasa dan pikiran: sebuah ekonomi dalam wacana. Tapi sering kita lupa bahwa ekonomi dalam wacana itu hanya mem- pertukarkan benda pengganti. Dan ketika suasana mendesak dan mencekam, dan akal diimpit ketegangan, benda pengganti itu ("identitas") jadi begitu berharga—dan ketakutan membuatnya jadi kristal. Mungkin akhirnya kita harus kembali mendengarkan rasa takut. Dengan kata lain, mengakui sesuatu yang tidak sepenuhnya jelas dan pasti, mungkin di lubuk hati kita sendiri yang berliku. Di sana akan hadir kembali sosok remang-remang yang tak menjawab apa sebetulnya yang mengancam, siapa pula, bila, bagaimana. Jangan-jangan yang kita dapatkan adalah rasa takut kita karena ada yang berubah, yang lain, yang tak kita kuasai. Sebab, sering kita lupa: rasa takut jadi kebencian karena Iblis adalah Si Tinggi Hati. Ia makhluk pertama yang menampik sesuatu yang beda. Ia tak suka manusia. Yang menarik, ia menampik untuk menghormatinya karena manusia terbuat dari materi, dan materi yang dianggap rendah. Benar, materi itu yang jadi tubuh, yang kemudian berkembang beraneka ragam, fana, lemah, berubah. Tapi justru sebab itu tubuh (bukan sekadar jasad) tak pernah berhenti sebagai misteri, tak pernah berhenti dalam kristal, tak pernah jadi tunggal, tak pernah bisa dimengerti dengan rasa benci. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Indonesia Runner-up Piala Uber 2024, Menpora Apresiasi Perjuangan Pemain yang Luar Biasa

4 menit lalu

Indonesia Runner-up Piala Uber 2024, Menpora Apresiasi Perjuangan Pemain yang Luar Biasa

Menpora Dito Ariotedjo mengapresiasi perjuangan dan pencapaian tim putri Indonesia dalam Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Hari Bidan Sedunia, Ini Fungsi dan Syarat Menjadi Bidan

8 menit lalu

Hari Bidan Sedunia, Ini Fungsi dan Syarat Menjadi Bidan

Biasanya bidan hanya membantu persalinan normal tanpa komplikasi, jika terjadi persalinan tidak normal atau berisiko maka bumil dianjurkan ke dokter.

Baca Selengkapnya

Hasil Tinju Dunia: Canelo Alvarez Pertahankan Predikat Juara Sejati, Kalahkan Jaime Munguia

1 jam lalu

Hasil Tinju Dunia: Canelo Alvarez Pertahankan Predikat Juara Sejati, Kalahkan Jaime Munguia

Canelo Alvarez berhasil mempertahankan predikat juara sejati tinju dunia kelas super middleweight dengan mengalahkan Jaime Munguia.

Baca Selengkapnya

Penggemar Rasakan Emosi di Lagu Diana Krall

1 jam lalu

Penggemar Rasakan Emosi di Lagu Diana Krall

Penggemar Diana Krall kagum dengan penampilan penyanyi Kanada itu di konser Solo bertajuk Diana Krall Live in Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Juara Liga Spanyol 2023/2024, Carlo Ancelotti Lewati Catatan Zidane dan Incar Rekor Miguel Munoz

2 jam lalu

Real Madrid Juara Liga Spanyol 2023/2024, Carlo Ancelotti Lewati Catatan Zidane dan Incar Rekor Miguel Munoz

Carlo Ancelotti berhasil mengantar Real Madrid menjuarai Liga Spanyol 2023-2024. Incar rekor setelah lewati catatan Zidane.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Penting Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis 9 Mei

2 jam lalu

3 Fakta Penting Laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis 9 Mei

Simak tiga fakta penting laga timnas U-23 Indonesia vs Guinea di playoff Olimpiade Paris 2024, salah satunya pertandingan digelar tertutup.

Baca Selengkapnya

Indonesia Raih Perak Piala Uber Pertama dalam 16 Tahun, Para Pemain Tunggal Putri Paling Banyak Dipuji

3 jam lalu

Indonesia Raih Perak Piala Uber Pertama dalam 16 Tahun, Para Pemain Tunggal Putri Paling Banyak Dipuji

Setelah 16 tahun menanti, akhirnya tim bulu tangkis putri Indonesia membawa pulang medali Piala Uber.

Baca Selengkapnya

Jadwal Liga Champions Leg Kedua Semifinal: Bayern Munchen Kehilangan 2 Bek Jelang Sambangi Real Madrid

4 jam lalu

Jadwal Liga Champions Leg Kedua Semifinal: Bayern Munchen Kehilangan 2 Bek Jelang Sambangi Real Madrid

Jadwal Liga Champions akan memasuki leg kedua semifinal. Bayern Munchen mendapat pukulan menjelang tampil di markas Real Madrid.

Baca Selengkapnya

Fansign Day6 di Jakarta Selama 2 Jam Dipenuhi Ratusan My Day Beruntung

4 jam lalu

Fansign Day6 di Jakarta Selama 2 Jam Dipenuhi Ratusan My Day Beruntung

Dihadiri oleh Sungjin, Wonpil, Dowoon, dan Young K, acara fansign Day6 di Jakarta diadakan sehari sebelum Saranghaeyo Indonesia 2024.

Baca Selengkapnya

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

4 jam lalu

Film Horor Psikologis Possession: Kerasukan Tayang 8 Mei, Produser Berharap Dapat Jadi Bahan Diskusi

Possession: Kerasukan memakai atribut horor Indonesia, yaitu pocong yang dipresentasikan bantal-guling lantaran dekat dengan keseharian masyarakat.

Baca Selengkapnya